Kamis, 15 September 2011

UNTUK KEPULANGAN WS RENDRA

Nurel Javissyarqi
http://sastra-indonesia.com/

”jika sang penyair benar-benar meninggal
tak sia-sialah segala perjuangannya
maka damailah di sisi-Nya”

Meski pun tidak pernah bertemu
tapi kurasakan degup jantungmu

dari balada orang-orang tercinta
kau kenalkan tari-tarian jiwamu

aku merambah masuki nalurimu
yang senantiasa girang perkasa
tampan penuh dinaya pesona,

sedari bulir-bulir air matamu
membanjirlah cahaya rasa

oh…
aku merinding menulis ini
diserang demam menggigil
entah dari mana datangnya

kau seakan menghampiriku
berwajah tegar lantas buyar, tapi
masih menungguiku sedari dekat
saat aku menuliskan catatan ini

aku melihat kau tersenyum
lalu mengelus-elus rambutku
atau ini hanya perasaanku saja

atau semua para penulis sajak
di tanah air ini merasakan pula

aku digetarkan sentuhan aneh
lebih ganjil dari sebelumnya
lebih gaib dari yang terbayangkan,
aku merasa, dan turut merasakan

sebab jikalau suatu negara
tanpa seorang pun penyair
yang mampu bersuara lantang
bukanlah negeri yang adiluhung

kau tidak sekadar penyair, pujangga
yang dikarunai daya dinaya melimpah

dari kata-katamu mengalir deras
menerjang lahar halilintar tumpah
seolah kutak mampu berkata-kata
tanpa kehadiranmu

rasa kehilangan itu luar biasa
tanda-tandanya telah hadir
ikut keseluruh getaran jiwa
memasuki rerongga sukma

dan seperti terbayangkan
kau selalu tersenyum ramah

kaulah tonggak perjuangan
lambang tiada menyepadani

nafasmu-nafasku, oh…
bau kembang itu kau hantarkan kepadaku
kau kabarkan serindang daun ditiup bayu

malam ini kau begitu khusyuk
membuatku tiada sanggup
mengatur jalannya kalimah

sayap-sayapmu
terus mengepak ke segenap cakrawala
membuyarkan awan gemawan bimbang,
bulan malam ini ialah saksi kepurnaanmu

Rendra,
bulan malam ini hadir hanya bagimu
oh… tubuhku teresapi daya entah

aku tak tahu lagi apakah ini sugesti,
kau benar-benar mengendap kemari

damailah di sisi-Nya
seperti embun berpeluk daun-daun
cahaya di bayangan pohon-pohon,

cukuplah bulan saksimu malam ini
sedari sekiankali perjuanganmu

dan apa yang kau torehkan
lebih nyata dikemudian hari
lebih segar dari bebauan kembang
lebih harum dari bunga ketinggian
lebih santun dari tubuh rerumputan

dan maafkanlah
selama usiaku tak menjengukmu
namun kuyakin kau tahu akan itu

aku bukanlah siapa-siapa
hanya pengelana semata

oh Rendra
semakin jauh kau tinggalkan bumi ini
semoga wasiatmu senantiasa hidup
berdegup jadi pusaka dan warisan
bagi generasi-generasi selanjutnya

kaulah sang pemangku itu
entah siapa lagi setelah kau,

jiwamu besar tapi kau tutupi
dengan kerendahan kalbu

aku menjadi malu,
seperti kau tampar mukaku
serupa tidak sudi melihatku

tapi sungguh tamparanmu sangat terasa
bekasnya mengenai mengembaraanku

aku kembali digetarkan kesaksian
lebih merinding sedari berdenyut
ada sejenis puncak yang entah

bukan ketinggian karang
bukan tajamnya tombak
bukan pula kilatan petir

sesuatu yang sulit dikatakan
entah dari mana datangnya

aku tertunduk saat itu
bersimpuh di hadapanmu

lalu kau angkat tubuh ini
bersatu nafas kembali,

kau berkata;
marilah kita kembara
marilah bersentuhan mesra

dan enegimu semakin tinggi
ketika kau terus berkata;
marilah… marilah…

Rendra,
aku turuti kehendak Syah
aku tak berdaya digetarkan
gemeretak tak ingin limbung

lantas angin itu mengupas halus
bagai sentuhan malaikat maut
sampai kemari,
sampai padaku

namun kau yakinkan diriku
tangan ini harus terkepal
padat dan semakin kuat

aku tak tahu
siapa yang menyelami
; apakah kau atau aku
antara jiwa dan raga
sukma segenap aura

aku tak sanggup membedakan
getaran rasa gemeretak logika

aku diserang kau, ataukah jiwaku
sedang berduyun-duyun padamu

dan terlihat kau tersenyum
persilakan semuanya datang
menghadirimu terakhirkalinya

setiap kali kuhadirkan titik
nadi menggemakan suara
huruf-huruf kau lalui pun
jadi saksimu juga mereka

Rendra,
apakah sebelumnya kita berjumpa?
sampai aku merasakan keganjilan ini
tidakakah kita tak pernah bertemu?

kau selalu hadir murni bagiku,
dan diriku dibuyarkan teka-teki

hanyutlah segala detak nadimu
atas muaramu yang lantang itu
kepada segenap kepala
mereka tahu sebenarnya

; kata-kata tanpa suara
seperti penjara
kata-kata tanpa logika
seperti perawan tua

dirimu
memasuki segala ranah kesatria

Rendra, malam ini kita berdua
meski banyak yang datang menghampiri
bagai awan lembut meneteskan gerimis
tubuh kita sama-sama terbuka
bercakap seperti teman akrab

kita lebih jauh lagi
dalam dan dingin

kau hantarkan sajak-sajakmu
kapuk-kapuk randu beterbangan
disusul angin pilu sedari seorang
yang ditinggal ke negeri sebrang

di sini
kepulan asap rokokku benar-benar lain
seperti para penyair, namun negeri ini
tak butuhkan kata-kata tidak bersuara

aku kembali menundukkan muka
menyelam jauh ke sajak-sajakmu
disamping balada-baladaku sendiri

dan kau terkekeh
diriku tersenyum lebar
lantas kita saling merangkul
lenyap dari pusaran taupan

bukan awan yang kita kenal
lebih halus memupus semua

kita meresapi maknawi kesungguhan
hidup lebih berarti dari sebuah hidup
yakni perjuangan

jika kutulis ini di lembar-lembar kertas
tentu mewangi atas tinta penuh cinta

lantas kucium kau dalam akhir kalimah
; selamat jalan Rendra
kelak kita berjumpa.

2009 Surabaya.
http://sastra-indonesia.com/2009/08/untuk-kepulanganmu-ws-rendra/

Tidak ada komentar:

Label

Sajak-Sajak Pertiwi Nurel Javissyarqi Fikri. MS Imamuddin SA Mardi Luhung Denny Mizhar Isbedy Stiawan ZS Raudal Tanjung Banua Sunlie Thomas Alexander Beni Setia Budhi Setyawan Dahta Gautama Dimas Arika Mihardja Dody Kristianto Esha Tegar Putra Heri Latief Imron Tohari Indrian Koto Inggit Putria Marga M. Aan Mansyur Oky Sanjaya W.S. Rendra Zawawi Se Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agit Yogi Subandi Ahmad David Kholilurrahman Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Akhmad Muhaimin Azzet Alex R. Nainggolan Alfiyan Harfi Amien Wangsitalaja Anis Ceha Anton Kurniawan Benny Arnas Binhad Nurrohmat Dina Oktaviani Endang Supriadi Fajar Alayubi Fitri Yani Gampang Prawoto Heri Listianto Hudan Nur Indra Tjahyadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Jimmy Maruli Alfian Joko Pinurbo Kurniawan Yunianto Liza Wahyuninto Mashuri Matroni el-Moezany Mega Vristian Mujtahidin Billah Mutia Sukma Restoe Prawironegoro Ibrahim Rukmi Wisnu Wardani S Yoga Salman Rusydie Anwar Sapardi Djoko Damono Saut Situmorang Sihar Ramses Simatupang Sri Wintala Achmad Suryanto Sastroatmodjo Syaifuddin Gani Syifa Aulia TS Pinang Taufiq Wr. Hidayat Tengsoe Tjahjono Tjahjono Widijanto Usman Arrumy W Haryanto Y. Wibowo A. Mustofa Bisri A. Muttaqin Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah el Khalieqy Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Nurullah Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Alunk Estohank Alya Salaisha-Sinta Amir Hamzah Arif Junianto Ariffin Noor Hasby Arina Habaidillah Arsyad Indradi Arther Panther Olii Asa Jatmiko Asrina Novianti Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Baban Banita Badruddin Emce Bakdi Sumanto Bambang Kempling Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sujibto Budi Palopo Chavchay Syaifullah D. Zawawi Imron Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Dian Hardiana Dian Hartati Djoko Saryono Doel CP Allisah Dwi S. Wibowo Edi Purwanto Eimond Esya Emha Ainun Nadjib Enung Nur Laila Evi Idawati F Aziz Manna F. Moses Fahmi Faqih Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Fatah Yasin Noor Firman Nugraha Firman Venayaksa Firman Wally Fitra Yanti Fitrah Anugrah Galih M. Rosyadi Gde Artawan Goenawan Mohamad Gus tf Sakai Hamdy Salad Hang Kafrawi Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasnan Bachtiar Herasani Heri Kurniawan Heri Maja Kelana Herry Lamongan Husnul Khuluqi Idrus F Shihab Ira Puspitaningsih Irwan Syahputra Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jafar Fakhrurozi Johan Khoirul Zaman Juan Kromen Jun Noenggara Kafiyatun Hasya Kazzaini Ks Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Krisandi Dewi Kurniawan Junaedhie Laela Awalia Lailatul Kiptiyah Leon Agusta Leonowens SP M. Harya Ramdhoni M. Raudah Jambakm Mahmud Jauhari Ali Maman S Mahayana Marhalim Zaini Misbahus Surur Mochtar Pabottingi Mugya Syahreza Santosa Muhajir Arifin Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Yasir Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Nirwan Dewanto Nunung S. Sutrisno Nur Wahida Idris Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Oka Rusmini Pandapotan M.T. Siallagan Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Petrus Nandi Pranita Dewi Pringadi AS Pringgo HR Putri Sarinande Putu Fajar Arcana Raedu Basha Remmy Novaris D.M. Rey Baliate Ria Octaviansari Ridwan Rachid Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Robin Dos Santos Soares Rozi Kembara Sahaya Santayana Saiful Bakri Samsudin Adlawi Satmoko Budi Santoso Sindu Putra Sitok Srengenge Skylashtar Maryam Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sunaryono Basuki Ks Sungging Raga Susi Susanti Sutan Iwan Soekri Munaf Suyadi San Syukur A. Mirhan Tan Lioe Ie Tarpin A. Nasri Taufik Hidayat Taufik Ikram Jamil Teguh Ranusastra Asmara Thoib Soebhanto Tia Setiadi Timur Sinar Suprabana Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Toni Lesmana Tosa Poetra Triyanto Triwikromo Udo Z. Karzi Ulfatin Ch Umar Fauzi Ballah Wahyu Heriyadi Wahyu Prasetya Wayan Sunarta Widya Karima Wiji Thukul Wing Kardjo Y. Thendra BP Yopi Setia Umbara Yusuf Susilo Hartono Yuswan Taufiq Zeffry J Alkatiri Zehan Zareez Zen Hae