Jumat, 18 September 2009

Sajak-Sajak Dimas Arika Mihardja

http://oase.kompas.com/
Pesan Singkat

(1)
lihat pohonpohon hayat
relief ayatayat terpahat
embun basuh daun
tapi, poripori dahan dan rantingmu penuh daki:
bersuci!

(2)
baca gericik air kolam jiwa
di kedalamannya ikanikan berenang
melahap setumpuk hasrat
yang terlipat pada setiap geriap waktu
tapi, ganggang dan lumut jua kausebut:
sujud!

(3)
rasakan sahara dan savana dalam dada
ada dengus nafas perjalanan
tikungantikungan dan terminal
tapi, lidah juga yang kaujajakan:
insyaf!

(4)
tsunami dalam diri
tiap detik berdetak
jam mengeram dan pendulum berayun:
tapi, kau hanya diam!

(5)
gempa dalam dada
berguncangguncang
genderang perang
berdentang lantang:
tapi, kau tinggalkan gelanggang!

bengkel puisi swadaya mandiri, 2007-03-22



Semiotika Rumah dan Ranah
: membaca silsilah

rumah kehilangan kunci
sebab ayah telah pergi dan tak kembali
simbok teronggok di pojok seperti mbako susur
aku pun berlari menyusur batanghari:
tanah pilih

mas yat pensiun
kembali pulang menjelang petang
di teras, mbak nduk sesak nafas
di rumah dan sawah, mbak tik terengah
kurindu rose dan nur:
bercanda dekat sumur

surat, surat
kirimkan ke penjuru alamat:
ayatayat

bengkel puisi swadaya mandiri, 2007-03-31



Di Matahari Senja
: ayat 48, sebelum kalender tanggal

taman mulai temaram
adakah yang kutunggu di bangku kayu jati?
warna kupukupu, angin lalu:
ngilu!

gelap merayap
adakah yang berlagu di ujung jalan itu?
bunga kertas, hujan deras:
lemas!

di bawah matahari merendah
sajadah menghitam basah
adakah yang lebih indah diantara puisi yang kaugubah?
dzikir!

bengkel puisi swadaya mandiri, 2007-03-23



Kuda Sumba
: umbu, sindu, dinullah rayes

dengus nafasmu umbu
menghembus misteri puisi
kudakuda berlari
menyusur pelangi

katakatamu, sindu, adalah anak panah
melesat ke penjuru
menancap di ulu hati
puisi

di ulu sungai, dinullah rayes
membasuh wajah embun
pada lembarlembar daun
gerak pendulum
lalu melayarkan kepingkeping rindu
mencandu!

kudakuda sumbawa
ke mana perginya?
perigi juga alamat pergi
dan kembali!

bengkel puisi swadaya mandiri, 2007-03-23



Jln. Senggama 48
: malam ke sekian

sejumlah alamat telah kucatat
sajadah menghampar basah
geliat warna sofa merah berbunga indah
geriap senyap merayap antara sendi dan sprei
saling melumat rekaat: berbagi desah
menjelang tamat

kupacu malamku menuju sebuah subuh
yang melenguh. kubawa berita basah: peta,
pena, paket parfum
rasa
bunga

pada malam ke sekian
tiktok jam
pendingin ruang
saling tikam. ada yang tergantung
pada gerak pendulum:
embun netes basuh daun

bengkel puisi swadaya mandiri, 2007-03-30



Jogja, Kembali Pulang
: teringat sosok simbok

pulang kampung
orangorang berselimut sarung
langit mendung:
hatinya suwung
butirbutir pasir parang tritis
iklan baris yang meringis
lidah air parang kusumo
mantra mbah kromo
teriak becak di malioboro
sajak terkoyak
(kulonprogo seperti sawah musim ketigo
gerabah bantul pecah
sleman demam berat
gunung kidul tetap makan thiwul
kota jogja lukaluka)
jogja adalah simbok yang terkapar di lincak:
kepalanya puyeng dan dadanya sesak

jogja, Juli 2006



Silhuet
: lanskap senja

katakata mengarus dan berpusar
mengalirkan silhuet dan lanskap hidup
penuh warna:
mata berkacakaca

terasa ada yang lepas dari jemari
meluncur ke angkasa
dan hati tersileti:
nyeri

relief dan pahatan begitu tegas
kaligrafi dinding hari:
puisi

bengkel puisi swadaya mandiri, 2007-03-30



Dinding Waktu
: instalasi diri

dinding kolam taman bocor
airnya rembes ke manamana:
kutampung airmata
duka

dinding raga mengendor
tiangtiangnya gemeretak berderak:
kutampung gempa
dada

dinding jiwa kotor
air meruah sepanjang koridor:
kutabung dan kutampung dosa
semesta

dinding waktu longsor
geriapnya memeluk siapa saja:
tiktok-nya berdentang
di jiwa lengang

bengkel puisi swadaya mandiri, 2007-03-31



Kamboja Merah
: kabar dari makam

kutanam kamboja merah di taman
pada sebuah vas terbuat dari tanah amanah
akar menyangga batang bergetah putih
setiap saat kurawat dan kupupuk:
angin singgah di pelupuk

kutanam kamboja merah di makam
batangnya ditumbuhi ranting
bercabang ke barat, kiblat
memanjang ke timur, umur
rantingnya kian mengering:
angin membentak nyaring

kutanam kamboja merah di ke dalaman dada
di ujung ranting, daundaun mengembun
lembar demi lembar menguning
tiap saat disunting matahari:
jasad mengering

bengkel puisi swadaya mandiri, 2007-03-31



Tahajud Ilalang
: lanskap 99 nama

setiap pagi dan petang, ilalang bergoyang
inna shalati wa nusuki…
rakaat demi rekaat merayap
di dinding rumah:
alifku rebah

siang merajut sujud
malam merenda kalam
iqra bismirobikaladzi …
setiap saat kubacabaca 99 nama:
jemariku letih

ilalang di belakang rumah
tak lelah
ibadah

bengkel puisi swadaya mandiri, 2007-03-31



Lanskap, Wajah Bening
: annisa, fitri, hudan nur

dalam lanskap di kaca bening
namamu berdering
renyah dan penuh gairah:
tapi bayangmu terasa asing

ahmad lahir di akhir nabinabi
memperkenalkan namanama kalian
lalu mengembunlah amanah ayatayat itu:
di daun hatiku

kaca bening itu mengembun
menimbun kerinduan, menabung kasih sayang
tapi kalian mengejang:
tinggal bayang

bengkel puisi swadaya mandiri, 2007-04-01



Buku Harian yang Koyak
: aceh, jogja, sidoarjo

di aceh, nuruddin ar raniri—hamzah fansuri berjalan menyisir pantai
mengusung kerandakeranda tsunami
melipat buku harian duka
yang terombangambing ditampar ombak
digelandangkan gelombang
bergelantungan di pucukpucuk buih:
lukanya perih

di jogja, 100 penyair mencatat 5.9 skala richter
di kedalaman puisi. tapi sepi tetap merayap ke puncak merapi
yang membara. nyi roro kidul saat itu menggelar pesta
berselancar dalam debar. rambutnya yang tergerai
menyapu bibirbibir pantai. di mana sultan? di mana mbah maridjan?
jogja bau kemenyan!

mampirlah di sidoarjo, singgah di tanggul angin
mau beli sepatu atau tas baru? kenapa waktu memburu?
uap gas makin mengeras di keluasan lumpurlumpur panas
rumah, sawah, sekolah, tempat ibadah:
musnah!

bengkel puisi swadaya mandiri, 2007-04-01



Restorasi Puisi
: goenawan, sapardi, subagio

asmaradana, kabarkan pada pariksit
senja bangkit dan menara adalah penjara
tapi engkau masih juga bicara tentang sepi
pada catatan pinggir yang menggigir:
malin kundang, kembali pulang!

dukamu abadi, begitu serumu
dalam bayangbayang semu
dalam isak sajak yang sesak
tapi terasa enak:
sonet, biarkan bunga kembang!

adam di firdaus bicara orangorang hitam
seperti filsafat yang gelap
tapi sajak tetaplah simponi
yang melupa pada tali:
bunuh diri

bengkel puisi swadaya mandiri, 2007-04-01



Ayat 125—127, Para Penyair
: kalender pecah

gemuruh kota melupa alamat Kata
padahal Langit jua asal curah hujan
airmata. katakan katamu
dengan deru haru matahati
sebab sekepal daging dalam dirimu
selalu saja berseteru:
Malaikat dan Syetan

genapkan sayap malaikat
yang tumbuh pada Katakata
sebab sepotong ayat telah melengkapi
perjalanan musyafir di padang kembara
seperti oase, ekstaselah hanya pada Kata Pertama:
Sabda

selebihnya, biarlah kalender pecah
di luas sajadahNya

bengkel puisi swadaya mandiri, 2007-04-02



Ballada Musyafir Gila
: arsyad indradi

ada musafir gila
berjalan sepanjang lorong kumuh
memimpikan denyut kehidupan:
puisi penuh keindahan

lihatlah, mantelnya kuyup oleh keringat semangat
padahal mentari di langit begitu menyengat
ia rebah di sofa merah
angin bangkit dan mengusik dengan kerisiknya
ia menyusun lembarlembar hatinya yang remuk
dan menatap tumpahan tinta hitam di lantai rumah
ia terbatuk dan terantuk
tapi gelegaknya berkata serak:
beri aku tuak sajak

hari ini kubuka paket berisi 142 penyair menuju bulan
jaketmu berlumuran darah kata
nafasmu tersengal, tapi kulihat tangan terkepal:
ajal, aku tak mau melayat langit

bengkel puisi swadaya mandiri, 2007-04-02



SILSILAH TANAH MERAH
(situs candi muaro jambi)

kususun batubatu merah: darah
ya, darah melayu kuno
netes seluas situs candi muaro jambi

kususu dan kuserap relief tapak kaki: garis keturunan
ya, garis keturunan pradnyaparamitha
hingga batari durga

tersususunlah silsilah : darah
ya, darah melayu netes ke dalam sajak
membiak sepanjang jejak
peradaban
sebab melayu takkan hilang di bumi
takkan lenyap di sepanjang abad

bengkel puisi swadaya mandiri, 2008



TANAH PILIH PSEKO BERTUAH

telah kupilih sebidang lahan garapan
tanah pilih pseko bertuah
tempat tumbuh segala harapan
ruang anakanak belajar mengaji—mengkaji ilmu sejati
memahami prasasti
memaknai alam tradisi:
adat bersendi syara’, syara’ bersendi kitabullah

kupilih sebidang lahan harapan
tanah pilih pseko bertuah
tempat ilalang tumbuh
bergoyang pagi hingga petang
tempat tanah tumpah gairah

kupilih sebidang lahan harapan
tanah pilih pseko bertuah
tempat puisi tumbuh di tengah polusi
tempat nyaman bagi kuburan masa depan

bengkel puisi swadaya mandiri, 2008



NARASI SELUWANG

aku hanyalah seluwang
menyisir alir batanghari yang mengarus
di riak dan ombak tak lelah kueja kail dan jejaring nelayan
yang setiap saat mengancam ketenangan
hei, siapa mendengar keluhku?

di sepanjang alir batanghari
hidup dan kehidupan seperti rumah terapung
meninggi kala dari ilir mengalir hujan kiriman
kandas di dasar ketika ada pendangkalan alam pikir
aku terus menyisir di antara arus, riak, dan ombak

aku adalah seluwang
merangkai tembang di alir yang tenang
hei siapa mendengar kidungku?
aku, seluwang merindu nelayan pulang

bengkel puisi swadaya mandiri, 2008



SKETSA CINTA

anakanakku, putraputri pertiwi
menari dan menyanyi—mengaji makna sejati
menggali makna hidup ini

“pa, beri aku satu kata, cinta!”

maka rumah, tanah, segala amanah
tumpah. bungabunga merekah indah
dan masa depan begitu cerah

“ma, ajar aku satu makna, setia”

maka segala tirai, arloji, segenap janji
mekar di sini. semua menyanyi dan menari
segala menyala dan mear di hati



SKETSA RUMAH TUA
: hazim amir

Sebuah rumah tua
Tak lelah meriwayatkan diri
Angin senja hinggap di daun jendela
Dan segala rahasia mengendap di dada

Duduk di ruang tamu
Aku berguru pada topengtopeng kayu berdebu
: inilah aku, masa lalu yng membiru
Segala lagu bernyanyi di situ
Segala haru mengendap di liang waktu

Pada keramik tanah
Sejarah tak lelah mendesah
: seperti air, aku ngalir menuju laut lepas
Mengibaskan batubatu cadas
Melecut segala kemelut hidup
Sebelum pada akhirnya larut ditelan kabut



BERINGIN PUTIH
: diah hadaning

di tanah pilih ini tumbuhlah beringin putih
sulursulurnya menjulur sebatas bahu
berdahan tangan kasih sayang
akar tunjangnya berserabut
rindang dedaunan berdesah lembut
: aku lindungi kolam dan ikanikan!

aku pun tumbuh
diasuh angin gunung merapi
dibasuh rindu dalam gelinjang waktu
dalam tubuhku mengalir sungaisungai
sangsai

aku suka menggambar segitiga samasisi:
kaki langit, segalanya tampak wingit
ibu bumi, sejuta gelisah yang membuncah
laut, riak dan ombak salingdesak
di kedalaman sajak
: gerak dan isak!

bengkel puisi swadaya mandiri, jambi 2007



PENJOR DEPAN KANTOR GUBERNUR
: mengukur jalan bersama d zawawi imron

inilah pameran instalasi abad ini, bisikku padamu
tibatiba di udara sama kita baca:
50 TAHUN INDONESIA CEMAS
disangga pohonpohon hayat meranggas pucat
berjuta cahaya mengisyaratkan tandatanda bahaya

ya, Allah aku memahami benderang lampu ini
juga bebintang di langit wingit
sejarah bergulunggulung dalam relung empedu pahit

ada yang bercahaya dalam hatiku: Engkau
berenang dalam cahaya benderang
hingga gemerlap dunia
membuka rahasianya
dan ternyata sungguh tiada makna



ELEGI BATANGHARI

setelah berkalikali merpati ingkar janji
kembali kukaji notasi “Negeri Sepucuk Jambi
Sembilan Lurah”
anakanak negeri ini gemar benar bersenam pagi
melukis mimpimimpi
berlari di atas aurduri

aku berdiri merentang panjang jembatan ini
riak dan ombak berontak seperti kaligrafi
memusar dan melingkari adat-tradisi
derap sepatu politisi dan birokrasi

aku berlari seperti acep syahril yang nggigil
mindah nasib sendiri (ketika indonesia berlari)
aku berlari seperti ari meratapi dinasti abunjani
aku berlari membawabawa nyeri
dan batanghari masih enggan berbagi.


_______________

Dimas Arika Mihardja adalah pseudonim Sudaryono, lahir di Jogjakarta 3 Juli 1959. Tahun 1985 hijrah ke Jambi menjadi dosen di Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Jambi. Gelar Doktor diraihnya 2002 dengan disertasi “Pasemon dalam Wacana Puisi Indonesia” (telah dibukukan oleh Kelompok Studi Penulisan, 2003).
Sajak-sajaknya terangkum dalam antologi tunggal seperti Sang Guru Sejati (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, 1991), Malin Kundang (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, 1993), Upacara Gerimis (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, 1994), Potret Diri (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri,1997), dan Ketika Jarum Jam Leleh dan Lelah Berdetak (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri danTelanai Printing Graft, 2003). Sajak-sajaknya juga dipublikasikan oleh media massa lokal Sumatera: Jambi, Padang, Palembang, Lampung, Riau, dan Medan; media massa di Jawa: surabaya, Malang, Semarang, Jogja, Bandung, dan Jakarta.
Antologi puisi bersama antara lain Riak-riak Batanghari (Teater Bohemian, 1988), Nyanyian Kafilah (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, 1991), Prosesi (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, 1992), Percik Pesona 1 & 2 (Taman Budaya Jambi, 1992, 1993), Serambi 1,2,3 (Teater Bohemian, 1991, 1992, 1993), Rendezvous (Orbit Poros Lampung (1993), Jejak, Kumpulan Puisi Penyair Sumbagsel (BKKNI-Taman Budaya Jambi, 1993), Luka Liwa (Teater Potlot Palembang, 1993), Muaro (Taman Budaya jambi 1994), Pusaran Waktu (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, 1994), Negeri Bayang-bayang (Festival Seni Surabaya, 1996), Mimbar Penyair Abad 21 (DKJ-TIM Jakarta, 1996), Antologi Puisi Indonesia (Angkasa Bandung, 1997), Amsal Sebuah Patung: Antologi Borobudur Award (Yayasan Gunungan Magelang, 1997), Angkatan 2000 dalam Kesusastraan Indonesia (Gramedia, 2000), Kolaborasi Nusantara (KPKPK-Gama Media, 2006), Antologi Puisi Nusantara: 142 Penyair Menuju Bulan (Kelompok Studi Sastra Banjarbaru, 2007), Tanah Pilih (Disbudpar Provinsi Jambi, 2008), Jambi di Mata Sastrawan: bungarampai Puisi (Disbudpar Provinsi Jambi, 2009). Novelnya Catatan Harian Maya dimuat secara bersambung di Harian Jambi Independent (2002). Cerpen, esai, dan kritik sastra yang ia tulis tersebar di berbagai media massa koran dan jurnal-jurnal ilmiah. Alamat Rumah: Jln. Kapt. Pattimura No. 42 RT 34 Kenali Besar, Kotabaru, Jambi 36129. e-mail: dimasarikmihardja@yahoo. co.id. atau dimasmihardja@gmail. com

Tidak ada komentar:

Label

Sajak-Sajak Pertiwi Nurel Javissyarqi Fikri. MS Imamuddin SA Mardi Luhung Denny Mizhar Isbedy Stiawan ZS Raudal Tanjung Banua Sunlie Thomas Alexander Beni Setia Budhi Setyawan Dahta Gautama Dimas Arika Mihardja Dody Kristianto Esha Tegar Putra Heri Latief Imron Tohari Indrian Koto Inggit Putria Marga M. Aan Mansyur Oky Sanjaya W.S. Rendra Zawawi Se Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agit Yogi Subandi Ahmad David Kholilurrahman Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Akhmad Muhaimin Azzet Alex R. Nainggolan Alfiyan Harfi Amien Wangsitalaja Anis Ceha Anton Kurniawan Benny Arnas Binhad Nurrohmat Dina Oktaviani Endang Supriadi Fajar Alayubi Fitri Yani Gampang Prawoto Heri Listianto Hudan Nur Indra Tjahyadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Jimmy Maruli Alfian Joko Pinurbo Kurniawan Yunianto Liza Wahyuninto Mashuri Matroni el-Moezany Mega Vristian Mujtahidin Billah Mutia Sukma Restoe Prawironegoro Ibrahim Rukmi Wisnu Wardani S Yoga Salman Rusydie Anwar Sapardi Djoko Damono Saut Situmorang Sihar Ramses Simatupang Sri Wintala Achmad Suryanto Sastroatmodjo Syaifuddin Gani Syifa Aulia TS Pinang Taufiq Wr. Hidayat Tengsoe Tjahjono Tjahjono Widijanto Usman Arrumy W Haryanto Y. Wibowo A. Mustofa Bisri A. Muttaqin Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah el Khalieqy Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Nurullah Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Alunk Estohank Alya Salaisha-Sinta Amir Hamzah Arif Junianto Ariffin Noor Hasby Arina Habaidillah Arsyad Indradi Arther Panther Olii Asa Jatmiko Asrina Novianti Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Baban Banita Badruddin Emce Bakdi Sumanto Bambang Kempling Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sujibto Budi Palopo Chavchay Syaifullah D. Zawawi Imron Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Dian Hardiana Dian Hartati Djoko Saryono Doel CP Allisah Dwi S. Wibowo Edi Purwanto Eimond Esya Emha Ainun Nadjib Enung Nur Laila Evi Idawati F Aziz Manna F. Moses Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fatah Yasin Noor Firman Nugraha Firman Venayaksa Firman Wally Fitra Yanti Fitrah Anugrah Galih M. Rosyadi Gde Artawan Goenawan Mohamad Gus tf Sakai Hamdy Salad Hang Kafrawi Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasnan Bachtiar Herasani Heri Kurniawan Heri Maja Kelana Herry Lamongan Husnul Khuluqi Idrus F Shihab Ira Puspitaningsih Irwan Syahputra Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jafar Fakhrurozi Johan Khoirul Zaman Juan Kromen Jun Noenggara Kafiyatun Hasya Kazzaini Ks Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Krisandi Dewi Kurniawan Junaedhie Laela Awalia Lailatul Kiptiyah Leon Agusta Leonowens SP M. Harya Ramdhoni M. Raudah Jambakm Mahmud Jauhari Ali Maman S Mahayana Marhalim Zaini Misbahus Surur Mochtar Pabottingi Mugya Syahreza Santosa Muhajir Arifin Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Yasir Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Nirwan Dewanto Nunung S. Sutrisno Nur Wahida Idris Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Oka Rusmini Pandapotan M.T. Siallagan Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Petrus Nandi Pranita Dewi Pringadi AS Pringgo HR Putri Sarinande Putu Fajar Arcana Raedu Basha Remmy Novaris D.M. Rey Baliate Ria Octaviansari Ridwan Rachid Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Robin Dos Santos Soares Rozi Kembara Sahaya Santayana Saiful Bakri Samsudin Adlawi Satmoko Budi Santoso Sindu Putra Sitok Srengenge Skylashtar Maryam Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sunaryono Basuki Ks Sungging Raga Susi Susanti Sutan Iwan Soekri Munaf Suyadi San Syukur A. Mirhan Tan Lioe Ie Tarpin A. Nasri Taufik Hidayat Taufik Ikram Jamil Teguh Ranusastra Asmara Thoib Soebhanto Tia Setiadi Timur Sinar Suprabana Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Toni Lesmana Tosa Poetra Triyanto Triwikromo Udo Z. Karzi Ulfatin Ch Umar Fauzi Ballah Wahyu Heriyadi Wahyu Prasetya Wayan Sunarta Widya Karima Wiji Thukul Wing Kardjo Y. Thendra BP Yopi Setia Umbara Yusuf Susilo Hartono Yuswan Taufiq Zeffry J Alkatiri Zehan Zareez Zen Hae