http://www.facebook.com/group.php?gid=91739295309
CINTA DAN KEINGINAN
Jika cinta itu bukan garis dari wilayah terlarang maka izinkanlah aku untuk menempuhnya meski sendiri terlalu muda usiaku tuk berbicara tentang cinta.
Tapai mengapa aku berani ?
Karana setiap manusia pasti merasakan mencintai dan di cintai oleh siapapun orangnya baik seorang gusti ataupun sahaya, manusia mempunyai jawaban tersendiri tentang cinta dan itupun tergantung pada ketulusan rasa fikiran dan imajinasi kita menangkapnya walau hanya sepotong kata menjawabnya biarlah waktu nati yang akan menjawab karna waktu lebih jujur dari pada kita,sampai sekarang cinta masih menjadi sebuah legenda dan tanda tanya bagi kita. Setiap kata dapat merasakan kehaduranya walau lidah kita keluh gagu tetapi kita tetap ingin merasakanya,sebuah perasaan memang tidak bisa di kengkang dan selamanya tempahan itu akan mendapatkan wadah kadang terhalang oleh tirai setatus dan kadangkala kita akan pemahaman tentang cinta,hinga gejolak itu hanya bersutar membentur dan mencabik kita dalam kesedihan panjang dan sunguh menyedihkan.Pada saat seperti itu kita seakan di hadapkan pada jurang serba ketidak mungkinan,akankah kita melangkah jika yata di depan kita jurang kasta?
Ataukah hanya terdiam sedangkan kita berhak merasakan cinta dan di cinta,lalu apa yang kita dapat perbuat di hadapan rasa dan keinginan merasai dihadapan cinta dan permasalahan,dihadapan cinta dan setatus perlu segudang pengalaman dan waktu yang panjang untuk menjawabnya.
Aku tidak bisa aku hanya mampu berkata dengan ocehanku kelak, “ hidup sejati adalah hidup yang merempet bahaya ”.Jika kita sudah memiliki keteguhan dan merasakan sedikit keteguhan itu dapat melayari cinta,maka jurang kasta tidaklah berarti karna kesadaran bahwa tidak selamanya cinta harus memiliki tubuh.Tetapi jika kia belum mempunyai kekuatan menormakan maka lebih baik kita sendiri biarkan kesendirian itu menjadi teman sekaligus kekasih kita tapa tambatan segala hal walau harus sedikit tersiksa,dan jika terus memaksa maka yang ter jadi hanyalah frustasi dan kesedihan panjang.
Cinta sendiri bukanlah permainan asalan.
Embun
Jika kau hadir padaNya
demi semata-mata menghadapkan permohonanmu
maka kau sebenarnya terhijab dariNya
kau tak bisa melihatNya
walau panahan matamu
setajam matahari
menyirnakan embun tajalli
pandanglah hanya pada WajahNya
itulah solatmu yang hakiki
pertemuan tanpa tirai
di dalam relung Masjidil Haram
ada yang solat di depan Ka’abah
ada yang solat di dalam Ka’abah
ada yang solat langsung tak nampak Ka’abah
kekasih membawa sejadahnya ke mana-mana
berjalan di lorong hati yang senyap
akan menuntun kau ke mihrabNya
sedang kau berdiri dengan alas sejadah
siapa yang menyembah
dan siapa pula yang disembah
ketika mata kewujudanmu tertutup
mata hatimu pun terbuka
dan kau bisa melihat Dia
sepertimana Dia akan memperlihatkan DiriNya
kepada penghuni syurga
jadilah penghuni rumahNya
dan tinggalkan bayang-bayang makhluk
di padang keakuan diri
tatkala Dia mengangkat selubungNya
maka semua hari yang mutlak
adalah makrifat
tugas kita adalah membuka pintu diri ini
kerana kerajaanNya ada di dalam
kata sang semut kepada Sulaiman,
“kami ini makhluk kecil
nyaris tak terlihat dunia
justeru bagaimana cinta agungNya
bisa berada di dalam kewujudan kami?”
Ya Rabbi
sepatutnya dalam berdoa
aku yang harus menuruti segala keinginanMu
bukan Kau pula yang harus memenuhi
segala keinginanku
di padang keraguan
jubah-jubah berhimpun keluh-kesah
waktu telah tiba
namun Kau belum jua menepati permohonan
mata hati menjadi cair dan kabur
suara-suara bertanya
“mengapa Kau masih diam menangguh
hingga membuat kami begitu gusar
mungkinkah kerana amalan kami tidak mencukupi
atau kami abai menyempurnakan kewajiban”
makrifat itu kurnia teragungMu
di saat Kau membuka pintu semesta
tak siapa menyedari
Kau mahu memperkenalkan diriMu
sedangkan segala persembahan amalan
hanya berupa hadiah
dibalas dengan hadiah
benih cinta
yang tidak disemadikan
ke dalam tanah
tidak akan tumbuh
sebagai pohon yang sempurna
langit hitam itulah hati
ia hanya terang
jika Tuhan ternampak di dalamnya
andai kau masih tidak melihat Dia
di bentangan luas kosmos ini
kau juga tidak akan melihat Dia
di negeri akhirat kekal abadi
kau memerlukan misykat pelita terang-benderang
demi melihat Dia pada dirimu
tiada apa pun yang menghijab Dia
yang lain dari Dia adalah Dia juga
laksana kaca gilang-gemilang
tanpa tersentuh api
tidak di timur tidak di barat
kaca itulah cahaya, cahaya itulah kaca
bias keindahanNya
tampak jelas pada segala sesuatu
sebenarnya Tuhan tidak ghaib
maka untuk menujuNya
perlukah sampai mencari dalil
sebenarnya Tuhan juga tidak jauh
dari permaidani kosmos ini
maka untuk menyatukan diri kepadaNya
perlukah tabir yang memisahkan
mata hatimu sendiri menyaksikan
hakikatmu tiada
usah kau menunggang keldai
dari alam ke alam yang lain
kau harus berhijrah serta tinggalkan segera
semua alam ciptaanNya
dan renungkanlah
di manakah kini Dia menempatkanmu
pada kasih-sayangMu aku bermohon
jangan Kau usir diriku
ketika kuhadir di depan pintuMu
jangan Kau jauhkan diriku
ketika kuhampir pada batasMu
nafsu telah mendorongku tampil kepadaMu
setelah menjeratku sebagai orang tawanan
Kaulah penyelamatku
di medan tempur percintaan
kini bagaimana aku bisa bermunajat kepadaMu
sehabis sahaja pertempuran
seluruh padang kosmos ini lenyap
di dalam singgahsanaMu
kudahagakan minuman
dari gelas cintaMu yang jernih
bagaimana harus kuungkapkan
Kau sebenarnya ada
di sebalik hati yang berselaput debu-debu bumi
Kau sentiasa berjalan di padang sahara jiwaku
membawa rohku bersamaMu
demi asyik akan cinta terhadapMu
aku tersingkir dari tasbih orang-orang awam
puisi menjadikan hubungan lebih mesra dan akrab
dari ucap zikir di bibir
semua hasrat di hati telah sirna
sebaik saja melihat Kau datang
membawa harapan-harapan sejati
tanpa rasa cinta anugerahMu
tak kan kutahu siapa diriku
aku yakin benar
telah menyaksikanMu dalam jiwaku
namun yang melihatMu dari sisi luar
menjangkakan bumi ini bukan tempat kunjunganMu
Kau tetap berada selamanya
di atas singgahsana langitMu
malam sehabis munajat
mereka pulang lalu menutup pintu-pintu rumahMu
mereka padamkan semua lampu
mereka mengosongkan mihrabMu sehingga fajar
sementara hati orang-orang yang tak pernah tidur
sepanjang malamnya
dapat melihatMu dengan jelas dan nyata
mereka memohon keampunan dariMu
sebelum datang kematian yang dijanjikan
GENDERANG
Tangan seni itu hanya tahu menabuh, derum deram derum deram
betapa kulit itulah kubu yang selama mempertahankan hakikat,
demi suara membentak dalam kurungan, demi cinta telah pun
tumbuh bersayap, menerjang terbang dari pintu buana.
genderang itu hanya kulit, rahsianya terletak nun di tengah-tengah,
pada hakikatnya alam tak berbunyi, tak berhuruf, tak bersuara
– hampa, kosong.
dengarkan paluan atma, sebelum tersentuh Alif
ada langit berlubang
“di manakah Aku?”
ketika alam belum benar-benar terjadi.
MENCARI KESETIAAN
Kali ini kita diuji
mukul seluruh rasa
berseliweran segala cita
tapi kita selalu saja bertanya:
inikah cinta? atau dusta?
sekali ini aku pertanyakan kembali:
apakah itu cinta? apakah itu setia?
sebab aku tak habis pikir
perasaan selalu saja melantur
dan kita tak pernah mampu mengukur
seberapa pantas kita berikan
cinta dan sebuah kesetiaan
kemudian kita kembali terjerumus
dalam lubanglubang pikiran kita
dihempas-lepaskan kepada beban
entah kita bisa menyempurnakan
perjalanan atau semua bagai kesiasiaan
satu-satunya jawaban
bagi hati yang bertepikan angan:
“cinta tak melulu berbilang harap”
ADAKAH YANG LEBIH INDAH DARI CINTA?
adakah yang lebih indah dari cinta?
perempuan merindukan setia
siang malam mewujud bayang
menarik jiwa seperti magnit
-jauh tidak berjarak
dekat tidak berantara-
bermuka-muka dalam kedekatannya
membiarkan senja menepi di pinggir bumi
adakah yang lebih indah dari cinta?
ruang dan waktu baginya
hanyalah batas dimensi yang dicipta
dalam ilmu fisika dan matematika
SYAHADAT CINTA
saksi atasku namamu
saksi atasmu namaku
aku kau dalam satu wujud
tidak kenal lelaki atau perempuan
karena jiwa tak punya kemaluan
punya sayap seperti malaikat
bisa terbang ke langit tertinggi
mencapai keesaan cinta
atas namaku namamu
esa dalam seribu
Jakarta, 12 September 2008.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
Sajak-Sajak Pertiwi
Nurel Javissyarqi
Fikri. MS
Imamuddin SA
Mardi Luhung
Denny Mizhar
Isbedy Stiawan ZS
Raudal Tanjung Banua
Sunlie Thomas Alexander
Beni Setia
Budhi Setyawan
Dahta Gautama
Dimas Arika Mihardja
Dody Kristianto
Esha Tegar Putra
Heri Latief
Imron Tohari
Indrian Koto
Inggit Putria Marga
M. Aan Mansyur
Oky Sanjaya
W.S. Rendra
Zawawi Se
Acep Zamzam Noor
Afrizal Malna
Agit Yogi Subandi
Ahmad David Kholilurrahman
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Akhmad Muhaimin Azzet
Alex R. Nainggolan
Alfiyan Harfi
Amien Wangsitalaja
Anis Ceha
Anton Kurniawan
Benny Arnas
Binhad Nurrohmat
Dina Oktaviani
Endang Supriadi
Fajar Alayubi
Fitri Yani
Gampang Prawoto
Heri Listianto
Hudan Nur
Indra Tjahyadi
Javed Paul Syatha
Jibna Sudiryo
Jimmy Maruli Alfian
Joko Pinurbo
Kurniawan Yunianto
Liza Wahyuninto
Mashuri
Matroni el-Moezany
Mega Vristian
Mujtahidin Billah
Mutia Sukma
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Rukmi Wisnu Wardani
S Yoga
Salman Rusydie Anwar
Sapardi Djoko Damono
Saut Situmorang
Sihar Ramses Simatupang
Sri Wintala Achmad
Suryanto Sastroatmodjo
Syaifuddin Gani
Syifa Aulia
TS Pinang
Taufiq Wr. Hidayat
Tengsoe Tjahjono
Tjahjono Widijanto
Usman Arrumy
W Haryanto
Y. Wibowo
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
Abdul Wachid B.S.
Abi N. Bayan
Abidah el Khalieqy
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Nurullah
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Alunk Estohank
Alya Salaisha-Sinta
Amir Hamzah
Arif Junianto
Ariffin Noor Hasby
Arina Habaidillah
Arsyad Indradi
Arther Panther Olii
Asa Jatmiko
Asrina Novianti
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Baban Banita
Badruddin Emce
Bakdi Sumanto
Bambang Kempling
Beno Siang Pamungkas
Bernando J. Sujibto
Budi Palopo
Chavchay Syaifullah
D. Zawawi Imron
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Dian Hardiana
Dian Hartati
Djoko Saryono
Doel CP Allisah
Dwi S. Wibowo
Edi Purwanto
Eimond Esya
Emha Ainun Nadjib
Enung Nur Laila
Evi Idawati
F Aziz Manna
F. Moses
Fahmi Faqih
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fatah Yasin Noor
Firman Nugraha
Firman Venayaksa
Firman Wally
Fitra Yanti
Fitrah Anugrah
Galih M. Rosyadi
Gde Artawan
Goenawan Mohamad
Gus tf Sakai
Hamdy Salad
Hang Kafrawi
Haris del Hakim
Hasan Aspahani
Hasnan Bachtiar
Herasani
Heri Kurniawan
Heri Maja Kelana
Herry Lamongan
Husnul Khuluqi
Idrus F Shihab
Ira Puspitaningsih
Irwan Syahputra
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jafar Fakhrurozi
Johan Khoirul Zaman
Juan Kromen
Jun Noenggara
Kafiyatun Hasya
Kazzaini Ks
Kedung Darma Romansha
Kika Syafii
Kirana Kejora
Krisandi Dewi
Kurniawan Junaedhie
Laela Awalia
Lailatul Kiptiyah
Leon Agusta
Leonowens SP
M. Harya Ramdhoni
M. Raudah Jambakm
Mahmud Jauhari Ali
Maman S Mahayana
Marhalim Zaini
Misbahus Surur
Mochtar Pabottingi
Mugya Syahreza Santosa
Muhajir Arifin
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Yasir
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Nirwan Dewanto
Nunung S. Sutrisno
Nur Wahida Idris
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Oka Rusmini
Pandapotan M.T. Siallagan
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Petrus Nandi
Pranita Dewi
Pringadi AS
Pringgo HR
Putri Sarinande
Putu Fajar Arcana
Raedu Basha
Remmy Novaris D.M.
Rey Baliate
Ria Octaviansari
Ridwan Rachid
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Robin Dos Santos Soares
Rozi Kembara
Sahaya Santayana
Saiful Bakri
Samsudin Adlawi
Satmoko Budi Santoso
Sindu Putra
Sitok Srengenge
Skylashtar Maryam
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sunaryono Basuki Ks
Sungging Raga
Susi Susanti
Sutan Iwan Soekri Munaf
Suyadi San
Syukur A. Mirhan
Tan Lioe Ie
Tarpin A. Nasri
Taufik Hidayat
Taufik Ikram Jamil
Teguh Ranusastra Asmara
Thoib Soebhanto
Tia Setiadi
Timur Sinar Suprabana
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Toni Lesmana
Tosa Poetra
Triyanto Triwikromo
Udo Z. Karzi
Ulfatin Ch
Umar Fauzi Ballah
Wahyu Heriyadi
Wahyu Prasetya
Wayan Sunarta
Widya Karima
Wiji Thukul
Wing Kardjo
Y. Thendra BP
Yopi Setia Umbara
Yusuf Susilo Hartono
Yuswan Taufiq
Zeffry J Alkatiri
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar