JARAN GOYANG*
mantraku terbang bersama malam bernafsu
adakah yang tak akan goyah karena goda dan rayu
telah kusiapkan uba rampe guna menjebakmu
bunga mawar, kenanga dan kantil
agar engkau selalu terpikat dan kintil
wahai kekasih berelok rupa di singgasana kekal
apakah artinya cahaya wajahmu
bila tak bisa kupandang dan kusayang selalu
hanya bayangan melayang di batas angan dan tabu
bila tak kutemukan sukmamu dalam diri
hanyalah topeng hidup yang kupakai dan kubingkai
tak terwujud kesejatian hidup yang abadi
telah lama kugiring agar semua arwah merayumu
yang tak sudi kupinang karena membenciku
kini kupastikan engkau semakin dekat dengan apiku
yang selalu kunyalakan dengan birahi berbulu
agar harum tubuh menakjubkan rohmu
hingga hati luluh melihat doa malamku
bunga bunga yang mekar dalam hati
pernah kukhidmati di bening telaga mati
wajahmu menjadi murka tanpa cahaya berseri
ingin kugoyang rindang pohon malam para penyamun
yang memayungi semua kegelapan
agar runtuh dan menciptakan cahaya bulan
kau pulang dengan perasaan cemas dan gamang
karena rindu di rumah ada yang hilang
burung hantu telah menyingkir ke kali kuning
anjing malam tak menyalak tunduk ke semak
melihatku dalam ujud buruk merangkak rangkak
menebar benih rajah kesumat di hati yang berjarak
demi cintaku yang purba dan berkabut
apalah artinya kesesatan sesaat yang pucat
bila kebahagiaan yang akan kujumpa lebih nikmat
apalah artinya kegelapan yang menyekap aurat
bila titik terang yang kuduga mudah kudapat
agar jasadmu dapat kuharap dan kujerat
dengan lidi lanang dari surga
yang besarnya tak seberapa
buat kenangan dan kesenangan selamanya
yang abadi di dalam hati dan tak mungkin luput
telah kupilih buah pinang yang kuning langsat
mengingatkanku pada buah kuldi keramat
dengan mayang muda yang mekar dan merak ati
agar tempatmu bertahta menjadi marak keindahan abadi
karena telah kukirim bunga aneka warna nan suci
namun rajah menyerpih kembali bersama kabut
berduyun duyun mengetok pintu hati yang kusut
agar aku tunduk padamu wahai kabut yang kalut
padahal asap dapur telah kumatikan agar tak lewat
tinggal nyala damar di sentong yang mulai larut
doa doa dan ajimat pun kembali tanpa kalimat
dibawa kabar goyah dan kemaruk
dibawa hasrat bergejolak yang remuk
membuat hati luka dan duka berkecamuk
adakah kebahagiaan datang bila selalu dipaksa
ataukah kebahagiaan datang tanpa diminta
bersabarlah demi rasa kalbu nan murni berlaksa
duhai dzat yang agung yang bertahta di altar
datanglah tanpa diundang pergi tanpa diantar
karena kasihmu lebih tinggi dari kasihku yang samar.
2007
*Mantra untuk memikat kekasih.
API
sudah kuduga kau tak akan mampu
menyaingiku dalam menyihir waktu
kesementaraan pernah kulahap
dalam mimpi purbani yang lengkap
apakah kau akan masuk dalam nerakaku
sebelum kereta malam membakarmu
dalam pengalaman binal dan janggal
yang menguar dari apimu yang banal
sudah waktunya memikirkan apa
yang pernah terlupa
mengingat kerinduan mana
yang pernah terseka
dalam lukisanmu yang berapi
bagai dijilati kesunyian yang abadi
bara telah kuhidupi
dalam gairah perjalanan nurani
hingga darahmu bergolak bagai dukana
mengingatkanku pada masa remaja lagi
yang tak pernah kuduga sebelumnya
kalau engkau ternyata liar dan lapar berahi
malam malammu menjelajahi hutan mimpi
tak berpeta dan sesekali menyesatkan akal budi
apiku telah kau pinjam berulangkali
agar hidupmu terang kembali
namun hujan dan angin
selalu memadamkan
sebelum sampai ke rumah sepi
padahal telah kunasihati
masukkan ke dalam bilik hati
agar panasnya tak lagi
membakar tubuhmu yang rapuh oleh waktu.
TUNGKU
bukan api yang membuat duka
juga bukan kayu yang menjadikan harapan
hanya abu yang membuat sedih
perpisahan menjadi kesunyian abadi
pernah kuminta agar tubuhku sirna
sebelum api menjilat dan membakar
hingga kematian tak pernah nyata
meski ada dan datang menjemput
hanya keikhlasan yang menjadi tembok
sebelum kata kata pedih yang terucap
asap hanya membuatku membumbung
karena itu bila aku mati
biarkan jasadku di bawah pohon gayam
hingga musnah dimakan waktu
kengerian dalam perjalanan ini
bukan membuatmu takut mati
hanya doa doa malam yang akan
mengantarkan diri selamat melewati
di tungku perapian kau akan hangat
dan merasa betah meski di luar udara dingin
dan kabut siap menjemput bersama malaikat kecil
bukan tubuh yang kekal namun jiwa yang tetap
tubuh hanya tanah yang dibentuk serupa lubang
hingga kau bisa masuk sebelum dibakar api
hingga abu menjadi perjanjian terakhir
sebelum diriku sirna
2007
ABU
bukan mula dan juga bukan akhir
kehadiranku hanya karena janji
yang selalu memohon agar aku
mengabadikan yang tak abadi
kesunyian bukan yang kuminta
namun takdir dan hakikat waktu
yang melahirkan bagai kesunyian
dan meminta agar selalu membimbing
bagi mereka yang tersesat dan putus asa
bukan kematian yang kuharapkan agar
diri hadir menemui namun kelahiran
sebelum kau memulai perjalanan maya
pepohonan telah kuminta untuk mendoakan
agar tubuh tak mudah terbakar api
bukan keinginan untuk menjebak
agar tubuh kelak menjadi diri yang rapuh
yang setia menekuni kesepian
dan membuat doa doa langit kembali
agar raga sempurna sebelum menghadap
pasrahkan diri seperti kayu
yang meluruhkan nafsu
yang pernah menguasai
dan menjeratnya ke lubang dalam
hanya keikhlasan yang akan membawa ketabahan
karena undanganku tak mungkin kau tolak
kuyakinkan lagi bahwa tubuh bukan abu sebenarnya
hanya penyamaran yang sempurna di dunia
agar engkau tak takut menghadapku
2007
HIKAYAT ULAR
kudengar nada lirih
yang terukur berkesiur
dan bergetar di dalam dada
di dalam dada ada damar
menyala terang di sulur pohon poplar
di bawah pohon poplar
ada ular melingkar
di akar yang kekar
konon terusir dari surga
ketika menjaga pohon kuldi keramat
adam dan hawa telah membujuknya
untuk memetik buah terlarang
karena manusialah yang berakal
sang ular hanya mengikuti naluri
dengan kata kata bijak
ia telah mengingatkan agar selalu tafakur
dengan mata yang nanar
adam yang berwajah pupur
melempar takdir
ke sisik sisik tubuh sang ular
hingga ia undur terjatuh ke lumpur
yang tergenang di dalam dada
hingga di dada tumbuh pohon amarah
yang tercipta dari nafsu dan kelenjar nanah
setelah memetik buah harapan
sang adam membawa anggur kebahagiaan
menuju altar hawa yang girang
ia sedang membuat catatan harian
tentang kisah sang ular
yang menjebak dan merayu samar
agar ia nyidam buah terlarang
agar adam bersedia memetikkan
dan memakan buah hasrat berdua
di nadir dan tabir ini
sang ular membongkar kitab lamur
ia duduk di puncak kenangan
dengan melingkarkan ekor masa lalunya
agar amar tuhan dapat tercipta
saat kau menafsir sebuah mitos
tentang manusia yang jatuh ke bumi
2007
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
Sajak-Sajak Pertiwi
Nurel Javissyarqi
Fikri. MS
Imamuddin SA
Mardi Luhung
Denny Mizhar
Isbedy Stiawan ZS
Raudal Tanjung Banua
Sunlie Thomas Alexander
Beni Setia
Budhi Setyawan
Dahta Gautama
Dimas Arika Mihardja
Dody Kristianto
Esha Tegar Putra
Heri Latief
Imron Tohari
Indrian Koto
Inggit Putria Marga
M. Aan Mansyur
Oky Sanjaya
W.S. Rendra
Zawawi Se
Acep Zamzam Noor
Afrizal Malna
Agit Yogi Subandi
Ahmad David Kholilurrahman
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Akhmad Muhaimin Azzet
Alex R. Nainggolan
Alfiyan Harfi
Amien Wangsitalaja
Anis Ceha
Anton Kurniawan
Benny Arnas
Binhad Nurrohmat
Dina Oktaviani
Endang Supriadi
Fajar Alayubi
Fitri Yani
Gampang Prawoto
Heri Listianto
Hudan Nur
Indra Tjahyadi
Javed Paul Syatha
Jibna Sudiryo
Jimmy Maruli Alfian
Joko Pinurbo
Kurniawan Yunianto
Liza Wahyuninto
Mashuri
Matroni el-Moezany
Mega Vristian
Mujtahidin Billah
Mutia Sukma
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Rukmi Wisnu Wardani
S Yoga
Salman Rusydie Anwar
Sapardi Djoko Damono
Saut Situmorang
Sihar Ramses Simatupang
Sri Wintala Achmad
Suryanto Sastroatmodjo
Syaifuddin Gani
Syifa Aulia
TS Pinang
Taufiq Wr. Hidayat
Tengsoe Tjahjono
Tjahjono Widijanto
Usman Arrumy
W Haryanto
Y. Wibowo
A. Mustofa Bisri
A. Muttaqin
Abdul Wachid B.S.
Abi N. Bayan
Abidah el Khalieqy
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Nurullah
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Alunk Estohank
Alya Salaisha-Sinta
Amir Hamzah
Arif Junianto
Ariffin Noor Hasby
Arina Habaidillah
Arsyad Indradi
Arther Panther Olii
Asa Jatmiko
Asrina Novianti
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Baban Banita
Badruddin Emce
Bakdi Sumanto
Bambang Kempling
Beno Siang Pamungkas
Bernando J. Sujibto
Budi Palopo
Chavchay Syaifullah
D. Zawawi Imron
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Dian Hardiana
Dian Hartati
Djoko Saryono
Doel CP Allisah
Dwi S. Wibowo
Edi Purwanto
Eimond Esya
Emha Ainun Nadjib
Enung Nur Laila
Evi Idawati
F Aziz Manna
F. Moses
Fahmi Faqih
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Fatah Yasin Noor
Firman Nugraha
Firman Venayaksa
Firman Wally
Fitra Yanti
Fitrah Anugrah
Galih M. Rosyadi
Gde Artawan
Goenawan Mohamad
Gus tf Sakai
Hamdy Salad
Hang Kafrawi
Haris del Hakim
Hasan Aspahani
Hasnan Bachtiar
Herasani
Heri Kurniawan
Heri Maja Kelana
Herry Lamongan
Husnul Khuluqi
Idrus F Shihab
Ira Puspitaningsih
Irwan Syahputra
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jafar Fakhrurozi
Johan Khoirul Zaman
Juan Kromen
Jun Noenggara
Kafiyatun Hasya
Kazzaini Ks
Kedung Darma Romansha
Kika Syafii
Kirana Kejora
Krisandi Dewi
Kurniawan Junaedhie
Laela Awalia
Lailatul Kiptiyah
Leon Agusta
Leonowens SP
M. Harya Ramdhoni
M. Raudah Jambakm
Mahmud Jauhari Ali
Maman S Mahayana
Marhalim Zaini
Misbahus Surur
Mochtar Pabottingi
Mugya Syahreza Santosa
Muhajir Arifin
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Yasir
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Nirwan Dewanto
Nunung S. Sutrisno
Nur Wahida Idris
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Oka Rusmini
Pandapotan M.T. Siallagan
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Petrus Nandi
Pranita Dewi
Pringadi AS
Pringgo HR
Putri Sarinande
Putu Fajar Arcana
Raedu Basha
Remmy Novaris D.M.
Rey Baliate
Ria Octaviansari
Ridwan Rachid
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Robin Dos Santos Soares
Rozi Kembara
Sahaya Santayana
Saiful Bakri
Samsudin Adlawi
Satmoko Budi Santoso
Sindu Putra
Sitok Srengenge
Skylashtar Maryam
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sunaryono Basuki Ks
Sungging Raga
Susi Susanti
Sutan Iwan Soekri Munaf
Suyadi San
Syukur A. Mirhan
Tan Lioe Ie
Tarpin A. Nasri
Taufik Hidayat
Taufik Ikram Jamil
Teguh Ranusastra Asmara
Thoib Soebhanto
Tia Setiadi
Timur Sinar Suprabana
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Toni Lesmana
Tosa Poetra
Triyanto Triwikromo
Udo Z. Karzi
Ulfatin Ch
Umar Fauzi Ballah
Wahyu Heriyadi
Wahyu Prasetya
Wayan Sunarta
Widya Karima
Wiji Thukul
Wing Kardjo
Y. Thendra BP
Yopi Setia Umbara
Yusuf Susilo Hartono
Yuswan Taufiq
Zeffry J Alkatiri
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar