Rabu, 27 April 2011

Sajak-Sajak Zawawi Se

http://sastra-indonesia.com/
Apakah Tuhan Pernah Salah
~ untuk antok ~

pagi yang mendung seolah menjadi murung ketika aku mendengar suara-suara yang bukan hanya sekedar kabar burung bahwa tadi malam engkau kehilangan jantung.

jantung yang telah menjadikan engkau bergairah dalam mencari nafkah. jantung yang memacu engkau bergelora dalam berkata-kata. jantung yang membuat engkau berderai dalam tawa. jantung yang tak menyurutkan langkah meski engkau dalam lelah. jantung yang terkadang juga memamah rasa cemas di dadamu.

apakah suatu ketika Tuhan pernah salah dalam memilih menikam jantung hamba-Nya yang lebih tabah dalam setiap sembah melintasi lekuk-liku jalan perbukitan kehidupan.

Pondok Permata Suci, 25 Maret 2011



Menari

kami ingin gerak kami semarak dan gemulainya menjadi laku kami sehari-hari, bukan hanya sekedar banyak lisan dan sedikit perbuatan yang menjadi pedoman kehidupan kami sehingga ketika besar kami menjadi sabar dan tak kasar kepada setiap orang, bahkan kepada orang-orang yang meskipun mereka sebut-sebut, apalagi bukan Engkau yang menyebut, sebagai yang mungkar.

kami ingin setiap liukan tubuh kami menuntun kami agar kami tak gagap oleh gempita kuasa dan silau kilau rupa benda seperti mereka yang seringkali telah gemakan suara dengan gegap gempita dan busungkan dada namun selalu membuat mereka menjadi pelupa ketika telah di atas kursi suara.

kami ingin tarian kami membahana menyihir setiap pasang mata menjadi kasih tatapnya dan gemulainya menggerakkan setiap raga dalam alunan madah cinta yang berkumandang dan bersemayam dalam setiap dada.

Sidomor, 8 Maret 2011



Bawel

ingin aku pergi begitu saja
meninggalkan tanah neraka
para makhluknya bawel seperti
para nabi yang bersabda
tentang kebenaran dan dusta
pada umatnya
tetapi, di tanah itu tegak berdiri
tebing terjal tinggi
di puncaknya tersimpan gerbang
menuju ketinggian jiwa
bukankah kelak takkan dapat kita
bercengkerama
bila kita tak pernah jumpa
di tanah ini dengan-Nya
memang susah sungguh
jalan yang aku tempuh
memilah persimpangan
menuju yang berpagar duri
atau berhias roti

Gresik, 2010



Neraca

kami menyebutnya sebagai NERACA sebuah goresan tempat kami mencatat hasil penjumlahan dan pembilangan atau bahkan seringkali sebuah kelipatan atas perniagaan hidup yang kami lakukan. sebuah catatan yang tidak harus sesuai dengan perhitungan di lapangan namun dengan hasil sesuai dengan yang kami angan-pesankan.

kami menyebutnya sebagai NERACA sebuah simbol keseimbangan balasan bagi yang benar atau yang dusta, yang cinta atau yang alpa, yang bersih atau yang noda namun telah terbiasa menjadi sebuah tempat untuk mengabarkan, mengaburkan, dan menguburkan fakta-fakta sehingga yang dusta dan yang alpa yang noda dan yang cela masih dapat berlenggang melanjutkan hidup istimewa.

Engkau menyebutnya sebagai NERAKA sebuah tempat berkumpulnya segala dusta segala alpa segala noda segala cela dan segala yang sia-sia namun kami yakin bahwa Engkau hanya bermaksud membuat hati kami jerih dan jera karena sungguh kami percaya bahwa Mahakasih-Mu melebihi luasnya samudera.

Sidomoro, 18 Februari 2011



Rusun

waktu demi waktu kami hanya bisa menimbun petak-petak angan, menyesali petak-petak masa silam bermimpi tentang petak-petak masa depan yang semakin meluas mengembang, petak-petak angan seperti menjadi tuhan kehidupan yang menjadi satu-satunya tujuan

di sini kami saling berhimpitan dan berjejalan sambil mengibarkan bendera-bendera warna kelam tentang rasa getir dan khawatir tentang perjalanan hari-hari muakhir yang kami jejak tiada hari tanpa memeras pikir seolah tanpa akhir.

kami sangat yakin bahwa sang langit tak pernah memejamkan mata dan menutup telinganya terhadap kami oleh sebab itulah kepada langit yang maha indah seringkali kami dongakkan wajah-wajah dalam tangan-tangan tengadah berharap hidup kami tak seperti masa yang sudah-sudah.

kami juga sangat yakin bahwa sang langit selalu menjawab dongakan wajah dan tangan tengadah kami meski tetua-tetua kami hanya sesekali mendengar dan menampung keluh kisah kami.

bahkan kami sering mendengar jerit langit yang semakin tak di indahkan oleh tetua-tetua negeri kami yang seharusnya melalui tangan-tangan mereka sang langit mencurahkan karunianya bagi kegembiraan hati kami.

kegembiraan yang tak kunjung tiba itu merintikkan air dari mata-mata sembab kami lalu mengalir bak air bah dan pedihnya mata-mata kami membakar debu-debu menjadikannya bara yang menerjang segala yang ada dan akhirnya menjelma dalam berbagai wisata luka.

Gresik, 2010

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Allah Maha Mendengar dan Maha Penyayang. maka dongakkanlah wajah-wajah kita dalam tangan-tangan tengadah , niscaya Dia akan menjawab dongakan wajah dan tangan tengadah kita. niscaya Dia mencurahkan karunianya bagi kegembiraan hati kita.
jadi, doa dan pengharapan yang tinggi itu hanya untuk Allah bukan untuk langit.
langit itu salah satu makhluk Allah, yang akan lenyap, sedangkan Allah adalah Dzat Yang Maha Kekal, di tangan-Nya lah seluruh alam semesta.

Label

Sajak-Sajak Pertiwi Nurel Javissyarqi Fikri. MS Imamuddin SA Mardi Luhung Denny Mizhar Isbedy Stiawan ZS Raudal Tanjung Banua Sunlie Thomas Alexander Beni Setia Budhi Setyawan Dahta Gautama Dimas Arika Mihardja Dody Kristianto Esha Tegar Putra Heri Latief Imron Tohari Indrian Koto Inggit Putria Marga M. Aan Mansyur Oky Sanjaya W.S. Rendra Zawawi Se Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agit Yogi Subandi Ahmad David Kholilurrahman Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Akhmad Muhaimin Azzet Alex R. Nainggolan Alfiyan Harfi Amien Wangsitalaja Anis Ceha Anton Kurniawan Benny Arnas Binhad Nurrohmat Dina Oktaviani Endang Supriadi Fajar Alayubi Fitri Yani Gampang Prawoto Heri Listianto Hudan Nur Indra Tjahyadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Jimmy Maruli Alfian Joko Pinurbo Kurniawan Yunianto Liza Wahyuninto Mashuri Matroni el-Moezany Mega Vristian Mujtahidin Billah Mutia Sukma Restoe Prawironegoro Ibrahim Rukmi Wisnu Wardani S Yoga Salman Rusydie Anwar Sapardi Djoko Damono Saut Situmorang Sihar Ramses Simatupang Sri Wintala Achmad Suryanto Sastroatmodjo Syaifuddin Gani Syifa Aulia TS Pinang Taufiq Wr. Hidayat Tengsoe Tjahjono Tjahjono Widijanto Usman Arrumy W Haryanto Y. Wibowo A. Mustofa Bisri A. Muttaqin Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah el Khalieqy Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Nurullah Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Alunk Estohank Alya Salaisha-Sinta Amir Hamzah Arif Junianto Ariffin Noor Hasby Arina Habaidillah Arsyad Indradi Arther Panther Olii Asa Jatmiko Asrina Novianti Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Baban Banita Badruddin Emce Bakdi Sumanto Bambang Kempling Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sujibto Budi Palopo Chavchay Syaifullah D. Zawawi Imron Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Dian Hardiana Dian Hartati Djoko Saryono Doel CP Allisah Dwi S. Wibowo Edi Purwanto Eimond Esya Emha Ainun Nadjib Enung Nur Laila Evi Idawati F Aziz Manna F. Moses Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fatah Yasin Noor Firman Nugraha Firman Venayaksa Firman Wally Fitra Yanti Fitrah Anugrah Galih M. Rosyadi Gde Artawan Goenawan Mohamad Gus tf Sakai Hamdy Salad Hang Kafrawi Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasnan Bachtiar Herasani Heri Kurniawan Heri Maja Kelana Herry Lamongan Husnul Khuluqi Idrus F Shihab Ira Puspitaningsih Irwan Syahputra Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jafar Fakhrurozi Johan Khoirul Zaman Juan Kromen Jun Noenggara Kafiyatun Hasya Kazzaini Ks Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Krisandi Dewi Kurniawan Junaedhie Laela Awalia Lailatul Kiptiyah Leon Agusta Leonowens SP M. Harya Ramdhoni M. Raudah Jambakm Mahmud Jauhari Ali Maman S Mahayana Marhalim Zaini Misbahus Surur Mochtar Pabottingi Mugya Syahreza Santosa Muhajir Arifin Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Yasir Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Nirwan Dewanto Nunung S. Sutrisno Nur Wahida Idris Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Oka Rusmini Pandapotan M.T. Siallagan Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Petrus Nandi Pranita Dewi Pringadi AS Pringgo HR Putri Sarinande Putu Fajar Arcana Raedu Basha Remmy Novaris D.M. Rey Baliate Ria Octaviansari Ridwan Rachid Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Robin Dos Santos Soares Rozi Kembara Sahaya Santayana Saiful Bakri Samsudin Adlawi Satmoko Budi Santoso Sindu Putra Sitok Srengenge Skylashtar Maryam Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sunaryono Basuki Ks Sungging Raga Susi Susanti Sutan Iwan Soekri Munaf Suyadi San Syukur A. Mirhan Tan Lioe Ie Tarpin A. Nasri Taufik Hidayat Taufik Ikram Jamil Teguh Ranusastra Asmara Thoib Soebhanto Tia Setiadi Timur Sinar Suprabana Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Toni Lesmana Tosa Poetra Triyanto Triwikromo Udo Z. Karzi Ulfatin Ch Umar Fauzi Ballah Wahyu Heriyadi Wahyu Prasetya Wayan Sunarta Widya Karima Wiji Thukul Wing Kardjo Y. Thendra BP Yopi Setia Umbara Yusuf Susilo Hartono Yuswan Taufiq Zeffry J Alkatiri Zehan Zareez Zen Hae