Selasa, 13 Maret 2018

Sajak-Sajak Ahmad Yulden Erwin

Lampung Post, 24 Maret 2013
Perihal

Hal ini berjatuhan
Di kepala, merayap pelan
Di kaki semut-bulan
Tersuruk ke rumpun duri
Terpukau pelangi, berguling
Di perut cacing-matahari
Kemudian udang, tripang
Aglonema, dahlia, kaca diaduk
Ditumbuk sehalus-halusnya. 

Hal ini berhamburan
Di hati, mengintip tumit penari
Di jalan berlumpur: tanah, tahi
Di bawah pohon api: sepasang kaki
— Bukan, ini bukan metafora —
Hanya mirip sesuatu yang ditempa
Dipotong, digerinda, dilempar
Ke muara, tenggelam, muncul lagi
Di danau kering, di tebing tulang
Diasah ke pejal urat, diseret masuk
Ke sumsum mabuk, disedot ke tengah
Sunyi, dilindas berkali, tumbuh lagi
Dibakar, menyembul tunas baru. Dicabut.

Jika kau setangguh itu, tuliskan puisimu.



Fraktal Matahari

Bagi Iswadi Pratama

1
Matahari dan sebelas penjaganya. Inskripsi
kekosongan. Segala kosong adalah cicak perak
dan ekor merahnya; sepasang gagak bersiul

di dahan cendana; lidah api bersurai serigala!
Waktu memeluk hutan dan tebing longsornya.
Waktu menyapa bulan dan kuning obornya.

Waktu adalah jejak kesunyian. Waktu adalah
pintu rumah siput dan maut keabu-abuan.
Maut adalah ibu yang terlelap di bawah hujan.

2
Maut adalah cahaya. Maut menyapa bekas 
luka di punggung kita. Maut adalah pena dan
puisi-puisi menanti pembaca. Maut adalah

jendela dan sepasang mata kumbangnya.
Maut adalah senyum kecil di kuil air mata.
Maut adalah muara dari segala peniadaan. 

Maut adalah kehidupan. Lampu padam.
Batu menyala, juga waktu, dan kesunyian
yang terbelah bagai sepasang payudara.

3
Hidup adalah cacing, juga seekor kucing
yang menembus dinding kata-kata. Hidup selalu
berhembus di luar definisi. Hidup menuai

setiap imaji. Hidup berdendang bersama spora,
ganggang, dan amuba; bersama selarik puisi
yang mengunyahnya. Hidup adalah kerinduan

yang memeluk jantung angin. Hidup adalah
kesunyian dan sedan ranjang tanpa pengantin.
Hidup adalah desah sungai di gerbang labirin.

4
Matahari dan sebelas penjaganya. Matahari
yang tak pernah sama. Matahari yang selalu
ramah pada debu atau cakrawala. Matahari

yang menari bersama hidup dan kematian.
Matahari kita, matahari yang lahir dari rahim
kepedihan. Kisahkanlah, kisahkan kembali

air mata kita, o, tuliskanlah dengan keriangan
rumput-rumput sabana, dengan keheningan
seorang tualang yang telah pulang ke rumahnya.
 


Halaman


Kini mulai kubaca lagi halaman rumahku:
Pagar batu, dua rumpun seruni, sepasang
kelinci, juga tiga baris haiku yang memeluk

ranting petai cina. Kau tidak bisa bertanya:
Apakah Tuan tengah bermimpi atau terjaga?
Tiada batas kecuali dalam pikiranmu semata.

Tanah basah, genangan air bekas hujan, kilat
tiba-tiba menyergap seperti sekuntum anyelir 
yang mekar di fajar mataku. Jika kau dapat

melihat dengan jernih, maka akan kaudengar
kicau sepasang kutilang di dahan mangga;
akan kaurasakan pula desir angin membelai

kuntum-kuntum widuri di halaman tetangga.
Pada saat itu, janganlah sungkan bertanya:
Apakah Tuan tengah bermimpi atau terjaga?



Tanka Magnolia

kita adalah percik
dari kesunyian

jejak kosong
di ladang bintang-bintang

lalu puisi dituliskan

— perlahan

satu dunia tercipta
tumbuh di putik magnolia

mekar dan gugur
lalu hancur

— tanpa kata

matahari kita
mekar di kuntum magnolia.


___________
Ahmad Yulden Erwin, lahir di Tanjungkarang, 15 Juli 1972. Ia aktif menulis puisi dan prosa sastra sejak tahun 1987. Tahun 1997, ia menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Ekonomi Universitas Lampung. Beberapa puisinya pernah diterbitkan di media massa lokal dan nasional, juga dalam beberapa antologi puisi bersama. Setelah tahun 1999 praktis ia berhenti mempublikasikan puisi-puisinya dan lebih banyak aktif di gerakan sosial antikorupsi.

Tidak ada komentar:

Label

Sajak-Sajak Pertiwi Nurel Javissyarqi Fikri. MS Imamuddin SA Mardi Luhung Denny Mizhar Isbedy Stiawan ZS Raudal Tanjung Banua Sunlie Thomas Alexander Beni Setia Budhi Setyawan Dahta Gautama Dimas Arika Mihardja Dody Kristianto Esha Tegar Putra Heri Latief Imron Tohari Indrian Koto Inggit Putria Marga M. Aan Mansyur Oky Sanjaya W.S. Rendra Zawawi Se Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agit Yogi Subandi Ahmad David Kholilurrahman Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Akhmad Muhaimin Azzet Alex R. Nainggolan Alfiyan Harfi Amien Wangsitalaja Anis Ceha Anton Kurniawan Benny Arnas Binhad Nurrohmat Dina Oktaviani Endang Supriadi Fajar Alayubi Fitri Yani Gampang Prawoto Heri Listianto Hudan Nur Indra Tjahyadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Jimmy Maruli Alfian Joko Pinurbo Kurniawan Yunianto Liza Wahyuninto Mashuri Matroni el-Moezany Mega Vristian Mujtahidin Billah Mutia Sukma Restoe Prawironegoro Ibrahim Rukmi Wisnu Wardani S Yoga Salman Rusydie Anwar Sapardi Djoko Damono Saut Situmorang Sihar Ramses Simatupang Sri Wintala Achmad Suryanto Sastroatmodjo Syaifuddin Gani Syifa Aulia TS Pinang Taufiq Wr. Hidayat Tengsoe Tjahjono Tjahjono Widijanto Usman Arrumy W Haryanto Y. Wibowo A. Mustofa Bisri A. Muttaqin Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah el Khalieqy Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Nurullah Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Alunk Estohank Alya Salaisha-Sinta Amir Hamzah Arif Junianto Ariffin Noor Hasby Arina Habaidillah Arsyad Indradi Arther Panther Olii Asa Jatmiko Asrina Novianti Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Baban Banita Badruddin Emce Bakdi Sumanto Bambang Kempling Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sujibto Budi Palopo Chavchay Syaifullah D. Zawawi Imron Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Dian Hardiana Dian Hartati Djoko Saryono Doel CP Allisah Dwi S. Wibowo Edi Purwanto Eimond Esya Emha Ainun Nadjib Enung Nur Laila Evi Idawati F Aziz Manna F. Moses Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fatah Yasin Noor Firman Nugraha Firman Venayaksa Firman Wally Fitra Yanti Fitrah Anugrah Galih M. Rosyadi Gde Artawan Goenawan Mohamad Gus tf Sakai Hamdy Salad Hang Kafrawi Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasnan Bachtiar Herasani Heri Kurniawan Heri Maja Kelana Herry Lamongan Husnul Khuluqi Idrus F Shihab Ira Puspitaningsih Irwan Syahputra Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jafar Fakhrurozi Johan Khoirul Zaman Juan Kromen Jun Noenggara Kafiyatun Hasya Kazzaini Ks Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Krisandi Dewi Kurniawan Junaedhie Laela Awalia Lailatul Kiptiyah Leon Agusta Leonowens SP M. Harya Ramdhoni M. Raudah Jambakm Mahmud Jauhari Ali Maman S Mahayana Marhalim Zaini Misbahus Surur Mochtar Pabottingi Mugya Syahreza Santosa Muhajir Arifin Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Yasir Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Nirwan Dewanto Nunung S. Sutrisno Nur Wahida Idris Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Oka Rusmini Pandapotan M.T. Siallagan Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Petrus Nandi Pranita Dewi Pringadi AS Pringgo HR Putri Sarinande Putu Fajar Arcana Raedu Basha Remmy Novaris D.M. Rey Baliate Ria Octaviansari Ridwan Rachid Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Robin Dos Santos Soares Rozi Kembara Sahaya Santayana Saiful Bakri Samsudin Adlawi Satmoko Budi Santoso Sindu Putra Sitok Srengenge Skylashtar Maryam Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sunaryono Basuki Ks Sungging Raga Susi Susanti Sutan Iwan Soekri Munaf Suyadi San Syukur A. Mirhan Tan Lioe Ie Tarpin A. Nasri Taufik Hidayat Taufik Ikram Jamil Teguh Ranusastra Asmara Thoib Soebhanto Tia Setiadi Timur Sinar Suprabana Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Toni Lesmana Tosa Poetra Triyanto Triwikromo Udo Z. Karzi Ulfatin Ch Umar Fauzi Ballah Wahyu Heriyadi Wahyu Prasetya Wayan Sunarta Widya Karima Wiji Thukul Wing Kardjo Y. Thendra BP Yopi Setia Umbara Yusuf Susilo Hartono Yuswan Taufiq Zeffry J Alkatiri Zehan Zareez Zen Hae