Selasa, 13 Maret 2018

Sajak-Sajak Tjahjono Widijanto

Lampung Post, 3 Maret 2013
Mata Dadu

seperti senyum belati ia menatapmu
memindahkan warna merah api pada tapak tanganmu
siapa yang bisa tahan pada lambaiannya?

telah dipindahkan rasa lapar pada gairah merah  seorang  pelahap
yang terampil mengasah pisau dan menusukkan garpu
melahap tandas kerat-kerat daging dan gumpalan roti hingga remah terakhir
---Drupadi, tak ada kasta pada pesta perjamuan ini!
semua orang akan berebut menanggalkan jubah dan mantelnya di meja makan ini
bersama sejarah yang mengabur dan ingatan menjelma jejak sembab pantai amis yang kelabu
di jantungmu bayang-bayang akan meledak bersama taifun di dasar kebisuan

setelah pesta usai kau akan membangun monumen di matamu
bersama bunyi geluduk yang tak henti-henti mencacah musim
bukit-bukit akan hancur bergiliran dan dosa-dosa menjadi karam
bumi menggigil dalam ketelanjanganmu yang mengutuki sunyi
yang lebih sepi dari seribu kematian membusuk bersama salju
dan kembali sejarah menjadi kabur menunggu nyala api

Ngawi, 2012



Ulat dalam Apel

suatu saat kelak aku akan tumbuh menjadi naga menyediakan sebiji taring dan sekecup upas
tanda cinta sebagai ganti ucapan mesra seorang kekasih yang dibisikkan dari balik selimut dalam
geliat ranjang yang basah, membiusmu lelap tertidur dalam ranjang yang hangat oleh keringat.
dalam mimpimu kau akan bercerita  tentang cinta masa lalu, dua kerat rindu dan segelas
cocacola.dalam mimpimu itu pula aku menjelma angin yang tak berbekas di baris pasir-pasir
pantai, menghilang bersekutu dengan langit menjadi teka-teki di jagat ini.
jauh dan bisu.

suatu saat kelak aku akan tumbuh menjadi naga. di kutuk untuk selalu menggeliat di ranum
buah dalam genggaman jari-jarimu, atau menggelantung di ujung bibirmu menangkap deru
nafasmu lalu tergelincir ke dalam lorong tanpa cahaya menerobos labirin di dasar detak
jantungmu melahirkan erangan senyap yang panjang. berpinak dalam gelisah yang panas tak
pernah lunas terbalas sampai waktu menjebak kita pada teka-teki yang bergaung pada bukit-bukit
gurun dan tarian daun yang ranggas
    jauh dan bisu.

Ngawi, 2012



Lelaki yang Memotong Jari-jarinya

“Mana buktinya bahwa kau benar muridku dan aku benar gurumu, wahai sang jagoan?” demikian kabar berita yang dibawa sepotong senja ke kediamannya yang sepi di ceruk lembah senyap di tengah hutan yang coklat.
“Kuberikan potongan jari-jariku padamu sebagai baktiku padamu guru!”
 demikian kalimat terakhir yang ia ucapkan sambil menyorongkan potongan jari-jarinya ke muka gurunya.Lalu perlahan tubuhnya layu merangkul bumi di depan gurunya dan patung gurunya.
“Ekalaya, Mengapa kau begitu bodoh percaya hanya  pada sebongkah patung yang cuma serupa aku?” 
Tanya pak tua itu memunguti potongan-potongan jari yang berserakan di atas rumput yang masih basah oleh embun, oleh-oleh buat muridnya yang seorang lagi.

Tak ada yang menjawabnya kecuali hutan yang makin senyap dan makin coklat.



Lelaki Pengampak Kepala

“Ini kapak pembelah kayu untuk mengampak kepala Ibumu?” demikian kata bapak sembari mengobarkan api Syiwa di matanya. Dapat kau bayangkan betapa groginya aku di depan ibu. Lututku gemetar dan kuda-kudaku goyah di ujung lembing mata ibu yang sayu.
“Parasu mengapa kau ragu? Kalau kau benar-benar mencintai ibu, janganlah ragu segera kapak leherku!” kata perempuan itu lembut tersenyum sambil menyibakkan rambutnya yang hitam di kuduk leher yang jenjang.
    Tak ada lagi yang berkata-kata. Hanya warna merah melengkapi senja.

Ngawi, 2012

_____________
Tjahjono Widijanto, lahir di Ngawi, 18 April 1969. Menulis puisi, esai, dan sesekali cerpen di berbagai media nasional. Bukunya yang baru terbit: Dari Zaman Kapujanggan Hingga Kapitalisme: Segugusan Esai dan Telaah Sastra (Januari 2011) dan kumpulan sajak Janturan (Juni, 2011).


Tidak ada komentar:

Label

Sajak-Sajak Pertiwi Nurel Javissyarqi Fikri. MS Imamuddin SA Mardi Luhung Denny Mizhar Isbedy Stiawan ZS Raudal Tanjung Banua Sunlie Thomas Alexander Beni Setia Budhi Setyawan Dahta Gautama Dimas Arika Mihardja Dody Kristianto Esha Tegar Putra Heri Latief Imron Tohari Indrian Koto Inggit Putria Marga M. Aan Mansyur Oky Sanjaya W.S. Rendra Zawawi Se Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agit Yogi Subandi Ahmad David Kholilurrahman Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Akhmad Muhaimin Azzet Alex R. Nainggolan Alfiyan Harfi Amien Wangsitalaja Anis Ceha Anton Kurniawan Benny Arnas Binhad Nurrohmat Dina Oktaviani Endang Supriadi Fajar Alayubi Fitri Yani Gampang Prawoto Heri Listianto Hudan Nur Indra Tjahyadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Jimmy Maruli Alfian Joko Pinurbo Kurniawan Yunianto Liza Wahyuninto Mashuri Matroni el-Moezany Mega Vristian Mujtahidin Billah Mutia Sukma Restoe Prawironegoro Ibrahim Rukmi Wisnu Wardani S Yoga Salman Rusydie Anwar Sapardi Djoko Damono Saut Situmorang Sihar Ramses Simatupang Sri Wintala Achmad Suryanto Sastroatmodjo Syaifuddin Gani Syifa Aulia TS Pinang Taufiq Wr. Hidayat Tengsoe Tjahjono Tjahjono Widijanto Usman Arrumy W Haryanto Y. Wibowo A. Mustofa Bisri A. Muttaqin Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah el Khalieqy Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Nurullah Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Alunk Estohank Alya Salaisha-Sinta Amir Hamzah Arif Junianto Ariffin Noor Hasby Arina Habaidillah Arsyad Indradi Arther Panther Olii Asa Jatmiko Asrina Novianti Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Baban Banita Badruddin Emce Bakdi Sumanto Bambang Kempling Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sujibto Budi Palopo Chavchay Syaifullah D. Zawawi Imron Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Dian Hardiana Dian Hartati Djoko Saryono Doel CP Allisah Dwi S. Wibowo Edi Purwanto Eimond Esya Emha Ainun Nadjib Enung Nur Laila Evi Idawati F Aziz Manna F. Moses Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fatah Yasin Noor Firman Nugraha Firman Venayaksa Firman Wally Fitra Yanti Fitrah Anugrah Galih M. Rosyadi Gde Artawan Goenawan Mohamad Gus tf Sakai Hamdy Salad Hang Kafrawi Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasnan Bachtiar Herasani Heri Kurniawan Heri Maja Kelana Herry Lamongan Husnul Khuluqi Idrus F Shihab Ira Puspitaningsih Irwan Syahputra Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jafar Fakhrurozi Johan Khoirul Zaman Juan Kromen Jun Noenggara Kafiyatun Hasya Kazzaini Ks Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Krisandi Dewi Kurniawan Junaedhie Laela Awalia Lailatul Kiptiyah Leon Agusta Leonowens SP M. Harya Ramdhoni M. Raudah Jambakm Mahmud Jauhari Ali Maman S Mahayana Marhalim Zaini Misbahus Surur Mochtar Pabottingi Mugya Syahreza Santosa Muhajir Arifin Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Yasir Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Nirwan Dewanto Nunung S. Sutrisno Nur Wahida Idris Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Oka Rusmini Pandapotan M.T. Siallagan Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Petrus Nandi Pranita Dewi Pringadi AS Pringgo HR Putri Sarinande Putu Fajar Arcana Raedu Basha Remmy Novaris D.M. Rey Baliate Ria Octaviansari Ridwan Rachid Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Robin Dos Santos Soares Rozi Kembara Sahaya Santayana Saiful Bakri Samsudin Adlawi Satmoko Budi Santoso Sindu Putra Sitok Srengenge Skylashtar Maryam Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sunaryono Basuki Ks Sungging Raga Susi Susanti Sutan Iwan Soekri Munaf Suyadi San Syukur A. Mirhan Tan Lioe Ie Tarpin A. Nasri Taufik Hidayat Taufik Ikram Jamil Teguh Ranusastra Asmara Thoib Soebhanto Tia Setiadi Timur Sinar Suprabana Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Toni Lesmana Tosa Poetra Triyanto Triwikromo Udo Z. Karzi Ulfatin Ch Umar Fauzi Ballah Wahyu Heriyadi Wahyu Prasetya Wayan Sunarta Widya Karima Wiji Thukul Wing Kardjo Y. Thendra BP Yopi Setia Umbara Yusuf Susilo Hartono Yuswan Taufiq Zeffry J Alkatiri Zehan Zareez Zen Hae