Kamis, 06 Februari 2020

Sajak-Sajak Abi N. Bayan

CERITA YANG DIREKAM BATU

Setelah waktu menggeser matahari ke tempat jauh
kau tak bisa tahan laut tumbuh di bola mata
sedang ombak di teluk itu masih setia melintas
membawa urat-urat kepala ke bentangan bisoa.

Di tanjung, kau menyaksikan
ombak memukul-mukul lambung teluk
tapi batu-batu rijang itu hanya riwayat dalam ingatan.

Di kepalamu, ada cerita direkam batu
angin, rumah, kebun, pantai, dan segala
kau menjelma silsilah yang kehilangan tanjung
seperti jari kehilangan telunjuk, sedang waktu terus
menggeser segala ke kejauhan, tak bisa kau sangkal
di pangkal pantai yang tanggal.

Ternate, 2017-2019.



DI BUMI MORO HUJAN TURUN

Di Bumi Moro hujan turun
ke teluk Loloda aku hanyut.

O...
siapa yang membawaku sejauh ini
sedang di mata
pulau-pulau menghadang
Luga dan Bisoa di ujung mata
tak dapat aku sentuh dengan tangan
tak dapat aku peluk dengan tubuh.

O...
siapa yang membawaku sejauh ini
sedang perahu semang tiada berkayuh
perahu ketinting tengah terbaring
perahu fanae tak hendak menjaring
perahu fenes jauh berlayar
perahu canga di pelukan sejarah.

O...
siapa yang membawaku sejauh ini
kalau bukan ia
perempuan yang lahir di kaki Tarakani
yang tubuhnya penuh wangi
yang harumnya lebih dari menyanyi
yang hatinya selalu bernyanyi
di tengah sepi yang selalu sunyi
untuk aku yang ingin menetap
atas nasib yang ke sana kemari.

O...
siapa yang membawaku sejauh ini
kalau bukan ia
perempuanku di rumah tua
yang setiap pulang selalu ingin
kupotong kukunya, kupijat kaki
dan tangannya, kutiup matanya.

Morotai, 2020.



BURUNG MELEU YANG KEHILANGAN SAYAP

Rumah tua itu tak tahu
apa yang dipikirkan ayah
ketika laut sedang mendidih
dan pantai itu diam-diam menjadi ibu,
tapi ayah telah jauh berangkat sebelum pagi jadi riang
batu-batu hitam dan anak-anak sungai itu telah jauh mencatat.

Apakah di kaki pohon tua itu
kau melihat seseorang menghunuskan batang kayu
ke dalam gundukan tanah, saat matahari di atas kepala?

Di ranting pohon kapu dan kayu besi,
burung kakatua sejak lama mendengung
sambil mengepak-ngepakkan sayapnya
dan sungai-sungai yang mengalir di bawahnya
telah mengirimkan riwayat itu ke banyak muara.

Ada burung taong
di atas sungai dan pepohonan itu
tak tahu ke mana membuang muka,
ketika menyaksikan tangan lain lebih dulu
menjejaki di sana dan ayah pergi mencari
gundukan tanah yang lain.

Ketika bulan tertidur
dan tigalu kami tak lagi berjumpa di udara,
berpelukan di bawah pepohonan,
aku burung meleu yang kehilangan banyak sayap.

Morotai, 23 April 2019.
Catatan:
tigalu: seruan ketika terpisah di hutan.



LELAKI YANG MEMILIKI TIGA NAMA

Setiap kali saya menulis biodata
saya selalu ingin menulis tiga nama
nama saya, nama bapak saya, dan nama ibu saya.

Saya sangat bahagia melihat nama kami
berpeluk dan hidup di lipatan buku-buku
atau di ranjang-ranjang media massa.

Sungguh, saya sangat bahagia
sebab dengan menulis nama mereka
saya sudah menulis setengah dari kehidupan.

Morotai, 2019.



DI GARIS PANTAI HIRI
Kepada Rajif Duchlun

Layang-layang yang lepas dari tangan anak-anak itu
telah menyimpan riwayat seseorang yang menangis
ketika angin sakal dan mimpi-mimpi lepas dari mata

di atas kepala para nelayan, berpagi-pagi diadu ombak
burung-burung sibuk menangkapnya, tapi yang ditangkap
adalah ikan toni dan ikan sako yang beterbangan di udara.

Kenangan itu seperti layang-layang yang lepas dan tak kembali.

Morotai, 2018.



DI APRIL-APRIL YANG HUJAN

Hujan
bertandang di tanggal tua
perantau hilang di banyak jejak.

Subuh yang melepas
akan kembali memeluk.

Kenangan telah
menjelma layar lebar
hanya bisa ditonton dari jauh.

Orang-orang telah
pergi dan pulang
menyusuri batu rijang,
falo-falo di tangan kanan,
sak terigu di tangan kiri.

Waktu menua di pasir putih
orang-orang turun menjaring laut.

Di tanjung ombak menari,
di teluk orang-orang bernyanyi,
di kejauhan perantau menangis.

Hujan pagi ini begitu baik
meminta aku menikmati
laor dan pisang goreng
tapi aku tak mencium apa-apa
selain bau hujan dan aroma gerimis.

Morotai, 2019.



BULAN TANPA PAYUNG

Aku telah jauh berjalan
menyusuri sisa kenangan
di antara rumah tua,
batu rijang, dan tanah liat.

Di bawah
bulan tanpa payung
kami bakar kokodo,
melepas totango.

Di sana, angin pernah
menyisir rambut kami
dan ombak bernyanyi
di sepanjang pantai.

Di kejauhan,
kapal-kapal berlayar
di dekat jantung,
perahu pergi dan pulang.

Matahari terbit,
rao mengapung,
orang-orang berdatangan,
sampan-sampan berdendang.

Detik-detik yang dulu
kurasa lebih cepat dari langkahku
ternyata lebih deras dari sungai kali aru.

Langkahnya pelan, tapi pasti.

Aku tak tahu,
siapa yang pergi
dan siapa yang ditinggalkan,
aku atau waktu?

Alangkah
kenangan begitu dekat,
dan masa lalu begitu jauh.

Morotai, 2019.

Catatan:
rao: nama pulau
kokodo: pisang bakar
totango: pancingan ikan
kali aru: sungai malar di Halmahera.
http://sastra-indonesia.com/2020/02/sajak-sajak-abi-n-bayan/

Tidak ada komentar:

Label

Sajak-Sajak Pertiwi Nurel Javissyarqi Fikri. MS Imamuddin SA Mardi Luhung Denny Mizhar Isbedy Stiawan ZS Raudal Tanjung Banua Sunlie Thomas Alexander Beni Setia Budhi Setyawan Dahta Gautama Dimas Arika Mihardja Dody Kristianto Esha Tegar Putra Heri Latief Imron Tohari Indrian Koto Inggit Putria Marga M. Aan Mansyur Oky Sanjaya W.S. Rendra Zawawi Se Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agit Yogi Subandi Ahmad David Kholilurrahman Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Akhmad Muhaimin Azzet Alex R. Nainggolan Alfiyan Harfi Amien Wangsitalaja Anis Ceha Anton Kurniawan Benny Arnas Binhad Nurrohmat Dina Oktaviani Endang Supriadi Fajar Alayubi Fitri Yani Gampang Prawoto Heri Listianto Hudan Nur Indra Tjahyadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Jimmy Maruli Alfian Joko Pinurbo Kurniawan Yunianto Liza Wahyuninto Mashuri Matroni el-Moezany Mega Vristian Mujtahidin Billah Mutia Sukma Restoe Prawironegoro Ibrahim Rukmi Wisnu Wardani S Yoga Salman Rusydie Anwar Sapardi Djoko Damono Saut Situmorang Sihar Ramses Simatupang Sri Wintala Achmad Suryanto Sastroatmodjo Syaifuddin Gani Syifa Aulia TS Pinang Taufiq Wr. Hidayat Tengsoe Tjahjono Tjahjono Widijanto Usman Arrumy W Haryanto Y. Wibowo A. Mustofa Bisri A. Muttaqin Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah el Khalieqy Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Nurullah Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Alunk Estohank Alya Salaisha-Sinta Amir Hamzah Arif Junianto Ariffin Noor Hasby Arina Habaidillah Arsyad Indradi Arther Panther Olii Asa Jatmiko Asrina Novianti Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Baban Banita Badruddin Emce Bakdi Sumanto Bambang Kempling Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sujibto Budi Palopo Chavchay Syaifullah D. Zawawi Imron Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Dian Hardiana Dian Hartati Djoko Saryono Doel CP Allisah Dwi S. Wibowo Edi Purwanto Eimond Esya Emha Ainun Nadjib Enung Nur Laila Evi Idawati F Aziz Manna F. Moses Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fatah Yasin Noor Firman Nugraha Firman Venayaksa Firman Wally Fitra Yanti Fitrah Anugrah Galih M. Rosyadi Gde Artawan Goenawan Mohamad Gus tf Sakai Hamdy Salad Hang Kafrawi Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasnan Bachtiar Herasani Heri Kurniawan Heri Maja Kelana Herry Lamongan Husnul Khuluqi Idrus F Shihab Ira Puspitaningsih Irwan Syahputra Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jafar Fakhrurozi Johan Khoirul Zaman Juan Kromen Jun Noenggara Kafiyatun Hasya Kazzaini Ks Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Krisandi Dewi Kurniawan Junaedhie Laela Awalia Lailatul Kiptiyah Leon Agusta Leonowens SP M. Harya Ramdhoni M. Raudah Jambakm Mahmud Jauhari Ali Maman S Mahayana Marhalim Zaini Misbahus Surur Mochtar Pabottingi Mugya Syahreza Santosa Muhajir Arifin Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Yasir Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Nirwan Dewanto Nunung S. Sutrisno Nur Wahida Idris Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Oka Rusmini Pandapotan M.T. Siallagan Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Petrus Nandi Pranita Dewi Pringadi AS Pringgo HR Putri Sarinande Putu Fajar Arcana Raedu Basha Remmy Novaris D.M. Rey Baliate Ria Octaviansari Ridwan Rachid Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Robin Dos Santos Soares Rozi Kembara Sahaya Santayana Saiful Bakri Samsudin Adlawi Satmoko Budi Santoso Sindu Putra Sitok Srengenge Skylashtar Maryam Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sunaryono Basuki Ks Sungging Raga Susi Susanti Sutan Iwan Soekri Munaf Suyadi San Syukur A. Mirhan Tan Lioe Ie Tarpin A. Nasri Taufik Hidayat Taufik Ikram Jamil Teguh Ranusastra Asmara Thoib Soebhanto Tia Setiadi Timur Sinar Suprabana Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Toni Lesmana Tosa Poetra Triyanto Triwikromo Udo Z. Karzi Ulfatin Ch Umar Fauzi Ballah Wahyu Heriyadi Wahyu Prasetya Wayan Sunarta Widya Karima Wiji Thukul Wing Kardjo Y. Thendra BP Yopi Setia Umbara Yusuf Susilo Hartono Yuswan Taufiq Zeffry J Alkatiri Zehan Zareez Zen Hae