Selasa, 18 November 2008

Sajak-Sajak Fitri Yani

http://www.lampungpost.com/
Seseorang yang Menyalakan Lampu

maaf, di tiap degup jantungku
aku gagal mengingatmu selalu, Tuan
sebab yang lekat kuingat tak hanya nama, alamat,
dan bau parfummu yang harum menyengat
melainkan pula lakon Mahabaratha dengan tarian asap dupa
yang tak kunjung sanggup kaupentaskan dengan sederhana
dan di tiap kerlingan mataku ini, Tuan
ada semacam lampu yang menyala menghalau gelap
setelah berkali-kali aku gagal kau dekap
tapi mengapa kini kau percaya pada bulat purnama
ketika lampu mataku sudah menyala?
Kemarilah, Tuan, nanti kubuatkan segelas kopi
sambil menemanimu merebus puisi

"ah, lakon Mahabaratha tak mungkin dipentaskan
Aku tak yakin di atas bulan, Rahwana dan Sinta gagal bercinta"
ujarmu sambil mengunyah puisi rebus dengan rakus

barangkali kau lupa, ketika gerhana tiba
lampu mataku akan habis sumbunya

Mei 2008



Di Stasiun Kereta

aku tak mungkin pulang kepadamu
mengenang tamasya, asmaraloka
atau sekadar membenarkan kerah kemejamu
aku gagal mencari nama pemberian ayah
di panggung pertunjukan busana
pasar swalayan
dan di buku harian yang tak menceritakan apa-apa
bahkan yang kukira tersimpan di balik kemejamu
apakah aku harus menanggung kesalahan
lantaran angan-angan yang kau titipkan?

Entahlah
aku tak mungkin pulang kepadamu
memulai lagi cerita dari awal
di bangku kayu sebuah taman bunga
meski aku masih belum mengerti
apa yang telah luput dari ingatanku
hingga begitu enggan kulanjutkan perjalanan ini
kereta sudah datang
tak usah mencariku
aku tak mungkin pulang kepadamu

Tanjungkarang, Juli 2008



Yang Keluar dari Mulut Ratih

"Buatkan aku patung rusa!"
pintamu sepulang tamasya
(kata-kata itu keluar dari mulutmu,
memasuki aku melalui mata
lalu berputar-putar
di sekitar otak dan telinga
-aku tandai usiamu)

aku adalah belantara, Ratih
tempat di mana kau leluasa tamasya
mencabuti rumput liar,
memetik buah mangga,
atau menggoda burung-burung
yang sedang berkicau
kau tentu akan merasa sia-sia
jika suatu masa belantaramu
berubah menjadi patung rusa
yang entah di mana habitatnya

ya. perjalanan sudah dimulai lagi, Ratih
tak perlu membuat patung rusa
untuk mengeja usia
cukup bersuil saja

Agustus 2008



Di Batas Sajak

malam tadi, kau dan sajakmu serius berdiskusi
tentang suara air yang lolos dari kran kamar mandi
kau menduga ada yang sedang membasuh diri
tanpa pamit lebih dulu
sajakmu menduga ada yang sedang mandi
dan berniat bunuh diri setelah itu
kau dan sajakmu berdebat sengit, berkelahi
lalu sama-sama terlelap oleh lelah dan penat
dan ketika terbangun, kau menjadi lupa
bila semalam kau pernah mencipta sajak
bahkan setelah mandi dan sarapan pagi
sajakmu kaubiarkan saja terkapar di meja,
lalu diculik angin dan ditawan entah di mana
petang ini, ketika berniat bunuh diri
kau mendadak teringat pada sajakmu
karena setelah diculik dan ditawan angin
sajakmu menjadi tak lagi mengenal namanya
seperti menjadi waktu
yang tak lagi menghitung gerakan matahari
yang sinarnya timbul tenggelam di atap rumah pengap
yang kerap disinggahi kenangan dan harapan

April 2008



Penjaga Pelabuhan

"bapak, biarkan kami bersaksi
bahwa kau pernah menjadi ombak
di dada kami
kelak, kami kabarkan kepergian kepada burung laut
sebagai isyarat bagi pelabuhanmu
yang mulai tunai mengatakan perjumpaan"

debur ombak
bergemuruh di dada sepasang remaja
selalu ada tanda bagi segala yang akan tiba
lewat bayang karang dan matahari yang bertegur sapa

Tanjungkarang, Februari 2008



Dongeng bagi Kaum Lansia

suatu malam ketika bulan kepenuhan sinar
seorang gadis kecil turun dari ranjang
kemudian memetik buah apel di halaman
ketika sedang memakannya, ada seekor ulat
yang tersesat dan merengek minta dikeluarkan

"betapa bulat bulan purnama di atas sana
bisakah kamu memetiknya untuk saya?"

ujar si ulat dengan kikuk, gadis kecil itu pun mengangguk
setelah bulan ia petik, si ulat pun lekas masuk
dan meliuk-liuk dalam bulan yang tergeletak di halaman
dan gadis kecil itu? kini ia bahagia dalam buah apel
yang tergantung di antara bintang-bintang

Tanjungkarang, Mei 2008



Penjaga Lampu-Lampu III
;lupita lukman

1/
Dua jam menjelang subuh wanita itu berkata kepada ketiga bocah yang sedang lelap tertidur "Nak, Ibu harus pergi mencari puisi". Lama ia terdiam, memandangi ketiga bocah itu satu per satu. Dibelainya rambut mereka, ia teteskan air bening dari matanya, berbulir, mengalir hingga ke dalam mimpi ketiga bocah itu

2/
Tak sampai hati wanita itu melihat warna malam di mulut ketiga bocahnya yang terbuka. Maka dipadamkannya lampu kamar, yang senantiasa ia nyalakan agar ketiga bocahnya tak tersesat dalam mimpi. Dan ia pun pergi, menjinjing koper berisi kenangan dan angan-angan, tanpa mengucapkan selamat tinggal. Ia tahu, ketiga bocahnya belum bisa menyalakan lampu

3/
Di mimpi ketiga bocah tadi, wanita itu menuai padi di tengah sawah, sementara mereka mengejar punai yang suka hinggap di jerami. Seperti ada percakapan yang hilang di antara pematang, menandakan musim tuai telah usai. Dari kejauahan mereka melihat air sawah berangsur-angsur bening, "Hore!! kita akan panen puisi". Tiba-tiba terbangunlah ketiga bocah itu. Ternyata hari masih gelap.

4/
Seperti punai yang tak lagi hinggap di jerami, seperti suara serunai di tengah pematang. Barangkali di sana, kehilangan akan mudah dilupakan.

5/
Ketiga bocah itu memutuskan untuk kembali lagi ke situ, ke mimpi mereka. Meski musim tuai telah usai, mereka percaya, punai akan tetap kembali, hinggap di jerami yang rebah.

September 2008

Tidak ada komentar:

Label

Sajak-Sajak Pertiwi Nurel Javissyarqi Fikri. MS Imamuddin SA Mardi Luhung Denny Mizhar Isbedy Stiawan ZS Raudal Tanjung Banua Sunlie Thomas Alexander Beni Setia Budhi Setyawan Dahta Gautama Dimas Arika Mihardja Dody Kristianto Esha Tegar Putra Heri Latief Imron Tohari Indrian Koto Inggit Putria Marga M. Aan Mansyur Oky Sanjaya W.S. Rendra Zawawi Se Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agit Yogi Subandi Ahmad David Kholilurrahman Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Akhmad Muhaimin Azzet Alex R. Nainggolan Alfiyan Harfi Amien Wangsitalaja Anis Ceha Anton Kurniawan Benny Arnas Binhad Nurrohmat Dina Oktaviani Endang Supriadi Fajar Alayubi Fitri Yani Gampang Prawoto Heri Listianto Hudan Nur Indra Tjahyadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Jimmy Maruli Alfian Joko Pinurbo Kurniawan Yunianto Liza Wahyuninto Mashuri Matroni el-Moezany Mega Vristian Mujtahidin Billah Mutia Sukma Restoe Prawironegoro Ibrahim Rukmi Wisnu Wardani S Yoga Salman Rusydie Anwar Sapardi Djoko Damono Saut Situmorang Sihar Ramses Simatupang Sri Wintala Achmad Suryanto Sastroatmodjo Syaifuddin Gani Syifa Aulia TS Pinang Taufiq Wr. Hidayat Tengsoe Tjahjono Tjahjono Widijanto Usman Arrumy W Haryanto Y. Wibowo A. Mustofa Bisri A. Muttaqin Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah el Khalieqy Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Nurullah Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Alunk Estohank Alya Salaisha-Sinta Amir Hamzah Arif Junianto Ariffin Noor Hasby Arina Habaidillah Arsyad Indradi Arther Panther Olii Asa Jatmiko Asrina Novianti Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Baban Banita Badruddin Emce Bakdi Sumanto Bambang Kempling Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sujibto Budi Palopo Chavchay Syaifullah D. Zawawi Imron Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Dian Hardiana Dian Hartati Djoko Saryono Doel CP Allisah Dwi S. Wibowo Edi Purwanto Eimond Esya Emha Ainun Nadjib Enung Nur Laila Evi Idawati F Aziz Manna F. Moses Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fatah Yasin Noor Firman Nugraha Firman Venayaksa Firman Wally Fitra Yanti Fitrah Anugrah Galih M. Rosyadi Gde Artawan Goenawan Mohamad Gus tf Sakai Hamdy Salad Hang Kafrawi Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasnan Bachtiar Herasani Heri Kurniawan Heri Maja Kelana Herry Lamongan Husnul Khuluqi Idrus F Shihab Ira Puspitaningsih Irwan Syahputra Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jafar Fakhrurozi Johan Khoirul Zaman Juan Kromen Jun Noenggara Kafiyatun Hasya Kazzaini Ks Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Krisandi Dewi Kurniawan Junaedhie Laela Awalia Lailatul Kiptiyah Leon Agusta Leonowens SP M. Harya Ramdhoni M. Raudah Jambakm Mahmud Jauhari Ali Maman S Mahayana Marhalim Zaini Misbahus Surur Mochtar Pabottingi Mugya Syahreza Santosa Muhajir Arifin Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Yasir Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Nirwan Dewanto Nunung S. Sutrisno Nur Wahida Idris Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Oka Rusmini Pandapotan M.T. Siallagan Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Petrus Nandi Pranita Dewi Pringadi AS Pringgo HR Putri Sarinande Putu Fajar Arcana Raedu Basha Remmy Novaris D.M. Rey Baliate Ria Octaviansari Ridwan Rachid Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Robin Dos Santos Soares Rozi Kembara Sahaya Santayana Saiful Bakri Samsudin Adlawi Satmoko Budi Santoso Sindu Putra Sitok Srengenge Skylashtar Maryam Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sunaryono Basuki Ks Sungging Raga Susi Susanti Sutan Iwan Soekri Munaf Suyadi San Syukur A. Mirhan Tan Lioe Ie Tarpin A. Nasri Taufik Hidayat Taufik Ikram Jamil Teguh Ranusastra Asmara Thoib Soebhanto Tia Setiadi Timur Sinar Suprabana Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Toni Lesmana Tosa Poetra Triyanto Triwikromo Udo Z. Karzi Ulfatin Ch Umar Fauzi Ballah Wahyu Heriyadi Wahyu Prasetya Wayan Sunarta Widya Karima Wiji Thukul Wing Kardjo Y. Thendra BP Yopi Setia Umbara Yusuf Susilo Hartono Yuswan Taufiq Zeffry J Alkatiri Zehan Zareez Zen Hae