/1/
Aroma laut yang menyapu
halaman rumahmu setiap hari
menumbuhkan mawar-mawar indah
di atas kepalamu.
/2/
Masa kecil yang membesarkan budi,
nyanyian sakral orang-orang Ponu
dan burung bangau yang berlayar di atas ombak
telah membawamu ke negeri-negeri jauh.
/3/
Semua kembali tumpah di muka altar:
kegilaan masa remaja dan mimpi yang pasang surut,
tangis dan degup jantung pada setiap permulaan,
letih bibir kala melafalkan kosa kata, dan segalanya.
/4/
Hari ini, kau kembali dari sebuah perjalanan jauh.
Dari atas kepalamu, kami memetik mawar-mawar indah
sembari menyapa: Marhaban!
imam Tuhan dari negeri Ponu.
Puncak Scalabrini, Agustus 2020
Kwatrin untuk Cyprian
/1/
Cinta yang dihujankan kabut
di atas langit Wolo Ndopo bertahun-tahun lalu
sudah menumpahkan airmata haru
di muka altar suci.
/2/
Seperti mekar ingatan masa kecil
jadi buah kenanganmu hari ini,
tangisan bahagia kami, kelak
kau abadikan dalam musim gugur yang panjang.
/3/
Kemeriahan yang kita rayakan, kelak menghiburmu
saat kemegahan kota Paris tak membuatmu tenteram
dan sorak bebunga randu di punggung kampong
akan menghapus rindumu di bawah kaki menara Eifel.
/4/
Kau telah lelah melintasi medan juang.
Saatnya merebahkan peluh tubuh.
Rebah di atas panji-panji doa dan restu.
Semesta melebur di bawah tangan suci Monseigneur.
Puncak Scalabrini, Agustus 2020.
Kwatrin Seorang Pelaut
/1/
Aku mencintaimu, laut
walau demi ikhtiarku,
kurelakan tubuh utuh ditusuk
angin darat.
/2/
Aku menyayangimu, angin darat
meski harus tabah di atas perbenturan,
karena kita dua entitas yang tak selesai membaca
diri yang tak utuh.
/3/
Aku mengasihimu, ombak
sekalipun kau sembunyikan
hitungan usiaku
pada fluktuasi lompatanmu.
/4/
Aku mencintaimu, kehidupan
untuk itulah aku rela memikul rahasia,
mengarungi maut tak berpantai,
agar hidupku, hidup.
Puncak Scalabrini, Agustus 2020.
Petrus Nandi, seorang penyair desa, lahir di Pantar, Manggarai Timur pada 30 Juli 1997. Saat ini menetap di Maumere. Puisi-puisinya tersebar dalam beberapa buku antologi, Koran dan media online. Buku puisi tunggal perdananya berjudul Memoar (G Pustaka, 2020). http://sastra-indonesia.com/2020/10/sajak-sajak-petrus-nandi/
Masa kecil yang membesarkan budi,
nyanyian sakral orang-orang Ponu
dan burung bangau yang berlayar di atas ombak
telah membawamu ke negeri-negeri jauh.
/3/
Semua kembali tumpah di muka altar:
kegilaan masa remaja dan mimpi yang pasang surut,
tangis dan degup jantung pada setiap permulaan,
letih bibir kala melafalkan kosa kata, dan segalanya.
/4/
Hari ini, kau kembali dari sebuah perjalanan jauh.
Dari atas kepalamu, kami memetik mawar-mawar indah
sembari menyapa: Marhaban!
imam Tuhan dari negeri Ponu.
Puncak Scalabrini, Agustus 2020
Kwatrin untuk Cyprian
/1/
Cinta yang dihujankan kabut
di atas langit Wolo Ndopo bertahun-tahun lalu
sudah menumpahkan airmata haru
di muka altar suci.
/2/
Seperti mekar ingatan masa kecil
jadi buah kenanganmu hari ini,
tangisan bahagia kami, kelak
kau abadikan dalam musim gugur yang panjang.
/3/
Kemeriahan yang kita rayakan, kelak menghiburmu
saat kemegahan kota Paris tak membuatmu tenteram
dan sorak bebunga randu di punggung kampong
akan menghapus rindumu di bawah kaki menara Eifel.
/4/
Kau telah lelah melintasi medan juang.
Saatnya merebahkan peluh tubuh.
Rebah di atas panji-panji doa dan restu.
Semesta melebur di bawah tangan suci Monseigneur.
Puncak Scalabrini, Agustus 2020.
Kwatrin Seorang Pelaut
/1/
Aku mencintaimu, laut
walau demi ikhtiarku,
kurelakan tubuh utuh ditusuk
angin darat.
/2/
Aku menyayangimu, angin darat
meski harus tabah di atas perbenturan,
karena kita dua entitas yang tak selesai membaca
diri yang tak utuh.
/3/
Aku mengasihimu, ombak
sekalipun kau sembunyikan
hitungan usiaku
pada fluktuasi lompatanmu.
/4/
Aku mencintaimu, kehidupan
untuk itulah aku rela memikul rahasia,
mengarungi maut tak berpantai,
agar hidupku, hidup.
Puncak Scalabrini, Agustus 2020.
Petrus Nandi, seorang penyair desa, lahir di Pantar, Manggarai Timur pada 30 Juli 1997. Saat ini menetap di Maumere. Puisi-puisinya tersebar dalam beberapa buku antologi, Koran dan media online. Buku puisi tunggal perdananya berjudul Memoar (G Pustaka, 2020). http://sastra-indonesia.com/2020/10/sajak-sajak-petrus-nandi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar