http://embun-tajali.blogspot.com/
MUWAJJAHA (Melihat Wajah Allah)
waktu aku baru duduk dalam pengajian,
diajarkan sang guru
bahawa Allah tak bisa dilihat dengan mata kepala,
dan sesungguhnya itu memang tak mungkin terjadi.
maka aku pun terbaca di dalam Qur’an,
Musa juga ingin melihat Allah
betapa pun Musa seorang Rasul
yang bisa berkata-kata langsung dengan Allah,
itu pun tak mungkin terjadi andai Musa ingin melihat Allah
dengan mata kepalanya sendiri,
Allah berfirman tataplah gunung Thursina itu,
jika gunung itu bisa menampung CahayaKu
maka kau dapat melihat WajahKu
namun gunung itu pun hancur lebur
tak bisa menahan CahayaNya.
namun ajaibnya sabda Nabi s.a.w.,
kalian bisa lihat Allah dalam syurga
justeru para sahabat tertanya-tanya,
bagaimana ya Rasulullah
kami bisa melihat Allah dalam syurga?
lantas kata Nabi, seperti kalian melihat bulan purnama
apakah menyakitkan pandangan matamu?
dijawab para sahabat, tidak wahai Rasulullah!
dan aku pun jadi bertanya,
heran, kita bisa lihat Allah dalam syurga?
mengapa di syurga?
benarkah Allah bisa dilihat di dalam syurga?
tapi bukankah Allah tidak bertempat
dan tidak memerlukan tempat
sepertimana yang diajarkan sang guru tauhid?
oh, barangkali syurga itu tempatnya paling terindah
bukankah Allah itu Maha Indah
dan Dia sukakan keindahan?
dikatakan Allah tidak bertempat
adalah dari aspek kefahaman ilmu sahaja
walau di dalam Qur’an
Dia sendiri menyatakan berada paling hampir
dari urat leher manusia,
syurga juga adalah sesuatu yang bertempat
tiada siapa dapat menafikan
Allah bisa dilihat di syurga
yang lebih luas dari seluruh alam maya ini
tapi syurga yang mana ya?
syurga ada 7 tingkatan
aku terus memburu jawaban dari kitab ke kitab
dari guru ke guru
akhirnya kutemui jawaban begini,
bahwa syurga yang dimaksudkan itu ialah Syurga Firdaus,
syurga yang tiada bidadari, pohon, sungai dan segala rupa benda
namun yang maksudnya melihat Allah,
bukan melihat ZatNya yang hakiki
tapi nur WajahNya
ZatNya berada di peringkat Ahadiat bernama Aku
di sisNya tiada suatu apa pun
tiada siapa yang dapat mengetahui tentang hakikatNya,
Aku adalah Kanzun Makhfiyyan (Perbendaharaan Yang Tersembunyi)
apabila Aku mahu dikenali, maka Aku menzahirkan WajahKu
yang namanya juga Nur Muhammad
dari DiriKu yang bersifat Ketuhanan
nah, WajahNya yang dikenali juga
sebagai Nur Muhammad
itulah yang akan kita saksikan di Syurga Firdaus,
bukan ZatNya!
Nur Muhammad adalah bayangan dari ZatNya,
sesungguhnya mata manusia
tidak bisa melihat matahari secara langsung,
melainkan melihat matahari di dalam bayangan air
TAMAN JIWA
sayap-sayap jiwa yang kukepak belumlah sampai kepada tujuan karena masih banyak perjalanan yang tersisa yang sia-sia dan harus aku rampungkan
meski engkau tahu bahwa tiada dapat perjalananku sampai akhir pencapaian bila tiada bimbingan tanganmu memapah kebutaan mataku ketulian telingaku dan ceracau bicaraku yang terus menerus menyebut namamu begitu pula keajaiban-keajaiban yang kau hamparkan dari segala perbendaharaan membuncahkan
nyanyian cinta hanya kepadamu dalam dadaku degub jantung memburu waktu yang terus berputar dan entah berakhir dimanakah hari yang kosong ini hari yang ganjil dalam kehidupanku ini
hari yang mengurangi usiaku ke puncak takdir demi mencarimu mencari segala kekuasaanmu mencari segala kuasa yang tak kupunyai selama ini dan engkau datang meminta kefanaan dari diriku atas namamu
kulepaskan tubuh kulepaskan jiwa yang kehilangan rasa dan perasaan kemudian aku disini meminta padamu dengan doa semoga engkau dapat menerima makrifat kebenaranmu makrifat kesejatian akan keesaanmu
bukan kemauanku sendiri yang ingin menanamkan bunga-bunga cinta di taman jiwa karena aku bukanlah apa-apa di hadapan engkau begitu pula di hadapan manusia seluruhnya
BERSANDAR PADA KEGEMILANGAN CAHAYA WAJAH-MU
Mengapa alunan musik-Mu berhenti ketika jalan setapak ini kulalui? Apakah terlalu banyak ringkih jiwaku dan keluh kesah mewarnai hari yang galau?
Sekiranya alunan itu dapat mengupas wajah hitamku, dan menampakkan kegelisahan di hadapan-Mu; akan kubiarkan pedang-Mu menusuk kalbuku biar mengucur darah dari segala duraku.
Namun Engkau tak mau kehilangan hati putihku, yang telah lama merindu damba keesaan-Mu Engkau hanya diam menatap keheningan wajahku; dan Engkaupun tetap setia menemaniku.
Begitulah kuceritakan pada buih dan ombak yang menghempas karang; ketakjuban yang tak kunjung pergi melintas pikiran dalam otakku.
Bersandarkan pada kegemilangan cahaya wajah-Mu; langit menangis pilu, namun dahaga bumi lenyap tersita waktu. Aku hanya mampu menyeka peluh yang menetes dari kening dan alisku. Ketika aku kehilangan kerja di muka bumi-Mu.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
Sajak-Sajak Pertiwi
Nurel Javissyarqi
Fikri. MS
Imamuddin SA
Mardi Luhung
Denny Mizhar
Isbedy Stiawan ZS
Raudal Tanjung Banua
Sunlie Thomas Alexander
Beni Setia
Budhi Setyawan
Dahta Gautama
Dimas Arika Mihardja
Dody Kristianto
Esha Tegar Putra
Heri Latief
Imron Tohari
Indrian Koto
Inggit Putria Marga
M. Aan Mansyur
Oky Sanjaya
W.S. Rendra
Zawawi Se
Acep Zamzam Noor
Afrizal Malna
Agit Yogi Subandi
Ahmad David Kholilurrahman
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Akhmad Muhaimin Azzet
Alex R. Nainggolan
Alfiyan Harfi
Amien Wangsitalaja
Anis Ceha
Anton Kurniawan
Benny Arnas
Binhad Nurrohmat
Dina Oktaviani
Endang Supriadi
Fajar Alayubi
Fitri Yani
Gampang Prawoto
Heri Listianto
Hudan Nur
Indra Tjahyadi
Javed Paul Syatha
Jibna Sudiryo
Jimmy Maruli Alfian
Joko Pinurbo
Kurniawan Yunianto
Liza Wahyuninto
Mashuri
Matroni el-Moezany
Mega Vristian
Mujtahidin Billah
Mutia Sukma
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Rukmi Wisnu Wardani
S Yoga
Salman Rusydie Anwar
Sapardi Djoko Damono
Saut Situmorang
Sihar Ramses Simatupang
Sri Wintala Achmad
Suryanto Sastroatmodjo
Syaifuddin Gani
Syifa Aulia
TS Pinang
Taufiq Wr. Hidayat
Tengsoe Tjahjono
Tjahjono Widijanto
Usman Arrumy
W Haryanto
Y. Wibowo
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
Abdul Wachid B.S.
Abi N. Bayan
Abidah el Khalieqy
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Nurullah
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Alunk Estohank
Alya Salaisha-Sinta
Amir Hamzah
Arif Junianto
Ariffin Noor Hasby
Arina Habaidillah
Arsyad Indradi
Arther Panther Olii
Asa Jatmiko
Asrina Novianti
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Baban Banita
Badruddin Emce
Bakdi Sumanto
Bambang Kempling
Beno Siang Pamungkas
Bernando J. Sujibto
Budi Palopo
Chavchay Syaifullah
D. Zawawi Imron
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Dian Hardiana
Dian Hartati
Djoko Saryono
Doel CP Allisah
Dwi S. Wibowo
Edi Purwanto
Eimond Esya
Emha Ainun Nadjib
Enung Nur Laila
Evi Idawati
F Aziz Manna
F. Moses
Fahmi Faqih
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fatah Yasin Noor
Firman Nugraha
Firman Venayaksa
Firman Wally
Fitra Yanti
Fitrah Anugrah
Galih M. Rosyadi
Gde Artawan
Goenawan Mohamad
Gus tf Sakai
Hamdy Salad
Hang Kafrawi
Haris del Hakim
Hasan Aspahani
Hasnan Bachtiar
Herasani
Heri Kurniawan
Heri Maja Kelana
Herry Lamongan
Husnul Khuluqi
Idrus F Shihab
Ira Puspitaningsih
Irwan Syahputra
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jafar Fakhrurozi
Johan Khoirul Zaman
Juan Kromen
Jun Noenggara
Kafiyatun Hasya
Kazzaini Ks
Kedung Darma Romansha
Kika Syafii
Kirana Kejora
Krisandi Dewi
Kurniawan Junaedhie
Laela Awalia
Lailatul Kiptiyah
Leon Agusta
Leonowens SP
M. Harya Ramdhoni
M. Raudah Jambakm
Mahmud Jauhari Ali
Maman S Mahayana
Marhalim Zaini
Misbahus Surur
Mochtar Pabottingi
Mugya Syahreza Santosa
Muhajir Arifin
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Yasir
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Nirwan Dewanto
Nunung S. Sutrisno
Nur Wahida Idris
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Oka Rusmini
Pandapotan M.T. Siallagan
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Petrus Nandi
Pranita Dewi
Pringadi AS
Pringgo HR
Putri Sarinande
Putu Fajar Arcana
Raedu Basha
Remmy Novaris D.M.
Rey Baliate
Ria Octaviansari
Ridwan Rachid
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Robin Dos Santos Soares
Rozi Kembara
Sahaya Santayana
Saiful Bakri
Samsudin Adlawi
Satmoko Budi Santoso
Sindu Putra
Sitok Srengenge
Skylashtar Maryam
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sunaryono Basuki Ks
Sungging Raga
Susi Susanti
Sutan Iwan Soekri Munaf
Suyadi San
Syukur A. Mirhan
Tan Lioe Ie
Tarpin A. Nasri
Taufik Hidayat
Taufik Ikram Jamil
Teguh Ranusastra Asmara
Thoib Soebhanto
Tia Setiadi
Timur Sinar Suprabana
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Toni Lesmana
Tosa Poetra
Triyanto Triwikromo
Udo Z. Karzi
Ulfatin Ch
Umar Fauzi Ballah
Wahyu Heriyadi
Wahyu Prasetya
Wayan Sunarta
Widya Karima
Wiji Thukul
Wing Kardjo
Y. Thendra BP
Yopi Setia Umbara
Yusuf Susilo Hartono
Yuswan Taufiq
Zeffry J Alkatiri
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar