Rabu, 27 Mei 2009

Sajak-Sajak Dian Hartati

http://www.lampungpost.com/
Sebab Kisah Telah Digariskan

jangan meratap
sebab kisah telah digariskan sang kuasa
tanah kenangan hanya menyimpan sejarah
lampau, adalah waktu di mana kau
berlarilari kecil
mengejar tukang es kuncang
duduk rapi di serambi
menonton randai puti amban
ingatkah, ketika tangismu melunjak
mata beningmu mengiringi langkah kukuh sang mamak
ia pergi tanpa bercerita
ia pergi tanpa memberi warta padamu
berbilang tahun
kau pun mengikuti kata hati
merantau, meninggalkan ibu yang seorang
mengalungkan rindu di leher jenjang
“upik, denai pergi ke seberang pulau
mencari jejak mamak
jaga bunda dan lepau di samping rumah”
pesanmu pada adik yang beranjak akil balig
jangan meratap
sebab kisah telah digariskan sang kuasa
alur hidup tengah dianyam runyam
kau, kini berjalan tak tentu arah
menggapai sesuatu yang tak tuntas
merutuki hidup yang tak jera
inikah negeri yang didatangi mamak
begitu ramai dan sesak
mengingatkan pada bapak yang tak pernah dijumpa
ya, tibatiba kau sadar
sejak kapan kepergian membawa kisah duka
sampai kini jenjang rumah tak pernah disapa bapak
melanjau
menjumbai
mengaitkan segala harapan yang tak kunjung datang
bertahanlah di rantau, hanya itu pesan ibu yang kau ingat
galado lancang menerjang pancang
berita itu kau baca di koran
rumahrumah tak bersisa
surausurau tak lagi bersuara
dan kau resah mengingat lepau di samping rumah
tak ada tangis yang terurai
ketika sebuah fakta kau dengar
maka lanjutkan hidup di rantau
dan kau melupakan kisah di punggung gunung
sarasah di hulu manikam
masa silam yang selalu kau rindukan
jangan meratap
sebab kisah telah digariskan sang kuasa
jalan lapang menyuguh di depan mata
kota telah menjadikan tubuhmu batu
perjumpaan dengan mamak tak lagi diharap
tak ada daya
sebab negeri orang bertabiat lain
tak serupa khayalanmu
hingga petaka di musim gasal
mengantarkan resah yang melipat
kampung di seberang pulau patah
goncangan itu menyisakan isak
matamu cermat di depan televisi
suarasuara itu kabarkan puluhan korban
suarasuara itu sampaikan gelisah tak karuan
ternyata indramu tak membatu
hatimu bergetar ketika kotak televisi mengajak pulang
ajakan yang memilukan
“oih, rang rantau, pulanglah, caliaklah,
kampung kito, alah rato jo tanah”

SudutBumi, 2007



Perempuan Pemetik Teh

iringiringan perempuan memecah pagi sunyi
langkah tanpa alas kaki mengawali keras kehidupan
di punggungpunggung mereka melekat kantungkantung
capingcaping menyembunyikan wajah mereka dalamdalam
di seterik matahari
tangantangan gemulai memetik pucukpucuk kerinduan
mengemasi semua daundaun teh muda
memenuhi tanggung jawab pemilik hari
semua usai di lelah senja
melepaskan capingcaping geriapkan harapan hari esok
meracik setiap lembarlembar kedukaan
memintal khas aroma pagi

SudutBumi, 2005



Himpunan Imaji

akhirnya langkahku terhenti di sebuah mal
gedung berlantai banyak yang mengakumulasikan bilangan imajiner
aku mulai menghitung banyaknya wajah dan mencari koordinatmu
satu minggu habis dihimpun waktu
aku dan kamu menaksir jarak dalam sebuah ruang
setidaknya segenggam rindu akan ditransformasikan
dan kupastikan titik singgung itu begitu indah
ingatkah kau pada peristiwa setahun lampau
ketika masingmasing dari kita bersikukuh menggenapkan janji
mengikat pertemuan, agar kita mampu melarutkan rindu
ingatkah kau?
sebab saat ini semua itu bernegasi
di mal yang sama, enam bulan yang lalu
kita sempat merumuskan sebuah deret angka
“aku ingin deret angka rahasia menjadi pin dalam kartu debitku”
dan kau hanya tertawa melihat aku mengurutkan angkaangka, deret fibonacci
lambang bilangan yang menyimbolkan hari jadi kita
satu jam berlalu
dan aku masih mencari koordinatmu
mengirangira kau akan muncul dari sudut mana
aku pun menjadi ragu akan kehadiranmu
sebab rindu yang berbunga di hatiku
hanya tersemai di ruang imaji

SudutBumi, Mei 2008



Belantara Praduga Tentang Dirimu
buat Wa Ode Wulan Ratna

diamdiam kau memeram senyum di sungging pagi
mengerjapkan mata karena resah menanti kekasih
merindui jelaga yang hadir dikecam belantara praduga
matamata itu mengajakmu berdamai dengan kantuk
ceracau di tengah suasana kalut mesinmesin ibukota
jalanan sunyi memasungkan dirimu dalam area tak bernama
tak ada yang tahu,
ketika kau jatuh luruh bersama angin musim hujan
melarungkan perjalanan dari kota ke kota
melukiskan kesedihan anakanak ayam tanpa induk
tak ada yang mengerti,
saat kau melampaui waktuwaktu maya
bersenggama dengan gelisah, rimbarimba pencakar langit
tanahtanah koyak di selepas pijakkan
tibatiba kau dicengkram hangat tubuh penaripenari jalanan
lindap pegunungan memamah masa
senandung mengawali cerita tentang nama
keratonkeraton dengan prasasti tak berarti
titimangsa tiada guna
semua membalut tubuhtubuh luka
likat, melekat, dalam sejarah tak tercatat
mencari awal dan akhir perjalanan bersama kekasih
tak ada sesiapa
hanya gulungan ombak menyeret sebuah praduga
di belantara doadoa penghantar bumi yang bertambah tua

SudutBumi, 2006



Ketika Kunangkunang Menyerbu Mataku

sebuah perjalanan mengantarkan aku pada lembah bisu lembah kunangkunang
pendar cahaya tercipta begitu saja ketika angin menawan tubuh dalam gigil
malam gasal selalu membawa aroma tubuhmu melindap di antara pohonan
lingkar tahun itu telah sesatkan sebuah jejak di batangbatang penuh kemilau
masih kuingat peristiwa kala itu ketika laju kendara melayang di batas langit
memecah arakan gemawan menyublimkan pandangan di wilayah tak berjarak
begitu lekat tatap matamu menghunjam bumi purba memecah kelu semesta
tiang penyangga hadir bertumbuhan di sela gerimis hantarkan aroma apel
kepak sayapsayap hadirkan gundah di puncak malam sirnakan giris yang kelam
setiap kelok jalan siratkan gelisah menghitung sisa usia genapkan sebuah rasa
begitu saja mata terpejam merasakan amuk cahaya letup di setiap singgahnya
jangan pandangi lembah itu lembah kunangkunang telah membunuh setiap raga
cuaca tak bersahabat semua lebam dimamah duka musim diam tak berubah
kilau itu terus saja memaku setiap ingatan di retina membinarkan sebuah duka
lari! hingga sinar itu lenyap di lengkung pagi dan sejarah melupa wajahmu

SudutBumi, 2006

Tidak ada komentar:

Label

Sajak-Sajak Pertiwi Nurel Javissyarqi Fikri. MS Imamuddin SA Mardi Luhung Denny Mizhar Isbedy Stiawan ZS Raudal Tanjung Banua Sunlie Thomas Alexander Beni Setia Budhi Setyawan Dahta Gautama Dimas Arika Mihardja Dody Kristianto Esha Tegar Putra Heri Latief Imron Tohari Indrian Koto Inggit Putria Marga M. Aan Mansyur Oky Sanjaya W.S. Rendra Zawawi Se Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agit Yogi Subandi Ahmad David Kholilurrahman Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Akhmad Muhaimin Azzet Alex R. Nainggolan Alfiyan Harfi Amien Wangsitalaja Anis Ceha Anton Kurniawan Benny Arnas Binhad Nurrohmat Dina Oktaviani Endang Supriadi Fajar Alayubi Fitri Yani Gampang Prawoto Heri Listianto Hudan Nur Indra Tjahyadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Jimmy Maruli Alfian Joko Pinurbo Kurniawan Yunianto Liza Wahyuninto Mashuri Matroni el-Moezany Mega Vristian Mujtahidin Billah Mutia Sukma Restoe Prawironegoro Ibrahim Rukmi Wisnu Wardani S Yoga Salman Rusydie Anwar Sapardi Djoko Damono Saut Situmorang Sihar Ramses Simatupang Sri Wintala Achmad Suryanto Sastroatmodjo Syaifuddin Gani Syifa Aulia TS Pinang Taufiq Wr. Hidayat Tengsoe Tjahjono Tjahjono Widijanto Usman Arrumy W Haryanto Y. Wibowo A. Mustofa Bisri A. Muttaqin Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah el Khalieqy Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Nurullah Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Alunk Estohank Alya Salaisha-Sinta Amir Hamzah Arif Junianto Ariffin Noor Hasby Arina Habaidillah Arsyad Indradi Arther Panther Olii Asa Jatmiko Asrina Novianti Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Baban Banita Badruddin Emce Bakdi Sumanto Bambang Kempling Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sujibto Budi Palopo Chavchay Syaifullah D. Zawawi Imron Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Dian Hardiana Dian Hartati Djoko Saryono Doel CP Allisah Dwi S. Wibowo Edi Purwanto Eimond Esya Emha Ainun Nadjib Enung Nur Laila Evi Idawati F Aziz Manna F. Moses Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fatah Yasin Noor Firman Nugraha Firman Venayaksa Firman Wally Fitra Yanti Fitrah Anugrah Galih M. Rosyadi Gde Artawan Goenawan Mohamad Gus tf Sakai Hamdy Salad Hang Kafrawi Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasnan Bachtiar Herasani Heri Kurniawan Heri Maja Kelana Herry Lamongan Husnul Khuluqi Idrus F Shihab Ira Puspitaningsih Irwan Syahputra Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jafar Fakhrurozi Johan Khoirul Zaman Juan Kromen Jun Noenggara Kafiyatun Hasya Kazzaini Ks Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Krisandi Dewi Kurniawan Junaedhie Laela Awalia Lailatul Kiptiyah Leon Agusta Leonowens SP M. Harya Ramdhoni M. Raudah Jambakm Mahmud Jauhari Ali Maman S Mahayana Marhalim Zaini Misbahus Surur Mochtar Pabottingi Mugya Syahreza Santosa Muhajir Arifin Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Yasir Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Nirwan Dewanto Nunung S. Sutrisno Nur Wahida Idris Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Oka Rusmini Pandapotan M.T. Siallagan Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Petrus Nandi Pranita Dewi Pringadi AS Pringgo HR Putri Sarinande Putu Fajar Arcana Raedu Basha Remmy Novaris D.M. Rey Baliate Ria Octaviansari Ridwan Rachid Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Robin Dos Santos Soares Rozi Kembara Sahaya Santayana Saiful Bakri Samsudin Adlawi Satmoko Budi Santoso Sindu Putra Sitok Srengenge Skylashtar Maryam Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sunaryono Basuki Ks Sungging Raga Susi Susanti Sutan Iwan Soekri Munaf Suyadi San Syukur A. Mirhan Tan Lioe Ie Tarpin A. Nasri Taufik Hidayat Taufik Ikram Jamil Teguh Ranusastra Asmara Thoib Soebhanto Tia Setiadi Timur Sinar Suprabana Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Toni Lesmana Tosa Poetra Triyanto Triwikromo Udo Z. Karzi Ulfatin Ch Umar Fauzi Ballah Wahyu Heriyadi Wahyu Prasetya Wayan Sunarta Widya Karima Wiji Thukul Wing Kardjo Y. Thendra BP Yopi Setia Umbara Yusuf Susilo Hartono Yuswan Taufiq Zeffry J Alkatiri Zehan Zareez Zen Hae