http://regional.kompas.com/
Namaku Leung Lai ching
Namaku Leung lai ching
aku lahir di Hung Hom, Hong Kong
orang tuaku penjual bunga-bunga kematian
rumahku dekat pembakaran mayat tapi harum
sejak kecil aku diajarkan makan dengan sumpit
bangun tidur setelah cuci muka dan sikat gigi
kubakar dupa untuk mengingat nenek moyang
mataku sipit kulitku putih
dibakar matahari pun akan kembali putih
kerjaku cuma sekolah
menjalani berbagai kursus agar pintar dan selebihnya bermain
membantu membersihkan rumah aku tak pernah
sebab ada pembantu yang bersamaku
anak-anak di negaraku hampir semua begitu
para ibu lebih suka bekerja dari pada mengurus anak dan rumahnya
– setiap pulang kerja ayah menggerutu, tak ada pembeli
bunga-bunga hilang aroma gugur layu
(Hong Kong)
Imlek
Menandai pergantian tahun
aku dan nenek Leung shiu Nam
dihajar kesibukan
rumah dicuci bersih agar sial tahun lalu
hilang tak terulang
bunga-bunga bermekaran
berdamping sesaji untuk para dewa
kwaci, gula-gula siap di meja
sebentar hari lagi kerabat saling berdatangan
berpeluk sesaat sambil mengucapkan kata-kata bijak
bertukar am pao aneka warna
kusiapkan seperangkat alat mah jong
untuk mereka bermain judi
ini sekedar tradisi yang tak akan ditangkap polisi
kelakar canda tawa sambil meminum teh panas
dari cangkir kecil hijau berukir naga emas
kepul asap dupa dihembus angin
menari kesegala arah
diam-diam aku jadi kanak
menyelinap membuka am pao
aha! bocah-bocah mengikutiku
kami tersenyum menahan lepas tawa
(Hong Kong, Imlek Feb 2004)
Terang Bulan di Hong Kong
lihatlah rembulan bercahaya indah menyinari bumi
mari anak-anak ambil lampion nyalakan
agar gelap malam makin terang
kau lihat di taman-taman dan sepanjang dermaga
semua kawan
membuat pesta membawa kue dan buah-buahan
bersama orang tua diringi zitar bergembira menyanyi untuk dewi rembulan
(Hung Hom, Hong Kong, Moon cakes Festival)
Pesta Dayung Perahu
ayo dayung perahu dayung ke arahku
kalahkan arus air melajulah mengejar waktu
biarlah keringat mengalir membakar semangat
dayung sampan sambil menatap ke depan
berlomba mendayung perahu naga
mengenang tradisi rakyat china
pantai Stanley sampai sungai Shatin
sambil memakan kue Chung
ayo dayung hingga ke ujung kemenangan
perahu naga berkelok-kelok indah buih airnya melukis laut
(Hong Kong, Dragon Boats Festival)
Gunung Bak Poa
Mari kawan kita berlayar naik perahu ke pulau Cheng Chau
menikmati pemandangan indah pantai
kuil Pak Tai tempat bersemayan dewa
didepannya ada perayaan panjat gunung kue bak pao
panjat tinggi ambil sebanyak-banyaknya kue
taruh di keranjang yang menggelantung di punggung
satu, dua, tiga ayo ambil terus
Mari kawan kita lihat bersama
karnaval keliling pulau dengan aneka baju tradisi China
banyak ular naga besar berdesis-desis liar
jangan takut sebab naga-naga berkaki manusia
(Hong Kong, Cheung Chau Bun Festival)
Mari-mari Bersembunyi
senja kelam di bulan tujuh malam lima belas
bakar terus dupa diantara lebatnya curah hujan
di hari Yue Lan, arwah bergentayangan dari neraka
mereka lapar dahaga bangkit setahun sekali
jangan sesekali mengumbar emosi
ragamu bisa di pinjamnya nanti
nenek merapal doa-doa
ayah menuang arak minuman dewa
ibu mengajarkan anak-anak
memasak dan melipat uang-uangan
untuk persembahan
jalanan lengang semua bersembunyi
tak ingin melihat arwah dan setan-setan
berebut lahap menyantap sesaji di pinggir jalan sepi
— Hanya raja naga beringas menari diiringi tetabuhan dengan syair mantra
(Hong Kong,Hungry Gost Festival)
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Tampilkan postingan dengan label Mega Vristian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mega Vristian. Tampilkan semua postingan
Kamis, 15 September 2011
Sabtu, 03 September 2011
Sajak-Sajak Mega Vristian
http://oase.kompas.com/
DOA YANG MENCINTA
: Joe Budi Sambodo
Allah, hapuskan ragu di hatiku hapuskan rasa takut di hatiku setelah Kau terbitkan matahari cintaku tuntunlah selalu hatiku tuk berani menyemaikan rindu setitik cahaya bahagia dari perjalanan panjang kehidupan yang penuh luka-luka
Allah, lelaki itu yang mengajakku bangkit lelaki itu yang dengan jemari kasihnya telah memperkenalkan kembali kepadaku tentang sesuatu yang telah lama kutinggalkan lelaki itu yang mengenalkan cinta lewat kasihnya sendiri lewat airmatanya sendiri: seperti embun terasa seperti air wudlu di subuh hari.
Allah, dia, lelaki itu, menyadarkan aku selama ini aku terlalu sombong aku terlalu yakin bisa sendiri sampai akhir dia menanamkan kembali pohon cinta di hati yang kembara di hati yang lelah
Allah, Izinkan aku selalu mencintainya dengan ketulusan dalam suka dan duka sampai batas usia menghadapi terik bersama
atasnama-Mu dan restu-Mu aku kan menggenggam jemarinya
Allah, izinkan kami bahagia berikan kami kebahagiaan satukan kami dalam keagungan-Mu dalam kehambaan kami berjalan, menuju surga-Mu tanpa ragu sekuat mampu ?
(Hong Kong, musim dingin 2010)
SAJAK UNTUK BIMA
aku baca sanjakmu tentang layang-layang cinta dan rindu segala bayang katamu, sayang baris-barismu seperti angin keluar dari sarang menggelegakkan telaga jiwaku tentu kau akan terus belajar berbahasa belajar memahami kehidupan mata air makna yang mengeraskan kelak tulangmu tentu kaupun akan terus menghirup bening airnya kelak memurnikan darahmu sebagai manusia dan ketika itu kau pun setiap bertemu mencium tanganku mengerti duka dan lukaku bangga menjadi anakku ibumu pengembara bagai pelangi jembatan ke matahari
aku baca sanjakmu, nak oh, sayapmu sudah mengepak kau mulai mengangkasa kau tahu tentu hatiku adalah sarang hatiku adalah rumah dengan pintu terbuka menunggumu pulang
apa yang ingin kutulis dari hong kong apa yang ingin kutulis dari tanjung rantau kembara kuminta kau tidak takut luka kuminta kau tidak takut jatuh hemat dengan airmata taklukkan badai tundukkan topan k arena di nadimu mengalir darahku perempuan yang menolak menyerah kecuali pada kehendak-Nya
(Hong Kong, Hung Hom, 2010)
CINTA DI UJUNG SENJA
selembar surat kukirim kepadanya tanpa huruf dan kata hanya genang air mata membekas melukis rasa
– bahagiakah?
(Hung Hom, Musim dingin 2010)
KANGEN
anak tersedu ibu pilu aku terpasung waktu
(Causway Bay, awal Agustus 2010)
UH
Senja jatuh aku mengaduh di kening guratan keriput bertambah,uh!
(Wanchai, awal Agutus 2010)
*
Mega Vristian, penulis yang sementara ini tinggal di Hong Kong, karyanya sudah banyak dibukukan.
DOA YANG MENCINTA
: Joe Budi Sambodo
Allah, hapuskan ragu di hatiku hapuskan rasa takut di hatiku setelah Kau terbitkan matahari cintaku tuntunlah selalu hatiku tuk berani menyemaikan rindu setitik cahaya bahagia dari perjalanan panjang kehidupan yang penuh luka-luka
Allah, lelaki itu yang mengajakku bangkit lelaki itu yang dengan jemari kasihnya telah memperkenalkan kembali kepadaku tentang sesuatu yang telah lama kutinggalkan lelaki itu yang mengenalkan cinta lewat kasihnya sendiri lewat airmatanya sendiri: seperti embun terasa seperti air wudlu di subuh hari.
Allah, dia, lelaki itu, menyadarkan aku selama ini aku terlalu sombong aku terlalu yakin bisa sendiri sampai akhir dia menanamkan kembali pohon cinta di hati yang kembara di hati yang lelah
Allah, Izinkan aku selalu mencintainya dengan ketulusan dalam suka dan duka sampai batas usia menghadapi terik bersama
atasnama-Mu dan restu-Mu aku kan menggenggam jemarinya
Allah, izinkan kami bahagia berikan kami kebahagiaan satukan kami dalam keagungan-Mu dalam kehambaan kami berjalan, menuju surga-Mu tanpa ragu sekuat mampu ?
(Hong Kong, musim dingin 2010)
SAJAK UNTUK BIMA
aku baca sanjakmu tentang layang-layang cinta dan rindu segala bayang katamu, sayang baris-barismu seperti angin keluar dari sarang menggelegakkan telaga jiwaku tentu kau akan terus belajar berbahasa belajar memahami kehidupan mata air makna yang mengeraskan kelak tulangmu tentu kaupun akan terus menghirup bening airnya kelak memurnikan darahmu sebagai manusia dan ketika itu kau pun setiap bertemu mencium tanganku mengerti duka dan lukaku bangga menjadi anakku ibumu pengembara bagai pelangi jembatan ke matahari
aku baca sanjakmu, nak oh, sayapmu sudah mengepak kau mulai mengangkasa kau tahu tentu hatiku adalah sarang hatiku adalah rumah dengan pintu terbuka menunggumu pulang
apa yang ingin kutulis dari hong kong apa yang ingin kutulis dari tanjung rantau kembara kuminta kau tidak takut luka kuminta kau tidak takut jatuh hemat dengan airmata taklukkan badai tundukkan topan k arena di nadimu mengalir darahku perempuan yang menolak menyerah kecuali pada kehendak-Nya
(Hong Kong, Hung Hom, 2010)
CINTA DI UJUNG SENJA
selembar surat kukirim kepadanya tanpa huruf dan kata hanya genang air mata membekas melukis rasa
– bahagiakah?
(Hung Hom, Musim dingin 2010)
KANGEN
anak tersedu ibu pilu aku terpasung waktu
(Causway Bay, awal Agustus 2010)
UH
Senja jatuh aku mengaduh di kening guratan keriput bertambah,uh!
(Wanchai, awal Agutus 2010)
*
Mega Vristian, penulis yang sementara ini tinggal di Hong Kong, karyanya sudah banyak dibukukan.
Langganan:
Postingan (Atom)
Label
Sajak-Sajak Pertiwi
Nurel Javissyarqi
Fikri. MS
Imamuddin SA
Mardi Luhung
Denny Mizhar
Isbedy Stiawan ZS
Raudal Tanjung Banua
Sunlie Thomas Alexander
Beni Setia
Budhi Setyawan
Dahta Gautama
Dimas Arika Mihardja
Dody Kristianto
Esha Tegar Putra
Heri Latief
Imron Tohari
Indrian Koto
Inggit Putria Marga
M. Aan Mansyur
Oky Sanjaya
W.S. Rendra
Zawawi Se
Acep Zamzam Noor
Afrizal Malna
Agit Yogi Subandi
Ahmad David Kholilurrahman
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Akhmad Muhaimin Azzet
Alex R. Nainggolan
Alfiyan Harfi
Amien Wangsitalaja
Anis Ceha
Anton Kurniawan
Benny Arnas
Binhad Nurrohmat
Dina Oktaviani
Endang Supriadi
Fajar Alayubi
Fitri Yani
Gampang Prawoto
Heri Listianto
Hudan Nur
Indra Tjahyadi
Javed Paul Syatha
Jibna Sudiryo
Jimmy Maruli Alfian
Joko Pinurbo
Kurniawan Yunianto
Liza Wahyuninto
Mashuri
Matroni el-Moezany
Mega Vristian
Mujtahidin Billah
Mutia Sukma
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Rukmi Wisnu Wardani
S Yoga
Salman Rusydie Anwar
Sapardi Djoko Damono
Saut Situmorang
Sihar Ramses Simatupang
Sri Wintala Achmad
Suryanto Sastroatmodjo
Syaifuddin Gani
Syifa Aulia
TS Pinang
Taufiq Wr. Hidayat
Tengsoe Tjahjono
Tjahjono Widijanto
Usman Arrumy
W Haryanto
Y. Wibowo
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
Abdul Wachid B.S.
Abi N. Bayan
Abidah el Khalieqy
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Nurullah
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Alunk Estohank
Alya Salaisha-Sinta
Amir Hamzah
Arif Junianto
Ariffin Noor Hasby
Arina Habaidillah
Arsyad Indradi
Arther Panther Olii
Asa Jatmiko
Asrina Novianti
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Baban Banita
Badruddin Emce
Bakdi Sumanto
Bambang Kempling
Beno Siang Pamungkas
Bernando J. Sujibto
Budi Palopo
Chavchay Syaifullah
D. Zawawi Imron
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Dian Hardiana
Dian Hartati
Djoko Saryono
Doel CP Allisah
Dwi S. Wibowo
Edi Purwanto
Eimond Esya
Emha Ainun Nadjib
Enung Nur Laila
Evi Idawati
F Aziz Manna
F. Moses
Fahmi Faqih
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fatah Yasin Noor
Firman Nugraha
Firman Venayaksa
Firman Wally
Fitra Yanti
Fitrah Anugrah
Galih M. Rosyadi
Gde Artawan
Goenawan Mohamad
Gus tf Sakai
Hamdy Salad
Hang Kafrawi
Haris del Hakim
Hasan Aspahani
Hasnan Bachtiar
Herasani
Heri Kurniawan
Heri Maja Kelana
Herry Lamongan
Husnul Khuluqi
Idrus F Shihab
Ira Puspitaningsih
Irwan Syahputra
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jafar Fakhrurozi
Johan Khoirul Zaman
Juan Kromen
Jun Noenggara
Kafiyatun Hasya
Kazzaini Ks
Kedung Darma Romansha
Kika Syafii
Kirana Kejora
Krisandi Dewi
Kurniawan Junaedhie
Laela Awalia
Lailatul Kiptiyah
Leon Agusta
Leonowens SP
M. Harya Ramdhoni
M. Raudah Jambakm
Mahmud Jauhari Ali
Maman S Mahayana
Marhalim Zaini
Misbahus Surur
Mochtar Pabottingi
Mugya Syahreza Santosa
Muhajir Arifin
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Yasir
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Nirwan Dewanto
Nunung S. Sutrisno
Nur Wahida Idris
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Oka Rusmini
Pandapotan M.T. Siallagan
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Petrus Nandi
Pranita Dewi
Pringadi AS
Pringgo HR
Putri Sarinande
Putu Fajar Arcana
Raedu Basha
Remmy Novaris D.M.
Rey Baliate
Ria Octaviansari
Ridwan Rachid
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Robin Dos Santos Soares
Rozi Kembara
Sahaya Santayana
Saiful Bakri
Samsudin Adlawi
Satmoko Budi Santoso
Sindu Putra
Sitok Srengenge
Skylashtar Maryam
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sunaryono Basuki Ks
Sungging Raga
Susi Susanti
Sutan Iwan Soekri Munaf
Suyadi San
Syukur A. Mirhan
Tan Lioe Ie
Tarpin A. Nasri
Taufik Hidayat
Taufik Ikram Jamil
Teguh Ranusastra Asmara
Thoib Soebhanto
Tia Setiadi
Timur Sinar Suprabana
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Toni Lesmana
Tosa Poetra
Triyanto Triwikromo
Udo Z. Karzi
Ulfatin Ch
Umar Fauzi Ballah
Wahyu Heriyadi
Wahyu Prasetya
Wayan Sunarta
Widya Karima
Wiji Thukul
Wing Kardjo
Y. Thendra BP
Yopi Setia Umbara
Yusuf Susilo Hartono
Yuswan Taufiq
Zeffry J Alkatiri
Zehan Zareez
Zen Hae