Rabu, 18 Agustus 2021

Sajak-Sajak Muhammad Yasir

Ode untuk Indonesia
 
Apakah kami juga Indonesia,
setelah puisi-puisi pesakitan dijual kepada redaktur koran mingguan untuk kesenangan seorang penyair?
 
Katakanlah bahwa kami juga Indonesia,
dan bahwa darah-darah kami telah disedot habis kekuasaan kemudian dimasukan ke dalam tong baja pemintal sutera untuk jas seorang presiden dunia ketiga!
 
Sungai berair emas menjadi danau cokelat dan keruh,
danau cokelat dan keruh menjadi gunung batu bara yang tinggi dan kokoh, kemudian menjadi vila-vila mewah, lalu menjadi ribuan pabrik dan berakhir menjadi Indonesia.
 
Di sanalah kami bernyanyi dan mati sebagai Indonesia?
Tunggu! Perut kami yang lapar menuntut makanan, sementara properti kami telah dirampas dan apakah kau memiliki mur dan baut untuk meredam kegilaan di perut kami?
 
Apakah kami juga Indonesia,
setelah para penyair kehilangan keberanian melahirkan kata-kata yang dituduh non-poetik tentang pesakitan?
 
Jadi, Indonesia adalah puisi-puisi dalam koran mingguan dan darah-darah kami yang disedot habis dan tong baja pemintal sutera jas seorang presiden dunia ketiga dan sungai berair emas dan danau cokelat dan keruh dan gunung batu bara dan vila-vila mewah dan ribuan pabrik yang membuat kami dan memakan mur dan baut dan bernyanyi dan mati dan penyair yang kehilangan keberanian dan pesakitan.
 
Tunggu apa lagi, bunuhlah!
 
Surabaya, 2021.
 
 
 
Hieroglif Kesedihan
 
Aku melihatmu mendayung perahu di sungai berair emas
Aku mengira, aku mabuk ketika cahaya matahari kebiruan menembus ruang kerjaku
Tapi aku tidak memiliki properti untuk ditukar dengan alkohol, Sayang!
Jadi, aku masih sadar: bibirmu pucat, tanganmu yang renta
Melambai bersama desau angin dari hulu ketika Surabaya memberiku jalan hidup, kesedihan, dan nasib baik yang menolak tiba!
 
Aku tidak sedang mengeluh tentang penderitaan duniawi
tetapi berkali-kali dalam penderitaan cinta kita kesedihan merenggut airmata dan hari ini
Ketika aku mengingat kau menyelamatkan kami dari kelaparan
Kau berpesan pada setiap bulir padi senantiasa memberikan semangat hidup di tubuh kami
Kelaparan, penindasan paling hitam, gelap, dan jahat!
 
Jangan berikan aku pertanyaan tentang bagaimana kami menangis hari ini, Sayang!
Kematian adalah musim baru bagi peradaban abad 21 ini, dan kau pergi ke sana seorang diri
Ketika bahasa kemajuan memerah akal sehat dan hati kami!
Lengkaplah kesedihan ini dan perlahan membentuk hieroglif kesedihan:
Di sungai berair emas, aku melihatmu mendayung perahu membawa takdirmu!
 
Surabaya, 2021.
 
 
 
Ketika Kita Benar-benar Bebas
 
Oh! Cintaku, aku takkan mengobati luka di lenganku
Kubiarkan bekas kukumu mengering menjadi sungai kering tak lagi bernyanyi ketika kita benar-benar bebas dari belenggu kesunyian hari-hari.
 
Aku ingin pergi ke perpustakaan.
Aku ingin merobek setiap lembar isi buku tentang sejarah bangsaku dan merendamnya ke dalam genangan air di wastafel berkarat yang tersumbat dan membersihkan lukaku dengan itu!
 
Oh! Katakan, Cintaku! Ketika kita benar-benar bebas
Kita akan melupakan semuanya; masa lalu, masa kini, kemiskinan, penderitaan, dan pesakitan meski kegagalan ialah diri sendiri dan kematian ialah cahaya matahari sepanjang hari.
 
30 Juli 2021

http://sastra-indonesia.com/2021/08/sajak-sajak-muhammad-yasir/

Tidak ada komentar:

Label

Sajak-Sajak Pertiwi Nurel Javissyarqi Fikri. MS Imamuddin SA Mardi Luhung Denny Mizhar Isbedy Stiawan ZS Raudal Tanjung Banua Sunlie Thomas Alexander Beni Setia Budhi Setyawan Dahta Gautama Dimas Arika Mihardja Dody Kristianto Esha Tegar Putra Heri Latief Imron Tohari Indrian Koto Inggit Putria Marga M. Aan Mansyur Oky Sanjaya W.S. Rendra Zawawi Se Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agit Yogi Subandi Ahmad David Kholilurrahman Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Akhmad Muhaimin Azzet Alex R. Nainggolan Alfiyan Harfi Amien Wangsitalaja Anis Ceha Anton Kurniawan Benny Arnas Binhad Nurrohmat Dina Oktaviani Endang Supriadi Fajar Alayubi Fitri Yani Gampang Prawoto Heri Listianto Hudan Nur Indra Tjahyadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Jimmy Maruli Alfian Joko Pinurbo Kurniawan Yunianto Liza Wahyuninto Mashuri Matroni el-Moezany Mega Vristian Mujtahidin Billah Mutia Sukma Restoe Prawironegoro Ibrahim Rukmi Wisnu Wardani S Yoga Salman Rusydie Anwar Sapardi Djoko Damono Saut Situmorang Sihar Ramses Simatupang Sri Wintala Achmad Suryanto Sastroatmodjo Syaifuddin Gani Syifa Aulia TS Pinang Taufiq Wr. Hidayat Tengsoe Tjahjono Tjahjono Widijanto Usman Arrumy W Haryanto Y. Wibowo A. Mustofa Bisri A. Muttaqin Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah el Khalieqy Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Nurullah Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Alunk Estohank Alya Salaisha-Sinta Amir Hamzah Arif Junianto Ariffin Noor Hasby Arina Habaidillah Arsyad Indradi Arther Panther Olii Asa Jatmiko Asrina Novianti Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Baban Banita Badruddin Emce Bakdi Sumanto Bambang Kempling Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sujibto Budi Palopo Chavchay Syaifullah D. Zawawi Imron Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Dian Hardiana Dian Hartati Djoko Saryono Doel CP Allisah Dwi S. Wibowo Edi Purwanto Eimond Esya Emha Ainun Nadjib Enung Nur Laila Evi Idawati F Aziz Manna F. Moses Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fatah Yasin Noor Firman Nugraha Firman Venayaksa Firman Wally Fitra Yanti Fitrah Anugrah Galih M. Rosyadi Gde Artawan Goenawan Mohamad Gus tf Sakai Hamdy Salad Hang Kafrawi Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasnan Bachtiar Herasani Heri Kurniawan Heri Maja Kelana Herry Lamongan Husnul Khuluqi Idrus F Shihab Ira Puspitaningsih Irwan Syahputra Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jafar Fakhrurozi Johan Khoirul Zaman Juan Kromen Jun Noenggara Kafiyatun Hasya Kazzaini Ks Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Krisandi Dewi Kurniawan Junaedhie Laela Awalia Lailatul Kiptiyah Leon Agusta Leonowens SP M. Harya Ramdhoni M. Raudah Jambakm Mahmud Jauhari Ali Maman S Mahayana Marhalim Zaini Misbahus Surur Mochtar Pabottingi Mugya Syahreza Santosa Muhajir Arifin Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Yasir Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Nirwan Dewanto Nunung S. Sutrisno Nur Wahida Idris Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Oka Rusmini Pandapotan M.T. Siallagan Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Petrus Nandi Pranita Dewi Pringadi AS Pringgo HR Putri Sarinande Putu Fajar Arcana Raedu Basha Remmy Novaris D.M. Rey Baliate Ria Octaviansari Ridwan Rachid Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Robin Dos Santos Soares Rozi Kembara Sahaya Santayana Saiful Bakri Samsudin Adlawi Satmoko Budi Santoso Sindu Putra Sitok Srengenge Skylashtar Maryam Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sunaryono Basuki Ks Sungging Raga Susi Susanti Sutan Iwan Soekri Munaf Suyadi San Syukur A. Mirhan Tan Lioe Ie Tarpin A. Nasri Taufik Hidayat Taufik Ikram Jamil Teguh Ranusastra Asmara Thoib Soebhanto Tia Setiadi Timur Sinar Suprabana Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Toni Lesmana Tosa Poetra Triyanto Triwikromo Udo Z. Karzi Ulfatin Ch Umar Fauzi Ballah Wahyu Heriyadi Wahyu Prasetya Wayan Sunarta Widya Karima Wiji Thukul Wing Kardjo Y. Thendra BP Yopi Setia Umbara Yusuf Susilo Hartono Yuswan Taufiq Zeffry J Alkatiri Zehan Zareez Zen Hae