http://sastra-indonesia.com/
Apakah Tuhan Pernah Salah
~ untuk antok ~
pagi yang mendung seolah menjadi murung ketika aku mendengar suara-suara yang bukan hanya sekedar kabar burung bahwa tadi malam engkau kehilangan jantung.
jantung yang telah menjadikan engkau bergairah dalam mencari nafkah. jantung yang memacu engkau bergelora dalam berkata-kata. jantung yang membuat engkau berderai dalam tawa. jantung yang tak menyurutkan langkah meski engkau dalam lelah. jantung yang terkadang juga memamah rasa cemas di dadamu.
apakah suatu ketika Tuhan pernah salah dalam memilih menikam jantung hamba-Nya yang lebih tabah dalam setiap sembah melintasi lekuk-liku jalan perbukitan kehidupan.
Pondok Permata Suci, 25 Maret 2011
Menari
kami ingin gerak kami semarak dan gemulainya menjadi laku kami sehari-hari, bukan hanya sekedar banyak lisan dan sedikit perbuatan yang menjadi pedoman kehidupan kami sehingga ketika besar kami menjadi sabar dan tak kasar kepada setiap orang, bahkan kepada orang-orang yang meskipun mereka sebut-sebut, apalagi bukan Engkau yang menyebut, sebagai yang mungkar.
kami ingin setiap liukan tubuh kami menuntun kami agar kami tak gagap oleh gempita kuasa dan silau kilau rupa benda seperti mereka yang seringkali telah gemakan suara dengan gegap gempita dan busungkan dada namun selalu membuat mereka menjadi pelupa ketika telah di atas kursi suara.
kami ingin tarian kami membahana menyihir setiap pasang mata menjadi kasih tatapnya dan gemulainya menggerakkan setiap raga dalam alunan madah cinta yang berkumandang dan bersemayam dalam setiap dada.
Sidomor, 8 Maret 2011
Bawel
ingin aku pergi begitu saja
meninggalkan tanah neraka
para makhluknya bawel seperti
para nabi yang bersabda
tentang kebenaran dan dusta
pada umatnya
tetapi, di tanah itu tegak berdiri
tebing terjal tinggi
di puncaknya tersimpan gerbang
menuju ketinggian jiwa
bukankah kelak takkan dapat kita
bercengkerama
bila kita tak pernah jumpa
di tanah ini dengan-Nya
memang susah sungguh
jalan yang aku tempuh
memilah persimpangan
menuju yang berpagar duri
atau berhias roti
Gresik, 2010
Neraca
kami menyebutnya sebagai NERACA sebuah goresan tempat kami mencatat hasil penjumlahan dan pembilangan atau bahkan seringkali sebuah kelipatan atas perniagaan hidup yang kami lakukan. sebuah catatan yang tidak harus sesuai dengan perhitungan di lapangan namun dengan hasil sesuai dengan yang kami angan-pesankan.
kami menyebutnya sebagai NERACA sebuah simbol keseimbangan balasan bagi yang benar atau yang dusta, yang cinta atau yang alpa, yang bersih atau yang noda namun telah terbiasa menjadi sebuah tempat untuk mengabarkan, mengaburkan, dan menguburkan fakta-fakta sehingga yang dusta dan yang alpa yang noda dan yang cela masih dapat berlenggang melanjutkan hidup istimewa.
Engkau menyebutnya sebagai NERAKA sebuah tempat berkumpulnya segala dusta segala alpa segala noda segala cela dan segala yang sia-sia namun kami yakin bahwa Engkau hanya bermaksud membuat hati kami jerih dan jera karena sungguh kami percaya bahwa Mahakasih-Mu melebihi luasnya samudera.
Sidomoro, 18 Februari 2011
Rusun
waktu demi waktu kami hanya bisa menimbun petak-petak angan, menyesali petak-petak masa silam bermimpi tentang petak-petak masa depan yang semakin meluas mengembang, petak-petak angan seperti menjadi tuhan kehidupan yang menjadi satu-satunya tujuan
di sini kami saling berhimpitan dan berjejalan sambil mengibarkan bendera-bendera warna kelam tentang rasa getir dan khawatir tentang perjalanan hari-hari muakhir yang kami jejak tiada hari tanpa memeras pikir seolah tanpa akhir.
kami sangat yakin bahwa sang langit tak pernah memejamkan mata dan menutup telinganya terhadap kami oleh sebab itulah kepada langit yang maha indah seringkali kami dongakkan wajah-wajah dalam tangan-tangan tengadah berharap hidup kami tak seperti masa yang sudah-sudah.
kami juga sangat yakin bahwa sang langit selalu menjawab dongakan wajah dan tangan tengadah kami meski tetua-tetua kami hanya sesekali mendengar dan menampung keluh kisah kami.
bahkan kami sering mendengar jerit langit yang semakin tak di indahkan oleh tetua-tetua negeri kami yang seharusnya melalui tangan-tangan mereka sang langit mencurahkan karunianya bagi kegembiraan hati kami.
kegembiraan yang tak kunjung tiba itu merintikkan air dari mata-mata sembab kami lalu mengalir bak air bah dan pedihnya mata-mata kami membakar debu-debu menjadikannya bara yang menerjang segala yang ada dan akhirnya menjelma dalam berbagai wisata luka.
Gresik, 2010
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
Sajak-Sajak Pertiwi
Nurel Javissyarqi
Fikri. MS
Imamuddin SA
Mardi Luhung
Denny Mizhar
Isbedy Stiawan ZS
Raudal Tanjung Banua
Sunlie Thomas Alexander
Beni Setia
Budhi Setyawan
Dahta Gautama
Dimas Arika Mihardja
Dody Kristianto
Esha Tegar Putra
Heri Latief
Imron Tohari
Indrian Koto
Inggit Putria Marga
M. Aan Mansyur
Oky Sanjaya
W.S. Rendra
Zawawi Se
Acep Zamzam Noor
Afrizal Malna
Agit Yogi Subandi
Ahmad David Kholilurrahman
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Akhmad Muhaimin Azzet
Alex R. Nainggolan
Alfiyan Harfi
Amien Wangsitalaja
Anis Ceha
Anton Kurniawan
Benny Arnas
Binhad Nurrohmat
Dina Oktaviani
Endang Supriadi
Fajar Alayubi
Fitri Yani
Gampang Prawoto
Heri Listianto
Hudan Nur
Indra Tjahyadi
Javed Paul Syatha
Jibna Sudiryo
Jimmy Maruli Alfian
Joko Pinurbo
Kurniawan Yunianto
Liza Wahyuninto
Mashuri
Matroni el-Moezany
Mega Vristian
Mujtahidin Billah
Mutia Sukma
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Rukmi Wisnu Wardani
S Yoga
Salman Rusydie Anwar
Sapardi Djoko Damono
Saut Situmorang
Sihar Ramses Simatupang
Sri Wintala Achmad
Suryanto Sastroatmodjo
Syaifuddin Gani
Syifa Aulia
TS Pinang
Taufiq Wr. Hidayat
Tengsoe Tjahjono
Tjahjono Widijanto
Usman Arrumy
W Haryanto
Y. Wibowo
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
Abdul Wachid B.S.
Abi N. Bayan
Abidah el Khalieqy
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Nurullah
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Alunk Estohank
Alya Salaisha-Sinta
Amir Hamzah
Arif Junianto
Ariffin Noor Hasby
Arina Habaidillah
Arsyad Indradi
Arther Panther Olii
Asa Jatmiko
Asrina Novianti
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Baban Banita
Badruddin Emce
Bakdi Sumanto
Bambang Kempling
Beno Siang Pamungkas
Bernando J. Sujibto
Budi Palopo
Chavchay Syaifullah
D. Zawawi Imron
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Dian Hardiana
Dian Hartati
Djoko Saryono
Doel CP Allisah
Dwi S. Wibowo
Edi Purwanto
Eimond Esya
Emha Ainun Nadjib
Enung Nur Laila
Evi Idawati
F Aziz Manna
F. Moses
Fahmi Faqih
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fatah Yasin Noor
Firman Nugraha
Firman Venayaksa
Firman Wally
Fitra Yanti
Fitrah Anugrah
Galih M. Rosyadi
Gde Artawan
Goenawan Mohamad
Gus tf Sakai
Hamdy Salad
Hang Kafrawi
Haris del Hakim
Hasan Aspahani
Hasnan Bachtiar
Herasani
Heri Kurniawan
Heri Maja Kelana
Herry Lamongan
Husnul Khuluqi
Idrus F Shihab
Ira Puspitaningsih
Irwan Syahputra
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jafar Fakhrurozi
Johan Khoirul Zaman
Juan Kromen
Jun Noenggara
Kafiyatun Hasya
Kazzaini Ks
Kedung Darma Romansha
Kika Syafii
Kirana Kejora
Krisandi Dewi
Kurniawan Junaedhie
Laela Awalia
Lailatul Kiptiyah
Leon Agusta
Leonowens SP
M. Harya Ramdhoni
M. Raudah Jambakm
Mahmud Jauhari Ali
Maman S Mahayana
Marhalim Zaini
Misbahus Surur
Mochtar Pabottingi
Mugya Syahreza Santosa
Muhajir Arifin
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Yasir
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Nirwan Dewanto
Nunung S. Sutrisno
Nur Wahida Idris
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Oka Rusmini
Pandapotan M.T. Siallagan
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Petrus Nandi
Pranita Dewi
Pringadi AS
Pringgo HR
Putri Sarinande
Putu Fajar Arcana
Raedu Basha
Remmy Novaris D.M.
Rey Baliate
Ria Octaviansari
Ridwan Rachid
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Robin Dos Santos Soares
Rozi Kembara
Sahaya Santayana
Saiful Bakri
Samsudin Adlawi
Satmoko Budi Santoso
Sindu Putra
Sitok Srengenge
Skylashtar Maryam
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sunaryono Basuki Ks
Sungging Raga
Susi Susanti
Sutan Iwan Soekri Munaf
Suyadi San
Syukur A. Mirhan
Tan Lioe Ie
Tarpin A. Nasri
Taufik Hidayat
Taufik Ikram Jamil
Teguh Ranusastra Asmara
Thoib Soebhanto
Tia Setiadi
Timur Sinar Suprabana
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Toni Lesmana
Tosa Poetra
Triyanto Triwikromo
Udo Z. Karzi
Ulfatin Ch
Umar Fauzi Ballah
Wahyu Heriyadi
Wahyu Prasetya
Wayan Sunarta
Widya Karima
Wiji Thukul
Wing Kardjo
Y. Thendra BP
Yopi Setia Umbara
Yusuf Susilo Hartono
Yuswan Taufiq
Zeffry J Alkatiri
Zehan Zareez
Zen Hae
1 komentar:
Allah Maha Mendengar dan Maha Penyayang. maka dongakkanlah wajah-wajah kita dalam tangan-tangan tengadah , niscaya Dia akan menjawab dongakan wajah dan tangan tengadah kita. niscaya Dia mencurahkan karunianya bagi kegembiraan hati kita.
jadi, doa dan pengharapan yang tinggi itu hanya untuk Allah bukan untuk langit.
langit itu salah satu makhluk Allah, yang akan lenyap, sedangkan Allah adalah Dzat Yang Maha Kekal, di tangan-Nya lah seluruh alam semesta.
Posting Komentar