Jumat, 18 September 2009

Sajak-Sajak Dody Kristianto

http://www.lampungpost.com/
kidung pengelana

bertahun, telah jauh
aku meninggalkan rumah
tak kuhapal lagi
mana letak pintu
dan jendela
bahkan tempat halaman
yang tak kutahu
seberapa luas dan sepinya
karena telah kusinggahi
segala wujud rumah
di seluruh penjuru benua
rumah yang nampak sama,
rumah yang menipu mata
yang perlahan mulai renta

2009



seseorang semirip dirimu

seseorang semirip dirimu
berdiri di sela hujan
di mana waktu
hanya sepenggalan pesan
pergi dan datang
“apa kabar?”
sapamu pada kesunyian
kau masuki halaman
tempat puisi pernah bersarang
lalu kau temukan
seseorang semirip dirimu
berdiam di malam lengang
malam puisi dan bulan
berwarna sepersis kelam

2009



tembang penimang hujan

kami suka menimang titik hujan. kami tergoda pada liris air yang lupa jalan pulang.
air yang tumbuh serupa kumpulan danau di ketinggian. air yang memandang kami
bagai anak-anak dengan tatap paling lengang
di lain waktu, titik itu kerap singgah di kulit kami, di pepori, lantas mengalir ke hati
kami. kami selalu merasa, titik-titik itu ialah ikan berlompatan yang biasa kami lepas
di kala gerimis pertama tiba. ikan-ikan yang kami namai sebagai jiwa kami di masa
purba
di lain tempat, hujan itu menyimpan salam pada sepasang telinga kami.
salam dari perempuan paling kami rindukan. sebab di dadanyalah, sekian kami
mendengar degup pertama, degupkencang ketika tubuh kami lemah dan sepasang
mata kami belum mampu menilas pandang

2009



hikayat pedoa

diucapnya kata pertama, kata yang ia
dengar dari sebentang malam hampa.
kata paling diam, sediam sepi malam
di sana, ia terpisah dari kata-kata lain
dari sepi lain yang biasa melingkupi
mimpi dan tidurnya
kata kedua ia kenang dari awan-awan
berpendar. awan pecah yang ia tatap pelan
sepelan langkah rentanya di depan altar
ia selalu merasa udara tertahan,
mendekam di telinganya
ia mengira, dekam itu ialah dedoa
yang ia panjatkan, dodoa yang tak pernah
tiba di ketinggian
seterusnya ia rangkai kata dari lengang
yang menudunginya, lengang rahasia
yang kerap ia dengar, yang ia sendiri
tak tahu makna dan artinya

2009



ritual kata

kami gemar membaca doa-doa di larut petang
sebab kami percaya, sebagian dari kami
tersimpan dan menyimpan diri di lubuk kata
sewaktu-waktu, malam akan memanggil kami,
mungkin sebagian dari kami, untuk menjadi lentera
di celah sunyi, di hati dalam yang tak pernah kami raih
kami senantiasa menghapal kata-katanya, menghitung
satu dua kalimat yang biasa kami baca. sebab kami tahu
kata, kalimat itu perlahan menjauhkan kami dari sepi,
dari hantu yang terlampau sering jadi bayang-bayang kami
dari ingatan yang bersembunyi di kiri kanan kami
sebab menjelang pagi, kata-kata yang kami kira
sebagai doa itu kami pandang pelan-pelan menghilang.
kata-kata itu berubah rahasia paling diam

2009



Mosaik Tiga Masa Lalu

a. di sebuah musim rahasia
Di sebuah musim rahasia
kutemu pohon masa lalu
di sana terpahat namaku dan namamu
ketika kita diam bertemu,
saling membisu, lalu pulang
pada rindu yang jatuh
Di pohon itu pula,kupu-kupu berhamburan
melambaikan namamu di langit petang
tanpa kutahu, mereka meninggalkan
namaku sendirian di ranting kerontang
Sebab di ranting itu
ulat-ulat memamah namaku, satu per satu
sampai nama-namaku luruh, kulupakan
dan tak kuhapal, satu per satu

b. pohon renta
pohon renta, yang usianya
hanya mampu kita duga
ketika bersua di siang lapang
sebagai kanak-kanak berlarian
bersembunyi dari terik yang memanjang
kita tak bisa melawan
hingga kita temukan
sebatang pohon tua rindang
pohon penghalang; senyap meneduhkan
kupahatkan namaku,
isyarat waktu yang membatu:
aku ingin mengenalmu
kusemaikan reranting mimpi untukmu,
juga bebunga igau, juga kupu-kupu
harum bakau
agar sesekali engkau singgah
dalam sepasang nama yang kita dedah
pada rahasia paling purba

c. seperti pusaran waktu
seperti pusaran waktu dungu
senja menawanku pada masa lalu
namamu haru, perlahan lenyap
disesap rindu
sepasang degup bersitumbuh
di jantung kanakku
aku reguk haus kenangan
jalan kota merenggang, lengang
pertigaan :
tempat pohon renta menjulang,
menghilang ke langit lapang
di situ, tubuhmu semu aku rengkuh
hingga tanggal-tanggal gugur jauh

(2008)

*) Dody Kristianto, lahir di Surabaya, 3 April 1986. Belajar di Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya. Menulis puisi, cerpen dan sedikit esai. Karya-karyanya terpublikasi pada beberapa media dan dimuat di beberapa antologi bersama. Bergiat pada Komunitas Rabo Sore (KRS) dan menjadi penggerak forum Sastra Alienasi Rumput Berbasis Independen (SARBI). Saat ini tinggal di Sidoarjo.

Tidak ada komentar:

Label

Sajak-Sajak Pertiwi Nurel Javissyarqi Fikri. MS Imamuddin SA Mardi Luhung Denny Mizhar Isbedy Stiawan ZS Raudal Tanjung Banua Sunlie Thomas Alexander Beni Setia Budhi Setyawan Dahta Gautama Dimas Arika Mihardja Dody Kristianto Esha Tegar Putra Heri Latief Imron Tohari Indrian Koto Inggit Putria Marga M. Aan Mansyur Oky Sanjaya W.S. Rendra Zawawi Se Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agit Yogi Subandi Ahmad David Kholilurrahman Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Akhmad Muhaimin Azzet Alex R. Nainggolan Alfiyan Harfi Amien Wangsitalaja Anis Ceha Anton Kurniawan Benny Arnas Binhad Nurrohmat Dina Oktaviani Endang Supriadi Fajar Alayubi Fitri Yani Gampang Prawoto Heri Listianto Hudan Nur Indra Tjahyadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Jimmy Maruli Alfian Joko Pinurbo Kurniawan Yunianto Liza Wahyuninto Mashuri Matroni el-Moezany Mega Vristian Mujtahidin Billah Mutia Sukma Restoe Prawironegoro Ibrahim Rukmi Wisnu Wardani S Yoga Salman Rusydie Anwar Sapardi Djoko Damono Saut Situmorang Sihar Ramses Simatupang Sri Wintala Achmad Suryanto Sastroatmodjo Syaifuddin Gani Syifa Aulia TS Pinang Taufiq Wr. Hidayat Tengsoe Tjahjono Tjahjono Widijanto Usman Arrumy W Haryanto Y. Wibowo A. Mustofa Bisri A. Muttaqin Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah el Khalieqy Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Nurullah Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Alunk Estohank Alya Salaisha-Sinta Amir Hamzah Arif Junianto Ariffin Noor Hasby Arina Habaidillah Arsyad Indradi Arther Panther Olii Asa Jatmiko Asrina Novianti Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Baban Banita Badruddin Emce Bakdi Sumanto Bambang Kempling Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sujibto Budi Palopo Chavchay Syaifullah D. Zawawi Imron Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Dian Hardiana Dian Hartati Djoko Saryono Doel CP Allisah Dwi S. Wibowo Edi Purwanto Eimond Esya Emha Ainun Nadjib Enung Nur Laila Evi Idawati F Aziz Manna F. Moses Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fatah Yasin Noor Firman Nugraha Firman Venayaksa Firman Wally Fitra Yanti Fitrah Anugrah Galih M. Rosyadi Gde Artawan Goenawan Mohamad Gus tf Sakai Hamdy Salad Hang Kafrawi Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasnan Bachtiar Herasani Heri Kurniawan Heri Maja Kelana Herry Lamongan Husnul Khuluqi Idrus F Shihab Ira Puspitaningsih Irwan Syahputra Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jafar Fakhrurozi Johan Khoirul Zaman Juan Kromen Jun Noenggara Kafiyatun Hasya Kazzaini Ks Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Krisandi Dewi Kurniawan Junaedhie Laela Awalia Lailatul Kiptiyah Leon Agusta Leonowens SP M. Harya Ramdhoni M. Raudah Jambakm Mahmud Jauhari Ali Maman S Mahayana Marhalim Zaini Misbahus Surur Mochtar Pabottingi Mugya Syahreza Santosa Muhajir Arifin Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Yasir Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Nirwan Dewanto Nunung S. Sutrisno Nur Wahida Idris Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Oka Rusmini Pandapotan M.T. Siallagan Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Petrus Nandi Pranita Dewi Pringadi AS Pringgo HR Putri Sarinande Putu Fajar Arcana Raedu Basha Remmy Novaris D.M. Rey Baliate Ria Octaviansari Ridwan Rachid Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Robin Dos Santos Soares Rozi Kembara Sahaya Santayana Saiful Bakri Samsudin Adlawi Satmoko Budi Santoso Sindu Putra Sitok Srengenge Skylashtar Maryam Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sunaryono Basuki Ks Sungging Raga Susi Susanti Sutan Iwan Soekri Munaf Suyadi San Syukur A. Mirhan Tan Lioe Ie Tarpin A. Nasri Taufik Hidayat Taufik Ikram Jamil Teguh Ranusastra Asmara Thoib Soebhanto Tia Setiadi Timur Sinar Suprabana Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Toni Lesmana Tosa Poetra Triyanto Triwikromo Udo Z. Karzi Ulfatin Ch Umar Fauzi Ballah Wahyu Heriyadi Wahyu Prasetya Wayan Sunarta Widya Karima Wiji Thukul Wing Kardjo Y. Thendra BP Yopi Setia Umbara Yusuf Susilo Hartono Yuswan Taufiq Zeffry J Alkatiri Zehan Zareez Zen Hae