http://sastrakarta.multiply.com/
DASA KANTA
1. TIKAR
Dengan tegas tegar
Kita menyatakan
Bahwa kita ini tikar
Orang-orang tua duduk berdoa
Orang-orang muda bercanda
Mudi-muda ciuman
Yang berselingkuh berdekapan
Dan berbadan
Pencuri menghitung curian
Koruptor berbagi hasil
Dengan kroni dan koleganya
Guru menilai pekerjaan siswa
Ahli bahasa mencari kesalahan karya-karya
Bayi-bayi ngompol
Balita-balita ek-ek
Penyair-penyair jongkok sambil ngrokok
Aktor-aktor latihan gerak indah
Pelukis-pelukis nglamun
Politikus cari akal mendepak teman seiring
Anggota DPR bikin rencana naikkan gaji
Dan studi banding ke luar negeri
Lalu, para penjudi membanting kartu-kartu
Kita ini tikar
Ketika datang kasur
Tikar akan segera digulung-gusur
Dibakar atau dibuang ke tong sampah
Dan dilupakan oleh sejarah
Oberlin, Okt 1986
2. HUJAN
Hujan tak turun
Ketika petani memerlukan air
Tetapi air tetap mengucur
Dari pori-pori tubuhnya
Membasah pada kaos
Yang sudah tiga hari
Tak dicuci air
Sekali air disuntak dari langit
Dan di sawah & ladang
Terjadi banjir-bandang
Matahari menyengat
Tapi hidup tak hangat
Sebab air setinggi leher
Hampir mengubur kehidupan
Ini siklus alam
Atau ulah "kebudayaan"
Tak pernah ada jawab
Apalagi tindakan
Untuk menjaga peradaban
Illinois 1986
3. L’OMBRE
Barangkali yang paling nyata
Adalah bayang-bayang
Ketika janji tak pernah jadi
Ketika mimpi
Menemu senja di pagi hari
Mencintai bayang-bayang adalah solusi
Setia sampai mati pada bayang-bayang
Adalah jawaban
Untuk tak bunuh diri
Pada pagi dini
Ketika hari
Baru
Seakan
Abad baru
Kehidupan baru
Aku mencintaimu bayang-bayang
Dengan sepenuh hatiku
Sebab bayang-bayang
Menjadikanku
Nyata:
Bahwa hanya dalam bayang-bayangmu
Aku merasa ada.
Kyoto, 1987
4. SALJU
Salju mengingatkan dirimu
Di kamar sendiri
Menanti
Salju meratakan bumi dalam putih
Dan desah kehidupan
Terdengar
Di antara hampar
Salju
Tersandung sepatu
Matahari menyala
Di langit biru
Dingin menggigit
Sampai di kalbu
Dalam salju aku mengenangmu
Sendiri di kamar
Menunggu
Berita
Apa yang terjadi denganmu…
Beritanya:
Aku mengenangmu
Dalam salju
Cambridge, 1995
5. LANGIT
Langit biru
Tetap membisu
Bumi lebu
Tetap membisu
Rakyat kelu
Tetap membisu
Dalam dendam
Yang terus merajam
Dalam
Ketika yang harus diucapkan
Tak menemu kata
Sebab
Sudah dihapus dari kamus
Oleh para ahli bahasa
Pasar Minggu, 1969
6. KUTANG
Selembar kutang
Tergantung di pemeyan
Kutang perempuan jenisnya
Kutang jawa identitasnya
Agak mambu
Tak terlalu menyengat
Adapun namanya:
Entrok
Begitu sebutannya.
Menghampiri kutang
Menghirup aromanya
Terkenang budaya Jawa:
Wasta lungset ing sampiran
Kain kusut di gantungan
Tapi siang itu
Embok memakainya
Dan dengan kutang itu
Ia bekerja keras
Menghidupi keluarga
Sedang suaminya
Masih ngorok di tempat tidur…
Entrok dengan ambu-nya yang khas
Bangkit melawan sang dominan
Sejarah yang tak ramah kepada perempuan.
Pati, 1991
7. UPA
Tiba-tiba
Mas Sarsadi merasa dirinya
Sebutir nasi:
Upa sebuatannya
Aku ini upa
Aku ini upa
Aku tak takut nuklir
Hanya takut ayam
Nanti saya dithothol
Aku tak takut tank
Aku tak takut panser
Aku tak takut bazooka
Aku tak takut metraliyur
Hanya takut ayam
Nanti saya dithothol
Hidup kita adalah upa
Tak usah nuklir,
Tak usah tank
Tak usah panser
Tak uysah bazooka
Tak usah metraliyur
Cukup seekor ayam kecil: kuthuk
Menothol upa
Tamatlah kita
Begitu sederhana
Begitu nrima
Begitu lega-lila
Dan begitu konyol
Kadisobo, 1985 (pamit ke USA)
8. KURUSETRA
Hyderabat merapat
Kepada senja
Dan lamput-lampu
Di Universitas Kurusetra menyala
Terbayang Abimanyu gugur
Kena kutuk panah seribu
Yang diucapkan diri sendiri
Kepada Utari
Di malam dalam kamar sendiri.
Terbayang Gathotkaca tersungkur
Karena Kuntawijayadanu
Senjata Karna
Terbayang Dursasana
Dirobek mulutnya oleh Bima
Yang melampiaskan dendam
Untuk Drupadi kakak iparnya
Kurusetra merekam dendam
Kurusetra melaksanakan penyucian
Kurusetra menjadi ajang pelaksanaan
Rencana rahasia para dewa
Hidup adalah
Juga ajang pelaksanaan
Rencana para dewa
Yang tersirat pada lembar misteri
Kita tak pernah bisa memeri
Sambil melangkah
Kita berada
Di antara mabuk & tahu
Dan tak pernah pasti
Hyderabad, 1996
9. KATA
Pada awalnya adalah bunyi
Yang dirangkai menjadi silabi
Dan dari silabi
Menjadi kata
Lalu menjadi sabda
Ketika di sana ada kehendak
Yang bertenanga
Dan tenaga
Berangkat dari niat
Dari dalam datangnya
Dari kesucian
Yang bersumber
Pada sunyi
Di dalam suatu kedalaman
Tak terduga
Suatu kejujuran
Ketanpamrihan
Juga keluguan
Tatabahasa
Hanyalah berkutat pada pengertian
Dan logika
Ia tak berurusan dengan tenaga
Yang berdaya sihir
Hanya puisi
Yang berawal dari mousike
Yang mampu membawa getar
Dan menggugah matahari bangkit
Sebelum waktunya…
Tetapi,
Siapa bersedia mendengar puisi
Tatkala telinga hanya menangkap sepi?
Kratonan, 1976
10. GEMPA
bumi gonjang-ganjing
selama hampir semenit
dan langit bersih membiru
tapi hari kecut-kemerucut
dan kelabu
kaki gemetar
pandang pudar
awan terlihat air
Ingatkan tsunami aceh
dan rumah-rumah berantakan
rata dengan tanah
orang-orang ke utara takut bah
takut muntahan merapi
yogya bagai kota Sodom dan gomorah
dikutuk karena terlalu banyak mall
menggusur sekaten
mencuekin bangunan kuna
kurang memperhatikan keris-keris pusaka
dan acuh pada para pendiri yogya
mencurigai kebatinan
dan mencampur-adukkan politik, uang
dan iman…
tiba-tiba hidup berubah tenda
nasi bungkus, selimut, air bersih
dan pembalut perempuan
apa artinya ini
kita tak tahu
yang jelas
kita menjadi faham
yogya tak hanya dikepung wayang
tetapi juga dikepung potensi lindhu
dan bahaya muntahan merapi
kita jug dikepung polusi
yang kita buat sendiri
kita juga dikepung sesak tempat
karena ulah sendiri
yogya tak lagi nyaman dihuni
karena setiap hari
diguncang gempa
adapun gempa itu
adalah gempa hati
gempa ruh
gempa pengangan hidup
dan gempa 26 Mei
adalah kumulasi
gempa
yang terus-menerus
diulang
dan terulang
serta berulang
bagai ritus kehidupan
2006
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
Sajak-Sajak Pertiwi
Nurel Javissyarqi
Fikri. MS
Imamuddin SA
Mardi Luhung
Denny Mizhar
Isbedy Stiawan ZS
Raudal Tanjung Banua
Sunlie Thomas Alexander
Beni Setia
Budhi Setyawan
Dahta Gautama
Dimas Arika Mihardja
Dody Kristianto
Esha Tegar Putra
Heri Latief
Imron Tohari
Indrian Koto
Inggit Putria Marga
M. Aan Mansyur
Oky Sanjaya
W.S. Rendra
Zawawi Se
Acep Zamzam Noor
Afrizal Malna
Agit Yogi Subandi
Ahmad David Kholilurrahman
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Akhmad Muhaimin Azzet
Alex R. Nainggolan
Alfiyan Harfi
Amien Wangsitalaja
Anis Ceha
Anton Kurniawan
Benny Arnas
Binhad Nurrohmat
Dina Oktaviani
Endang Supriadi
Fajar Alayubi
Fitri Yani
Gampang Prawoto
Heri Listianto
Hudan Nur
Indra Tjahyadi
Javed Paul Syatha
Jibna Sudiryo
Jimmy Maruli Alfian
Joko Pinurbo
Kurniawan Yunianto
Liza Wahyuninto
Mashuri
Matroni el-Moezany
Mega Vristian
Mujtahidin Billah
Mutia Sukma
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Rukmi Wisnu Wardani
S Yoga
Salman Rusydie Anwar
Sapardi Djoko Damono
Saut Situmorang
Sihar Ramses Simatupang
Sri Wintala Achmad
Suryanto Sastroatmodjo
Syaifuddin Gani
Syifa Aulia
TS Pinang
Taufiq Wr. Hidayat
Tengsoe Tjahjono
Tjahjono Widijanto
Usman Arrumy
W Haryanto
Y. Wibowo
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
Abdul Wachid B.S.
Abi N. Bayan
Abidah el Khalieqy
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Nurullah
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Alunk Estohank
Alya Salaisha-Sinta
Amir Hamzah
Arif Junianto
Ariffin Noor Hasby
Arina Habaidillah
Arsyad Indradi
Arther Panther Olii
Asa Jatmiko
Asrina Novianti
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Baban Banita
Badruddin Emce
Bakdi Sumanto
Bambang Kempling
Beno Siang Pamungkas
Bernando J. Sujibto
Budi Palopo
Chavchay Syaifullah
D. Zawawi Imron
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Dian Hardiana
Dian Hartati
Djoko Saryono
Doel CP Allisah
Dwi S. Wibowo
Edi Purwanto
Eimond Esya
Emha Ainun Nadjib
Enung Nur Laila
Evi Idawati
F Aziz Manna
F. Moses
Fahmi Faqih
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fatah Yasin Noor
Firman Nugraha
Firman Venayaksa
Firman Wally
Fitra Yanti
Fitrah Anugrah
Galih M. Rosyadi
Gde Artawan
Goenawan Mohamad
Gus tf Sakai
Hamdy Salad
Hang Kafrawi
Haris del Hakim
Hasan Aspahani
Hasnan Bachtiar
Herasani
Heri Kurniawan
Heri Maja Kelana
Herry Lamongan
Husnul Khuluqi
Idrus F Shihab
Ira Puspitaningsih
Irwan Syahputra
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jafar Fakhrurozi
Johan Khoirul Zaman
Juan Kromen
Jun Noenggara
Kafiyatun Hasya
Kazzaini Ks
Kedung Darma Romansha
Kika Syafii
Kirana Kejora
Krisandi Dewi
Kurniawan Junaedhie
Laela Awalia
Lailatul Kiptiyah
Leon Agusta
Leonowens SP
M. Harya Ramdhoni
M. Raudah Jambakm
Mahmud Jauhari Ali
Maman S Mahayana
Marhalim Zaini
Misbahus Surur
Mochtar Pabottingi
Mugya Syahreza Santosa
Muhajir Arifin
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Yasir
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Nirwan Dewanto
Nunung S. Sutrisno
Nur Wahida Idris
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Oka Rusmini
Pandapotan M.T. Siallagan
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Petrus Nandi
Pranita Dewi
Pringadi AS
Pringgo HR
Putri Sarinande
Putu Fajar Arcana
Raedu Basha
Remmy Novaris D.M.
Rey Baliate
Ria Octaviansari
Ridwan Rachid
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Robin Dos Santos Soares
Rozi Kembara
Sahaya Santayana
Saiful Bakri
Samsudin Adlawi
Satmoko Budi Santoso
Sindu Putra
Sitok Srengenge
Skylashtar Maryam
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sunaryono Basuki Ks
Sungging Raga
Susi Susanti
Sutan Iwan Soekri Munaf
Suyadi San
Syukur A. Mirhan
Tan Lioe Ie
Tarpin A. Nasri
Taufik Hidayat
Taufik Ikram Jamil
Teguh Ranusastra Asmara
Thoib Soebhanto
Tia Setiadi
Timur Sinar Suprabana
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Toni Lesmana
Tosa Poetra
Triyanto Triwikromo
Udo Z. Karzi
Ulfatin Ch
Umar Fauzi Ballah
Wahyu Heriyadi
Wahyu Prasetya
Wayan Sunarta
Widya Karima
Wiji Thukul
Wing Kardjo
Y. Thendra BP
Yopi Setia Umbara
Yusuf Susilo Hartono
Yuswan Taufiq
Zeffry J Alkatiri
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar