Nurel Javissyarqi
http://sastra-indonesia.com/
”jika sang penyair benar-benar meninggal
tak sia-sialah segala perjuangannya
maka damailah di sisi-Nya”
Meski pun tidak pernah bertemu
tapi kurasakan degup jantungmu
dari balada orang-orang tercinta
kau kenalkan tari-tarian jiwamu
aku merambah masuki nalurimu
yang senantiasa girang perkasa
tampan penuh dinaya pesona,
sedari bulir-bulir air matamu
membanjirlah cahaya rasa
oh…
aku merinding menulis ini
diserang demam menggigil
entah dari mana datangnya
kau seakan menghampiriku
berwajah tegar lantas buyar, tapi
masih menungguiku sedari dekat
saat aku menuliskan catatan ini
aku melihat kau tersenyum
lalu mengelus-elus rambutku
atau ini hanya perasaanku saja
atau semua para penulis sajak
di tanah air ini merasakan pula
aku digetarkan sentuhan aneh
lebih ganjil dari sebelumnya
lebih gaib dari yang terbayangkan,
aku merasa, dan turut merasakan
sebab jikalau suatu negara
tanpa seorang pun penyair
yang mampu bersuara lantang
bukanlah negeri yang adiluhung
kau tidak sekadar penyair, pujangga
yang dikarunai daya dinaya melimpah
dari kata-katamu mengalir deras
menerjang lahar halilintar tumpah
seolah kutak mampu berkata-kata
tanpa kehadiranmu
rasa kehilangan itu luar biasa
tanda-tandanya telah hadir
ikut keseluruh getaran jiwa
memasuki rerongga sukma
dan seperti terbayangkan
kau selalu tersenyum ramah
kaulah tonggak perjuangan
lambang tiada menyepadani
nafasmu-nafasku, oh…
bau kembang itu kau hantarkan kepadaku
kau kabarkan serindang daun ditiup bayu
malam ini kau begitu khusyuk
membuatku tiada sanggup
mengatur jalannya kalimah
sayap-sayapmu
terus mengepak ke segenap cakrawala
membuyarkan awan gemawan bimbang,
bulan malam ini ialah saksi kepurnaanmu
Rendra,
bulan malam ini hadir hanya bagimu
oh… tubuhku teresapi daya entah
aku tak tahu lagi apakah ini sugesti,
kau benar-benar mengendap kemari
damailah di sisi-Nya
seperti embun berpeluk daun-daun
cahaya di bayangan pohon-pohon,
cukuplah bulan saksimu malam ini
sedari sekiankali perjuanganmu
dan apa yang kau torehkan
lebih nyata dikemudian hari
lebih segar dari bebauan kembang
lebih harum dari bunga ketinggian
lebih santun dari tubuh rerumputan
dan maafkanlah
selama usiaku tak menjengukmu
namun kuyakin kau tahu akan itu
aku bukanlah siapa-siapa
hanya pengelana semata
oh Rendra
semakin jauh kau tinggalkan bumi ini
semoga wasiatmu senantiasa hidup
berdegup jadi pusaka dan warisan
bagi generasi-generasi selanjutnya
kaulah sang pemangku itu
entah siapa lagi setelah kau,
jiwamu besar tapi kau tutupi
dengan kerendahan kalbu
aku menjadi malu,
seperti kau tampar mukaku
serupa tidak sudi melihatku
tapi sungguh tamparanmu sangat terasa
bekasnya mengenai mengembaraanku
aku kembali digetarkan kesaksian
lebih merinding sedari berdenyut
ada sejenis puncak yang entah
bukan ketinggian karang
bukan tajamnya tombak
bukan pula kilatan petir
sesuatu yang sulit dikatakan
entah dari mana datangnya
aku tertunduk saat itu
bersimpuh di hadapanmu
lalu kau angkat tubuh ini
bersatu nafas kembali,
kau berkata;
marilah kita kembara
marilah bersentuhan mesra
dan enegimu semakin tinggi
ketika kau terus berkata;
marilah… marilah…
Rendra,
aku turuti kehendak Syah
aku tak berdaya digetarkan
gemeretak tak ingin limbung
lantas angin itu mengupas halus
bagai sentuhan malaikat maut
sampai kemari,
sampai padaku
namun kau yakinkan diriku
tangan ini harus terkepal
padat dan semakin kuat
aku tak tahu
siapa yang menyelami
; apakah kau atau aku
antara jiwa dan raga
sukma segenap aura
aku tak sanggup membedakan
getaran rasa gemeretak logika
aku diserang kau, ataukah jiwaku
sedang berduyun-duyun padamu
dan terlihat kau tersenyum
persilakan semuanya datang
menghadirimu terakhirkalinya
setiap kali kuhadirkan titik
nadi menggemakan suara
huruf-huruf kau lalui pun
jadi saksimu juga mereka
Rendra,
apakah sebelumnya kita berjumpa?
sampai aku merasakan keganjilan ini
tidakakah kita tak pernah bertemu?
kau selalu hadir murni bagiku,
dan diriku dibuyarkan teka-teki
hanyutlah segala detak nadimu
atas muaramu yang lantang itu
kepada segenap kepala
mereka tahu sebenarnya
; kata-kata tanpa suara
seperti penjara
kata-kata tanpa logika
seperti perawan tua
dirimu
memasuki segala ranah kesatria
Rendra, malam ini kita berdua
meski banyak yang datang menghampiri
bagai awan lembut meneteskan gerimis
tubuh kita sama-sama terbuka
bercakap seperti teman akrab
kita lebih jauh lagi
dalam dan dingin
kau hantarkan sajak-sajakmu
kapuk-kapuk randu beterbangan
disusul angin pilu sedari seorang
yang ditinggal ke negeri sebrang
di sini
kepulan asap rokokku benar-benar lain
seperti para penyair, namun negeri ini
tak butuhkan kata-kata tidak bersuara
aku kembali menundukkan muka
menyelam jauh ke sajak-sajakmu
disamping balada-baladaku sendiri
dan kau terkekeh
diriku tersenyum lebar
lantas kita saling merangkul
lenyap dari pusaran taupan
bukan awan yang kita kenal
lebih halus memupus semua
kita meresapi maknawi kesungguhan
hidup lebih berarti dari sebuah hidup
yakni perjuangan
jika kutulis ini di lembar-lembar kertas
tentu mewangi atas tinta penuh cinta
lantas kucium kau dalam akhir kalimah
; selamat jalan Rendra
kelak kita berjumpa.
2009 Surabaya.
http://sastra-indonesia.com/2009/08/untuk-kepulanganmu-ws-rendra/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
Sajak-Sajak Pertiwi
Nurel Javissyarqi
Fikri. MS
Imamuddin SA
Mardi Luhung
Denny Mizhar
Isbedy Stiawan ZS
Raudal Tanjung Banua
Sunlie Thomas Alexander
Beni Setia
Budhi Setyawan
Dahta Gautama
Dimas Arika Mihardja
Dody Kristianto
Esha Tegar Putra
Heri Latief
Imron Tohari
Indrian Koto
Inggit Putria Marga
M. Aan Mansyur
Oky Sanjaya
W.S. Rendra
Zawawi Se
Acep Zamzam Noor
Afrizal Malna
Agit Yogi Subandi
Ahmad David Kholilurrahman
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Akhmad Muhaimin Azzet
Alex R. Nainggolan
Alfiyan Harfi
Amien Wangsitalaja
Anis Ceha
Anton Kurniawan
Benny Arnas
Binhad Nurrohmat
Dina Oktaviani
Endang Supriadi
Fajar Alayubi
Fitri Yani
Gampang Prawoto
Heri Listianto
Hudan Nur
Indra Tjahyadi
Javed Paul Syatha
Jibna Sudiryo
Jimmy Maruli Alfian
Joko Pinurbo
Kurniawan Yunianto
Liza Wahyuninto
Mashuri
Matroni el-Moezany
Mega Vristian
Mujtahidin Billah
Mutia Sukma
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Rukmi Wisnu Wardani
S Yoga
Salman Rusydie Anwar
Sapardi Djoko Damono
Saut Situmorang
Sihar Ramses Simatupang
Sri Wintala Achmad
Suryanto Sastroatmodjo
Syaifuddin Gani
Syifa Aulia
TS Pinang
Taufiq Wr. Hidayat
Tengsoe Tjahjono
Tjahjono Widijanto
Usman Arrumy
W Haryanto
Y. Wibowo
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
Abdul Wachid B.S.
Abi N. Bayan
Abidah el Khalieqy
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Nurullah
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Alunk Estohank
Alya Salaisha-Sinta
Amir Hamzah
Arif Junianto
Ariffin Noor Hasby
Arina Habaidillah
Arsyad Indradi
Arther Panther Olii
Asa Jatmiko
Asrina Novianti
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Baban Banita
Badruddin Emce
Bakdi Sumanto
Bambang Kempling
Beno Siang Pamungkas
Bernando J. Sujibto
Budi Palopo
Chavchay Syaifullah
D. Zawawi Imron
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Dian Hardiana
Dian Hartati
Djoko Saryono
Doel CP Allisah
Dwi S. Wibowo
Edi Purwanto
Eimond Esya
Emha Ainun Nadjib
Enung Nur Laila
Evi Idawati
F Aziz Manna
F. Moses
Fahmi Faqih
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fatah Yasin Noor
Firman Nugraha
Firman Venayaksa
Firman Wally
Fitra Yanti
Fitrah Anugrah
Galih M. Rosyadi
Gde Artawan
Goenawan Mohamad
Gus tf Sakai
Hamdy Salad
Hang Kafrawi
Haris del Hakim
Hasan Aspahani
Hasnan Bachtiar
Herasani
Heri Kurniawan
Heri Maja Kelana
Herry Lamongan
Husnul Khuluqi
Idrus F Shihab
Ira Puspitaningsih
Irwan Syahputra
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jafar Fakhrurozi
Johan Khoirul Zaman
Juan Kromen
Jun Noenggara
Kafiyatun Hasya
Kazzaini Ks
Kedung Darma Romansha
Kika Syafii
Kirana Kejora
Krisandi Dewi
Kurniawan Junaedhie
Laela Awalia
Lailatul Kiptiyah
Leon Agusta
Leonowens SP
M. Harya Ramdhoni
M. Raudah Jambakm
Mahmud Jauhari Ali
Maman S Mahayana
Marhalim Zaini
Misbahus Surur
Mochtar Pabottingi
Mugya Syahreza Santosa
Muhajir Arifin
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Yasir
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Nirwan Dewanto
Nunung S. Sutrisno
Nur Wahida Idris
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Oka Rusmini
Pandapotan M.T. Siallagan
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Petrus Nandi
Pranita Dewi
Pringadi AS
Pringgo HR
Putri Sarinande
Putu Fajar Arcana
Raedu Basha
Remmy Novaris D.M.
Rey Baliate
Ria Octaviansari
Ridwan Rachid
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Robin Dos Santos Soares
Rozi Kembara
Sahaya Santayana
Saiful Bakri
Samsudin Adlawi
Satmoko Budi Santoso
Sindu Putra
Sitok Srengenge
Skylashtar Maryam
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sunaryono Basuki Ks
Sungging Raga
Susi Susanti
Sutan Iwan Soekri Munaf
Suyadi San
Syukur A. Mirhan
Tan Lioe Ie
Tarpin A. Nasri
Taufik Hidayat
Taufik Ikram Jamil
Teguh Ranusastra Asmara
Thoib Soebhanto
Tia Setiadi
Timur Sinar Suprabana
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Toni Lesmana
Tosa Poetra
Triyanto Triwikromo
Udo Z. Karzi
Ulfatin Ch
Umar Fauzi Ballah
Wahyu Heriyadi
Wahyu Prasetya
Wayan Sunarta
Widya Karima
Wiji Thukul
Wing Kardjo
Y. Thendra BP
Yopi Setia Umbara
Yusuf Susilo Hartono
Yuswan Taufiq
Zeffry J Alkatiri
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar