lampungpost.com
Kembang Putih di Atas Perahu
Kularung ibu di samudera yang meliuk di taman tanpa tiang
Ia hanya mengembara
dengan biduk pelepah air mata,
dengan sauh yang membuat laut berkibar dalam
belanga yang berperigi gunung-gunung
Ia tidak akan pergi ke mana-mana
bila kita tak tumbuh dari akar-akar melur
yang merambat di antara mulut-mulut kecubung;
kelopak-kelopak rindu adalah saputangan paling halus
mengalahkan sutra dan telapak kaki bidadari
Percuma mencegahnya membuka pintu karena nasihat
yang saban malam kita curi adalah katup jantungnya
yang mengayuh degupan sekencang badai
yang mengumpar bersama mantera-mantera
Maka, berkhidmatlah dengan sejumlah dosa
karena malam akan menyungkup kesedihan
yang menggunduk di dada yang makin hari makin
menyuburkan dua bukit yang sejak dulu memberi kita
air mata berwarna pejuh;
kita hisap dan lumat lamat-lamat;
lalu kau menyeruak dari akar;
aku pun mekar dan melebar;
menjadi perahu
Kulambaikan tangan pada langit yang berbuih
Kami terlampau malu menjadi benalu
yang merambat dan menggigit perdu-perdu
yang kelak menjadi sauh di dalam perut kami
Dan sauh itu, selalu kami berikan kepada
pohon-pohon yang menumbuhkan kembang,
kembang putih yang kayunya kami tebang
kami rakit menjadi perahu
(Lubuklinggau, 2011)
Seperti Apa Rasanya Jatuh dari Cinta?
Syahdan, seorang perempuan berlari tergesa-gesa dengan sekarung kenangan di kepala. Ia lupa kalau gaun ungu yang dikenakannya terbuat dari beberapa helai selendang yang kucuri di senja yang melukis wajah sepasang kekasih. Kupikir, penjahit gaunnya tentulah bukan orang biasa—karena Malaikat pernah bilang bahwa tidak sesiapa sanggup membuat jembatan dari hatiku ke jantungnya untuk menyeberangkan pesan hanya dengan mengulurbentangkan selendang itu
Tapi sayang, sebagaimana cerita klasik, o bukan, sebagaimana cerita picis, o bukan, sebagaimana cerita najis tentang percintaan terlarang di kota cahaya, kisah itu khatam tanpa titik yang memagarinya. Maka, aku ceritakan di sini. Beberapa gadis (ingat beberapa!) yang melalui titian itu tak pernah sadar bahwa ia terjungkal ke jurang yang bernama perselingkuhan!
Bahkan, puisi-puisi yang kutulis dengan dawat dari remasan buah khuldi tak perempuan itu acuhkan. Ia (atau bahkan mereka) kadung menganggapku sebagai pencuri selendang bidadari! Maka, datanglah ke kota cahaya ketika pelayaran ke sana sudah dibuka. Kalian dapat menempuhnya dalam lelap yang melesatkan cinta dalam kecepatan candela. Jangan pernah terjaga, sebelum dongeng-dongeng gratis itu dilumat bulat-bulat, hingga tak bersisa, hingga kalian tak tahu, apalagi yang harusnya dimasukkan ke dalam kepala
Masihkah sekarung kenangan?
Atau hanya impian yang sudah jatuh;
berkeping-keping,
berkeping-keping…?
(Lubuklinggau, 2011)
_______________
Benny Arnas, lahir, besar, dan tinggal di Lubuklinggau, Sumatera Selatan. Buku prosanya adalah Jatuh dari Cinta (2011) dan Bulan Celurit Api (2010). Puisinya Perempuan yang Dihamili oleh Angin terpilih sebagai salah satu puisi prosaik terbaik Krakatau Award 2009.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
Sajak-Sajak Pertiwi
Nurel Javissyarqi
Fikri. MS
Imamuddin SA
Mardi Luhung
Denny Mizhar
Isbedy Stiawan ZS
Raudal Tanjung Banua
Sunlie Thomas Alexander
Beni Setia
Budhi Setyawan
Dahta Gautama
Dimas Arika Mihardja
Dody Kristianto
Esha Tegar Putra
Heri Latief
Imron Tohari
Indrian Koto
Inggit Putria Marga
M. Aan Mansyur
Oky Sanjaya
W.S. Rendra
Zawawi Se
Acep Zamzam Noor
Afrizal Malna
Agit Yogi Subandi
Ahmad David Kholilurrahman
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Akhmad Muhaimin Azzet
Alex R. Nainggolan
Alfiyan Harfi
Amien Wangsitalaja
Anis Ceha
Anton Kurniawan
Benny Arnas
Binhad Nurrohmat
Dina Oktaviani
Endang Supriadi
Fajar Alayubi
Fitri Yani
Gampang Prawoto
Heri Listianto
Hudan Nur
Indra Tjahyadi
Javed Paul Syatha
Jibna Sudiryo
Jimmy Maruli Alfian
Joko Pinurbo
Kurniawan Yunianto
Liza Wahyuninto
Mashuri
Matroni el-Moezany
Mega Vristian
Mujtahidin Billah
Mutia Sukma
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Rukmi Wisnu Wardani
S Yoga
Salman Rusydie Anwar
Sapardi Djoko Damono
Saut Situmorang
Sihar Ramses Simatupang
Sri Wintala Achmad
Suryanto Sastroatmodjo
Syaifuddin Gani
Syifa Aulia
TS Pinang
Taufiq Wr. Hidayat
Tengsoe Tjahjono
Tjahjono Widijanto
Usman Arrumy
W Haryanto
Y. Wibowo
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
Abdul Wachid B.S.
Abi N. Bayan
Abidah el Khalieqy
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Nurullah
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Alunk Estohank
Alya Salaisha-Sinta
Amir Hamzah
Arif Junianto
Ariffin Noor Hasby
Arina Habaidillah
Arsyad Indradi
Arther Panther Olii
Asa Jatmiko
Asrina Novianti
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Baban Banita
Badruddin Emce
Bakdi Sumanto
Bambang Kempling
Beno Siang Pamungkas
Bernando J. Sujibto
Budi Palopo
Chavchay Syaifullah
D. Zawawi Imron
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Dian Hardiana
Dian Hartati
Djoko Saryono
Doel CP Allisah
Dwi S. Wibowo
Edi Purwanto
Eimond Esya
Emha Ainun Nadjib
Enung Nur Laila
Evi Idawati
F Aziz Manna
F. Moses
Fahmi Faqih
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fatah Yasin Noor
Firman Nugraha
Firman Venayaksa
Firman Wally
Fitra Yanti
Fitrah Anugrah
Galih M. Rosyadi
Gde Artawan
Goenawan Mohamad
Gus tf Sakai
Hamdy Salad
Hang Kafrawi
Haris del Hakim
Hasan Aspahani
Hasnan Bachtiar
Herasani
Heri Kurniawan
Heri Maja Kelana
Herry Lamongan
Husnul Khuluqi
Idrus F Shihab
Ira Puspitaningsih
Irwan Syahputra
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jafar Fakhrurozi
Johan Khoirul Zaman
Juan Kromen
Jun Noenggara
Kafiyatun Hasya
Kazzaini Ks
Kedung Darma Romansha
Kika Syafii
Kirana Kejora
Krisandi Dewi
Kurniawan Junaedhie
Laela Awalia
Lailatul Kiptiyah
Leon Agusta
Leonowens SP
M. Harya Ramdhoni
M. Raudah Jambakm
Mahmud Jauhari Ali
Maman S Mahayana
Marhalim Zaini
Misbahus Surur
Mochtar Pabottingi
Mugya Syahreza Santosa
Muhajir Arifin
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Yasir
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Nirwan Dewanto
Nunung S. Sutrisno
Nur Wahida Idris
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Oka Rusmini
Pandapotan M.T. Siallagan
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Petrus Nandi
Pranita Dewi
Pringadi AS
Pringgo HR
Putri Sarinande
Putu Fajar Arcana
Raedu Basha
Remmy Novaris D.M.
Rey Baliate
Ria Octaviansari
Ridwan Rachid
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Robin Dos Santos Soares
Rozi Kembara
Sahaya Santayana
Saiful Bakri
Samsudin Adlawi
Satmoko Budi Santoso
Sindu Putra
Sitok Srengenge
Skylashtar Maryam
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sunaryono Basuki Ks
Sungging Raga
Susi Susanti
Sutan Iwan Soekri Munaf
Suyadi San
Syukur A. Mirhan
Tan Lioe Ie
Tarpin A. Nasri
Taufik Hidayat
Taufik Ikram Jamil
Teguh Ranusastra Asmara
Thoib Soebhanto
Tia Setiadi
Timur Sinar Suprabana
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Toni Lesmana
Tosa Poetra
Triyanto Triwikromo
Udo Z. Karzi
Ulfatin Ch
Umar Fauzi Ballah
Wahyu Heriyadi
Wahyu Prasetya
Wayan Sunarta
Widya Karima
Wiji Thukul
Wing Kardjo
Y. Thendra BP
Yopi Setia Umbara
Yusuf Susilo Hartono
Yuswan Taufiq
Zeffry J Alkatiri
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar