Rabu, 11 Maret 2009

Sajak-Sajak Sapardi Djoko Damono

kompas.com
 
(Den Sastro meninggal juga, akhirnya. Di sebuah laci di lemari kamar tidurnya ditemukan berkas-berkas kertas yang bertulisan tangan, sejumlah sajak yang semuanya tanpa judul. Mungkin-kata mereka-sajak-sajak itu ada kaitannya dengan seorang perempuan yang bernama Rahayu, tokoh rekaan yang ada dalam benak lelaki tua itu.)
 
Sajak Tujuh
 
Cinta itu sebilah pisau
yang baru selesai diasah,
sekaligus sebutir limau
yang di atas pinggan terbelah.
 
 
 
Sajak Delapan
 
"Apa yang memantul di permukaan air itu?" tanyamu, pelahan.
Sisa siang, sisa genangan sehabis hujan,
sisa langit di antara daunan basah dan selembar awan -
sisa percakapan yang melelahkan tentang harapan.
Kau menghindar dari genangan itu, memegang erat-erat
tanganku, "Ada yang memantul di air kotor itu," katamu;
waktu itu sisa matahari sudah susut ke arah barat,
menawarkan warna kemerahan, "Cahaya itu," kataku.
Di perempatan kau menunjuk ke papan reklame itu,
aku tak begitu paham apa maksudmu,
tak tahu hubungan antara genangan air, cahaya matahari,
dan gambar anak-anak muda yang warna-warni.
 
 
 
Sajak Sembilan
 
"Setiap kau menatapku, aku seperti bercermin padamu,"
katamu. Cuaca serasa sesiut angin
menghindar dari knalpot sepeda motor itu.
Aku pun membayangkan pundak gunung yang dingin.
Serasa pernah kudengar ucapanmu itu di suatu waktu
ketika tak ada suara motor, ketika saat berhenti di depan cermin,
berkata, "Setiap aku menatapmu, kau seperti bercermin padaku."
Di antara yang di balik dan di depan cermin: udara dingin.
 
 
 
Sajak Sepuluh
 
Sore tak pernah bicara tentang siang, yang melekat
di aspal dan dinding pencakar langit. Tak pernah peduli
tentang udara yang memuai, membuat dada kita berat.
Ia bicara tentang langit yang bercermin embun pagi
yang menggantung di ujung daun, yang tak kekal,
yang raib waktu siang. Sore tak memasalahkan siang,
tak pernah dikatakannya, "Selamat siang," padamu; ia hanya
Kenal ucapan "Selamat pagi." Lalu tenggelam.
 
 
 
Sajak Sebelas
 
Begitu banyak orang. Dalam gedung bioskop kehidupan Ditawarkan.
Begitu panjang antrian, begitu panjang jarak dan jangkauan
antara sosok dan bayang-bayang. "Apa pula gerangan
yang diharapkan dari poster tentang yang serba menyilaukan?"
Aku tak ingin memberikan jawaban. Aku tak ingin
membayangkan segala yang kaubayangkan tentangku,
tak ingin kau berdiri dalam deretan panjang yang mungkin
hanya berujung pada gambar haru-biru dalam gedung itu.
 
 
 
Sajak Duabelas
 
Langit tak pernah curiga. Ia hanya melengkung di atas kita,
di tengahnya matahari-seperti bola mata.
Langit tidak pernah mengawasi langkah kaki kita,
tak pernah risau apakah kita ke selatan atau utara.
Langit suka berkaca pada bola matamu, yang tak letih
Menatapku, yang tak pernah berkejap seolah kawatir ia akan
Meninggalkanmu; di tengah kota yang selalu gelisah membincangkan cuaca
langit tak pernah mendengar keluhmu, "Kenapa ia di sana?"
 
 
 
Sajak Tigabelas
 
"Aku Angreni, Raden." Lampu yang redup di kamar ini
takkan percaya bahwa aku Panji. Juga ac yang memutih
dinginnya, juga gambar sawah yang miring ke kiri.
Kau pun mungkin tak akan pernah merintih,
"Kaulah Panjiku, Raden." Tak ada Sekartaji di ruang ini;
putri itu menyaksikanmu jadi abu bersamaku. Ia kenal aku
Panji, seperti jarum jam yang tak beringsut di dinding itu.
"Aku Sekartaji, Raden," kudengar suaramu lagi. Udara bagai Abu.
 
 
 
Sajak Empatbelas
 
Rasanya aku pernah mengenal jala laba-laba itu. Tidak
di hutan. Semakin rapat di antara penangkal petir pencakar
Langit dan menara mesjid. "Tapi benang-benangnya tak tampak,"
katamu ketika kita berusaha lolos darinya. Seperti sebuah jerit.
 
 
 
Sajak Limabelas
 
Kota ini sebuah gua: tiang telepon, antene, dan parabola-
selebihnya senyap. Yang dikenal sejak cinta kita
menjadi purba. "Kota ini sebuah gua?"
tanyamu memulai keheningan yang tanpa cakap, tanpa sia-sia.
 
 
 
Sajak Enambelas
 
"Kau lihat aku menyeberang?" tanyamu
ketika di tepi jalan ini kubisikkan suara musim padamu.
Kuhapus sisa titik hujan dari pelupuk matamu,
yang hampir tergelincir-sementara kaurapikan topiku.
Hujan akan segera turun lagi tampaknya. "Kenapa kau
tampak bergegas?" Tapi, siapa pula yang bergegas
kalau tahu bahwa bahkan dalam hujan tak ada risau
dan di bulu matamu sisa rintiknya akan lagi membekas?
 
 
 
Sajak Tujuhbelas
 
Rambutmu berkibaran di arus angin penghujan,
beberapa percik air tempias di pipimu. Demi Tuhan,
bukan karena itu aku mencintaimu, bukan
karena bajumu yang kusut-tak kaurapikan.
 
 
 
Sajak Delapanbelas
 
"Setanganku basah," katamu. Tapi tak kulihat kau mengusap matamu.
Suara peluit kereta dari kejauhan, tapi tak bisa kubayangkan
suatu perpisahan. "Kita tak berumah," kataku, seperti meyakinkanmu.
"Kaudengar suara geretak rel itu?" Kusiasati kiri-kanan.
Rasanya pernah kukenal lambang-lambang itu: rel, peluit.
Kereta-tapi tak tahu apa pernah kaupedulikan maknanya;
rasanya pernah kudengar suara-suara itu. "Matamu basah!"
Seperti ada hubungan antara semuanya itu, dan rumah.
 

***

Tidak ada komentar:

Label

Sajak-Sajak Pertiwi Nurel Javissyarqi Fikri. MS Imamuddin SA Mardi Luhung Denny Mizhar Isbedy Stiawan ZS Raudal Tanjung Banua Sunlie Thomas Alexander Beni Setia Budhi Setyawan Dahta Gautama Dimas Arika Mihardja Dody Kristianto Esha Tegar Putra Heri Latief Imron Tohari Indrian Koto Inggit Putria Marga M. Aan Mansyur Oky Sanjaya W.S. Rendra Zawawi Se Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agit Yogi Subandi Ahmad David Kholilurrahman Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Akhmad Muhaimin Azzet Alex R. Nainggolan Alfiyan Harfi Amien Wangsitalaja Anis Ceha Anton Kurniawan Benny Arnas Binhad Nurrohmat Dina Oktaviani Endang Supriadi Fajar Alayubi Fitri Yani Gampang Prawoto Heri Listianto Hudan Nur Indra Tjahyadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Jimmy Maruli Alfian Joko Pinurbo Kurniawan Yunianto Liza Wahyuninto Mashuri Matroni el-Moezany Mega Vristian Mujtahidin Billah Mutia Sukma Restoe Prawironegoro Ibrahim Rukmi Wisnu Wardani S Yoga Salman Rusydie Anwar Sapardi Djoko Damono Saut Situmorang Sihar Ramses Simatupang Sri Wintala Achmad Suryanto Sastroatmodjo Syaifuddin Gani Syifa Aulia TS Pinang Taufiq Wr. Hidayat Tengsoe Tjahjono Tjahjono Widijanto Usman Arrumy W Haryanto Y. Wibowo A. Mustofa Bisri A. Muttaqin Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah el Khalieqy Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Nurullah Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Alunk Estohank Alya Salaisha-Sinta Amir Hamzah Arif Junianto Ariffin Noor Hasby Arina Habaidillah Arsyad Indradi Arther Panther Olii Asa Jatmiko Asrina Novianti Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Baban Banita Badruddin Emce Bakdi Sumanto Bambang Kempling Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sujibto Budi Palopo Chavchay Syaifullah D. Zawawi Imron Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Dian Hardiana Dian Hartati Djoko Saryono Doel CP Allisah Dwi S. Wibowo Edi Purwanto Eimond Esya Emha Ainun Nadjib Enung Nur Laila Evi Idawati F Aziz Manna F. Moses Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fatah Yasin Noor Firman Nugraha Firman Venayaksa Firman Wally Fitra Yanti Fitrah Anugrah Galih M. Rosyadi Gde Artawan Goenawan Mohamad Gus tf Sakai Hamdy Salad Hang Kafrawi Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasnan Bachtiar Herasani Heri Kurniawan Heri Maja Kelana Herry Lamongan Husnul Khuluqi Idrus F Shihab Ira Puspitaningsih Irwan Syahputra Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jafar Fakhrurozi Johan Khoirul Zaman Juan Kromen Jun Noenggara Kafiyatun Hasya Kazzaini Ks Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Krisandi Dewi Kurniawan Junaedhie Laela Awalia Lailatul Kiptiyah Leon Agusta Leonowens SP M. Harya Ramdhoni M. Raudah Jambakm Mahmud Jauhari Ali Maman S Mahayana Marhalim Zaini Misbahus Surur Mochtar Pabottingi Mugya Syahreza Santosa Muhajir Arifin Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Yasir Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Nirwan Dewanto Nunung S. Sutrisno Nur Wahida Idris Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Oka Rusmini Pandapotan M.T. Siallagan Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Petrus Nandi Pranita Dewi Pringadi AS Pringgo HR Putri Sarinande Putu Fajar Arcana Raedu Basha Remmy Novaris D.M. Rey Baliate Ria Octaviansari Ridwan Rachid Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Robin Dos Santos Soares Rozi Kembara Sahaya Santayana Saiful Bakri Samsudin Adlawi Satmoko Budi Santoso Sindu Putra Sitok Srengenge Skylashtar Maryam Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sunaryono Basuki Ks Sungging Raga Susi Susanti Sutan Iwan Soekri Munaf Suyadi San Syukur A. Mirhan Tan Lioe Ie Tarpin A. Nasri Taufik Hidayat Taufik Ikram Jamil Teguh Ranusastra Asmara Thoib Soebhanto Tia Setiadi Timur Sinar Suprabana Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Toni Lesmana Tosa Poetra Triyanto Triwikromo Udo Z. Karzi Ulfatin Ch Umar Fauzi Ballah Wahyu Heriyadi Wahyu Prasetya Wayan Sunarta Widya Karima Wiji Thukul Wing Kardjo Y. Thendra BP Yopi Setia Umbara Yusuf Susilo Hartono Yuswan Taufiq Zeffry J Alkatiri Zehan Zareez Zen Hae