MERPATI
seekor merpati terbang meninggalkan bulan
hinggap di tangan jadi pisau
sebuah pisau terbang bersayap daun mawar
hinggap di angan jadi buku
sebuah buku menyanyi dalam mimpi
bahwa bantal dan keringat tak pernah senadi
KIDUNGMU
kidungmu jadi bendera di tengah area
di tengah dendam malaria
batu-batu menggigil di sela akar
memanggil hatimu yang belum jangkar
PADA SARUNG
pada sarung yang robek ini
nyawamu terselip jadi benang
KISAH
matahari merobek masa silam
pencalang berlayar memanjat firman
PADANG
cinta yang tak terbaca
menghijau di padang rumput
yang awal adalah maut
DI DANGAU
di dangau langit singgah
membaca kesabaran
ketika angin membawa nyanyian padi
senyummu jelas tidak bertepi
KUPANGGIL
kupanggil tembangmu yang pergi
dan tak kembali
butir-butir pasir di pantai
membaca cemas senja kemarin
lenguh ombak pun rindu air asamu
ia tak tidur, tapi menunggu
dengan hati seorang ibu
PERISTIWA
kabar yang renyah
menyusun kembali jejak kemudi
bagai gairah bunga
buku-buku menebusnya pada laut
DAUN-DAUN
daun-daun itu masih berembun
ketika suara menderap di pucuk siwalan
hati pun diam
hanya ujung jarummu yang menggelepar
menakar rindu yang kelenjar.
***
D. Zawawi Imron, lahir di desa Batang-batang, Kabupaten Sumenep. Dia mulai terkenal dalam percaturan sastra Indonesia sejak Temu Penyair 10 Kota di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, tahun 1982.
http://sastra-indonesia.com/2009/02/sajak-sajak-d-zawawi-imron/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar